KASET KUSUT

2K 80 0
                                    

Saat itu pertengahan kemarau. Udara berhembus dengan kasarnya membawa debu-debu yang pedih mengenai mataku. Dasarnya reflek, aku mengucek mata kananku yang terkena debu.

"Gracia, mama kan udah berkali-kali bilang sama kamu, kalo kelilipan tuh jangan dikucek..." ucap Mama sambil mengeluarkan buku-buku dari kardus. Aku hanya diam menatap lalu kembali sibuk dengan kegiatanku.

Aku mengangkut satu persatu kardus berisi barang-barang pribadiku ke kamar. Kami baru saja pindahan dan ternyata printilan-printilan kamarku cukup banyak. Apalagi letak kamarku berada di lantai dua. Baru tiga kali naik turun tangga, punggungku rasanya sudah retak semua. Capek banget!

Sebenarnya kami sudah mencicil barang untuk mengisi rumah ini dengan perabotan di rumahku sebelumnya, tapi hanya perabotan yang besar-besar saja. Hal-hal berat seperti itu sudah menggunakan jasa pindah rumah. Untuk barang-barang koleksi atau printilan-printilan lainnya dikemas di dalam kardus-kardus yang ternyata begitu ditumpuk memenuhi muatan truk besar. Dan itu harus kami bertiga yang mengaturnya sendiri. Hftgre.

Iya, bertiga. Mama, Kakak, dan Aku.

"lo udah selesai rapihin kamar lo, Gre?"

"belom, Shan. Bentar lagi palingan. Kenapa deh?" kataku sambil merapikan tumpukan CD album band-band favoritku ke rak CD.

Ia Shania, kakakku. Satu-satunya. Umur kami hanya selisih 2 tahun, jadi aku hanya memanggilnya dengan nama. Bukan Kak, Mbak, atau apalah itu. Tidak sopan, ya? Ah biarin.

"bantuin gue geser lemari. Gue gak kuat kalo sendiri." ucapnya dari depan pintu kamarku sambil ngeloyor kembali ke kamarnya. []

Hari ini hari pertamaku di sekolah baru. Ini Juli, dan bukan aku satu-satunya murid baru di sekolah ini. Masih ada satu angkatan dibawahku yang otomatis semuanya murid-murid baru. Kecuali kalau ada yang tinggal kelas, mungkin.

Aku pindah ke jogja tepat 2 minggu setelah kenaikan kelas atau libur semester. Kepindahan mendadak ini disebabkan karena suatu hal. Sebernarnya aku tidak menyukai yang namanya 'pindahan'. Menurutku pindahan akan membuat masalah-masalah kecil baru yang kemungkinan akan merembet ke masalah besar.

Pindahan itu menyebalkan. Pindah rumah, bikin capek. Pindah kerjaan, bikin pusing kalo kerjaanya beda dari sebelumnya. Pindah sekolah, harus menyesuaikan lagi sama semuanya –teman, guru, tugas, kantin. Pindah hati? Ah, sudahlah gak usah dibahas.

Aku diantar Mama ke sekolah baru, katanya untuk hari ini saja sekalian Mama mau bertemu kepala sekolah. SMA Olympus namanya. Tak jauh dari rumah. Mungkin besok aku sudah diantar jemput oleh ojek pesanan Mama.

Setelah selesai berurusan dengan kepala sekolah, aku diantar oleh seorang guru piket hari ini ke kelasku. Namanya Bu Via, masih muda. Mungkin sekitar 28 tahunan usianya. Ia adalah guru sosiologi. Baik, ramah, dan humoris. Atau mungkin lebih tepatnya garing ya. Itu hanya penilaian sekilasku selama berbincang saat berjalan menuju kelas.

Ini dia kelasku. Kelas 2 IPS A. Ya, setidaknya itu yang ada di papan yang menggantung di atas pintu.

"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak! Kalian kedatangan teman baru, nih!" ucap Bu Via bersemangat.

Sepertinya semua murid menyukainya. Terdengar dari luar kelas murid-murid menjadi ramai ketika Bu Via mulai memasuki kelas. Ya, aku masih di luar kelas. Di balik pintu tepatnya.

Aku mengintip ke dalam. Bu Via mempersilahkanku untuk masuk sementara ia justru meninggalkan kelas. Ku langkahkan kakiku dengan perasaan deg-degan disetiap langkahnya. Oke, aku memang tidak benar-benar berniat untuk mencari teman. Entah mereka mau menerimaku atau tidak. Yang jelas, jika mereka welcome aku senang, tapi kalau mereka tidak seramah yang kubayangkan aku tidak perduli.

MidunWhere stories live. Discover now