BAB 58

36.7K 2.2K 97
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Lelaki dengan tubuh paling pendek itu melayangkan pukulan nya pada Keira dari belakang. Keira melirik, sadar. Kemudian ia berjongkok menghindari pukulan.

Bughh!

Pukulan meleset mengenai teman nya sendiri. "E-eh! Ma--" Belum sempat meminta maaf, tangan Keira bergerak lebih dulu ke perut lelaki itu hingga rintihan terdengar. Untuk yang di belakang nya lagi, Keira menyikut ulu hati lelaki itu. Beberapa serangan gadis itu layangkan lagi, sampai, hanya tersisa si lelaki berjenggot.

Baru hendak melayangkan pukulan lagi, pintu di dobrak secara tiba - tiba membuat yang di dalam ruangan tersentak terkejut.

"Lo?! Tck! Sialan," umpat Theo marah.

Bughh!

Keira melanjutkan niat awalnya untuk memukul si lelaki berjenggot. Dengan sekali pukulan terakhir, Keira mampu membuat lelaki itu tumbang. Setelahnya, gadis itu berjalan cepat kearah Theo, hendak menyingkirkan pria itu agar tak menghalangi pintu. Namun, pergerakan nya terhenti saat Theo tiba - tiba mengeluarkan ponselnya, menunjukkan sebuah video pada Keira.

Keira terdiam menatap layar ponsel Theo itu. Mata nya melirik tajam Theo. "Jangan main - main," peringat Keira. Theo mengangkat satu alisnya, ekspresi nya datar, tanpa rasa bersalah. "Jangan natap gue kayak gitu, Keira. Gue ga suka," ujarnya.

"Gue bisa nyuruh mereka nangkep papa lo sekarang juga, kalau gue mau," sambung nya enteng. Ia tak bohong, beberapa orang suruhan nya memang ia perintah untuk mengawasi keluarga Keira.

"Masalah lo sama gue, bukan sama papa gue. Jadi, jangan ganggu keluarga gue!" tekan Keira dengan tangan terkepal. Video itu berisi Rico yang tengah membagi - bagikan brosur, entah brosur apa. Tapi, ekspresi nya terlihat murung.

Theo semakin mengeraskan rahang nya. Sungguh, ia tak suka Keira menatap nya tajam seperti ini, seakan menantang. Tangan Theo terjulur cepat, meraih rambut Keira hingga si korban terlonjak.

"Lepasin!" Keira menahan tangan Theo, menekan nya di area yang sebenarnya bisa untuk di patahkan. Namun, entah kenapa, pandangan nya berputar, sesekali menjadi gelap membuat kekuatan nya tak bisa maksimal.

Theo berdecih, lalu menampar pipi kanan Keira, hingga gadis itu tersungkur.

"Shh.." ringis Keira pelan. Bersamaan dengan itu, seorang gadis dengan tangan diperban, masuk dengan nafas sedikit terengah.

"Sialan!!" teriak gadis itu, siapa lagi kalau bukan Liona. Theo menatap gadis yang baru datang itu sekilas, "Kenapa?" tanya pria itu.

"Gabriel sialan, brengsek! Dia dateng ke rumah baru gue!" katanya marah. Kemudian, mata nya menatap sekeliling, melihat anak buah nya yang sudah tak sadarkan diri di tanah. Darah nya terasa mendidih lagi, setelah menangkap Keira yang ternyata lepas dari ikatan.

"Dia--Sial!" umpat Liona. Kaki nya melangkah ke Keira, menarik rambut gadis itu tanpa ampun. "Ini semua karena lo. Tau ga?!"

Keira kembali meringis. Kepala nya terdongak keatas, menatap plafon ruangan. 'Sial, kepala gue sakit!' batin Keira.

"Karena lo.. karena lo gue jadi kena masalah, lo tau?! Karena lo juga, tangan gue jadi patah! Karena lo juga, Bagas meninggal! Brengs*k!" gertak nya marah.

"I-itu salah lo sendiri," jawab Keira, menatap Liona tak kalah tajam. "Turunin pandangan lo, Keira," peringat Liona.

Keira berdecih. Tangan nya meraih lengan Liona yang diperban, menekan nya, tak begitu kuat, tapi karena tangan Liona yang memang masih dalam masa pemulihan, gadis itu menjerit kesakitan.

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang