"Ayah gue mana, Om?" -Adalah kalimat pertama Delon pagi ini---bertepatan juga dengan sepasang kakinya yang berhenti melangkah begitu tiba di ruang makan. Di sini, hanya ada Kara yang baru terlihat menarik kursi.
Kara urung mendudukkan diri. Dia justru membalikkan tubuh untuk melihat Delon yang masih berdiri di belakang. "Bang Ar biasanya sama kamu loh, Delon." jawabnya dengan kening yang turut terlihat berkerut lantaran bingung akan pertanyaan dari anak Kakak sulungnya itu. Ransel hitam yang masih didekap Delon di depan dada, dia ambil alih. Selanjutnya, menarik resleting utama dengan tujuan untuk mengecek apakah buku untuk pelajaran hari ini sudah lengkap atau belum, karena jadwal pelajaran Delon juga dia catat pada catatan ponsel miliknya. "Pulpen kamu kurang satu, Delon. Hilang atau ada yang pinjam?"
Delon bergeming. Bukan karena pertanyaan terakhir Kara. Melainkan karena pertanyaannya sendiri. Benar. Lalu, Ayahnya ke mana kalau tidak ada di sini? Tentu, jawaban dari adik bungsu Ayahnya itu tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. Karena benar, setiap pagi Ayahnya itu selalu menjemputnya di kamar untuk turun ke lantai bawah. Tapi, pagi ini berbeda. Tidak ada sosok Ayahnya yang mengetuk pintu dan memeriksa apakah dia sudah siap atau belum, sembari membantunya memakai dasi, mengikatkannya tali sepatu, Ayahnya itu akan menanyakan bagaimana tidurnya semalam. Karena semenjak dia memilih untuk tidur sendiri, Ayahnya kerap menanyakan hal itu.
"Kak Ar mana, Del?"
Delon kontan menoleh ke asal suara, setelah tadi hanya berdiri mematung dengan tatapan yang terarah lurus kepada Kara. Di tatapnya Arsen yang kini terlihat menarik kursi, lalu beralih ke Gala yang tadi melontarkan pertanyaan akan keberadaan Ayahnya. "Gue tadi tanya Om Kara. Terus, sekarang abang tanya sama gue. Gue harus tanya siapa?"
"Loh, Kak Ar beneran belum turun, Delon?"
"Udah, kok. Tuh, yang lagi duduk sambil makan kerang laut!" jawabnya sinis. "Abang gimana, sih? Jelas-jelas liat nggak ada Ayah gue di sini, masih tanya juga!"
Sudut bibir Kara tertarik tipis begitu mendengar sarkasme Delon ketika dirinya tengah memeriksa tugas-tugas pada buku Delon. Usai memfoto tugas Delon, -yang nantinya akan dia ajarkan agar keponakannya itu bisa lebih mengerti, dia lantas menarik kursi. "Kamu sarapan dulu aja, Delon. Udah jam segini, bang Ar bentar lagi pasti turun, kok."
"Ah, Ayah gue gimana, sih?! Udah tahu anaknya sekolah, jam segini batang hidungnya belum keliatan!" Delon merenggut, tapi tetap menurut untuk mendudukkan diri pada kursi yang sudah ditarik Kara tadi. "Nanti kalau gue telat terus dihukum, minta Ayah gue aja lah yang gantiin." lanjutnya menggerutu sendiri.
Suara Delon memang tidak keras, juga tidak kecil. Hal itu tentu membuat Arsen, Gala, juga Kara yang sudah mendudukkan diri di kursi masing-masing dapat mendengar gerutuan Delon. Termasuk juga Zirco yang dua langkah lagi tiba di ruang makan.
"Selamat pagi."
Baik Arsen, Gala, serta Kara kompak menjawab. "Pagi, Dad." -Dan Arsen bergegas berdiri menarik kursi paling ujung untuk sang Ayah.
"Pagi, Daddy." Delon berdiri lalu menunduk singkat sebelum menoleh ke belakang begitu mendengar dentingan lift, berharap melihat Ayahnya berjalan ke arah ruang makan. Tapi harapannya langsung pupus begitu saja, karena yang dia lihat hanya Neo yang melangkah seorang diri. "Dilihat-lihat kok Ayah aku santai bangeeeet, ya, Daddy? Udah jam segini, loh?"
Zirco yang baru mendudukkan diri, kembali berdiri dan melangkah mendekati Delon yang duduk di kursi samping Kara. Sebelum melewati kursi yang diduduki Kara, dia menghentikan langkah untuk sekedar mengusap puncak kepala putra bungsunya dan membubuhkan kecupan singkat di sana.
"Ayah aku udah nggak peduli lagi, ya, sama aku, Dad? Mentang-mentang aku udah dewasa." Delon kembali menggerutu begitu dia rasakan usapan lembut pada puncak kepalanya. Pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah Zirco sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different, D.A || Selesai ||
Short StoryIni kelanjutan story Different Soul★DERA☆ ya. kalau berkenan, mampir ke sana dulu~ ________ Bukan hanya menceritakan perbedaan sikap antara Delon dan Kara. Tapi, ini juga akan menceritakan kisah Argon dan Delon yang statusnya sudah berubah, yakni me...