7. Hari yang sial

                                    

                                          

                            

                                
                            
                              
                                  
                              
                              
                                
                                  
                                  
                                
                              
                             
                            
                            
                          
                          
"Your Majesty, saya kehilangan jejaknya."
"Bagaimana bisa?."
"Saya rasa mereka menggunakan sihir teleportasi,"
"Baiklah."
"Your Majesty, kita harus segera kembali."
"Hmm, sebelum itu selidiki seorang wanita yang memiliki surai putih itu." Matanya berkilat saat melihat ke atas, ke arah seorang wanita berambut putih.
"Baik, Your Majesty ." Selama ia menjadi tangan kanan majikannya, baru kali ini pria itu memintanya untuk menyelidiki seorang wanita.
Karena yang ia tahu, sang majikan hanyalah mengerti cara membunuh.
                                   🔮🔮🔮
Seorang nona muda dan pelayannya berjalan dengan mengendap-endap, sinar matahari sudah mulai terlihat dan mereka baru sampai di kediaman. 
Agnesia dan Ressa ketiduran di penginapan, karena mereka terlalu asyik mengobrol sampai melupakan waktu.
Hatchimmm
"Ssttt...Ressa jangan berisik nanti kita ketauan." Ucap Agnesia dengan berbisik.
"Hehehe, maaf lady hidung saya gatal." Ressa cengengesan dengan wajah yang menurut Agnesia menyebalkan.
"Yasudah, ayo cepat." Mereka dengan cepat berjalan menuju kamar Agnesia, setelah di depan pintu Agnesia dan Ressa segera masuk dan menutup pintu.
"Ladyyyyy, kita selamat." Ucap Ressa kegirangan.
"Iyaa Ressa, syukurlahh." Agnesia memegang kedua tangan Ressa, dan mereka melompat-lompat dengan gembira.
"Selamat dari apa?." Seseorang muncul dari samping lemari kamarnya.
"Ayah bertanya pada kamu, Agnesia Amethyst Brielle Berdin." Ucap ayahnya sembaring berjalan ke arahnya dan menatap ia dan Ressa dengan tajam.
"Ayah...."
"Yang mulia...."
"Ayah, maaf...Cia-Cia." Mulutnya terasa kaku dan tubuhnya gemetar ketakutan, Agnesia tidak menyangka dia akan ketahuan oleh ayahnya.
"Kemana saja kamu? Ayah ke kamar kamu semalam. Dan apa-apaan, kamu pikir bisa mengelabui ayah dengan bantal itu." Sang ayah benar-benar terlihat murka.