BAB 55

44.7K 2.8K 111
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Tubuh Keira di dorong masuk ke dalam mobil, namun, saat orang itu ingin menutup pintu mobil, Keira lebih dulu menendang perut nya hingga terhuyung ke si pemegang pistol pertama.

Dengan gerakan gesit, ia kembali keluar dari mobil, menghindari serangan yang di layangkan oleh orang kedua tanpa senjata.

Bughhh!

Keira meninju perut orang kedua tanpa senjata itu. Kemudian, orang kedua dengan pistol mengarahkan pistol nya kearah Keira, hendak menarik pelatuk, kalau saja, seseorang tak memukulnya dari belakang.

Dughhh!

Keira sedikit terlonjak. Juan dengan tangan yang ketara sekali gemetar memukul orang bersenjata itu dengan kunci stir mobil, hingga pistol nya terjatuh dan orang itu tumbang dengan darah mengalir di kepala nya.

Keira menatap Juan sejenak, sebelum kembali memukul orang pertama dengan senjata yang hendak meraih lagi pistolnya yang sempat jatuh.

Perkelahian tak dapat di hindarkan. Keira melawan beberapa orang yang masih tersisa. Begitu juga Juan yang menggunakan kunci stir sebagai senjata nya.

Jujur, Juan takut, tapi ia harus melindungi adiknya, kan? Di bully saat di sekolah, sudah cukup ia menjadi pecundang selama ini.

Bughh!

Dughh!

Juan terjatuh, membuat kunci stir juga ikut terjatuh ke tanah. Pria itu hendak kembali mengambil kunci stir, namun, orang itu lebih dulu menginjak tangan nya.

"Akhh!" Juan merintih kesakitan, tapi orang itu malah dengan sengaja menekan kuat kaki nya menginjak tangan Juan.

Keira segera membantu Juan. Memukul orang itu dari samping, hingga di empu tumbang. Kini tersisa dua orang lagi. "Lo gapapa? Pergi dari sini. Biar sisa nya gue yang lawan," ujar Keira.

Juan menggelengkan kepala nya. Namun, mata nya langsung terbuka lebar, saat seseorang dari belakang Keira hendak memukul gadis itu. "Keira!! Belakang!"

Keira membalikkan tubuh nya, lalu dengan gerak cepat menghindari kepalan tangan si pemukul dengan kepala plontos itu. Gadis itu hendak kembali melayangkan pukulan nya untuk membalas, kalau saja kepala nya tak di lempar oleh sebuah batu dari belakang.

Keira meringis pelan, memegangi kepala bagian belakang nya. Kepala nya masih sedikit sensitif karena kecelakaan terakhir.

Dughh!

Gadis itu menendang orang di depan nya, lalu berbalik, menatap si pelaku pelempar batu. Namun, sebelum berbuat apa - apa, kepala nya lebih dulu di pukul lagi dengan kunci stir milik Juan yang jatuh tadi.

Juan membulatkan mata nya, "Keira!" Pria itu berdiri, hendak menghampiri, tapi orang itu lebih dulu menarik Keira ke dalam dekapan nya.

"KEI!" Ini Kenan dan Jendra yang turun, membawa tongkat yang mereka temukan di dalam mobil. Hendak mendekati adiknya, tapi orang itu malah mengarahkan kunci stir ke kepala Keira yang sudah berdarah. "Jangan kesini! Atau adik kalian akan langsung mati di hadapan kalian."

Mereka segera berhenti, menggelengkan kepala nya cepat. "J-jangan.." gumam Kenan. Juan menatap mata Keira yang sudah terlihat sayu.

Kepala gadis itu rasa nya berputar. Pandangan nya sudah memburam, tak jelas. Meski begitu, ia masih berusaha, menginjak - injak kaki si pelaku. Namun, apa daya, kekuatan nya sudah melemah. Tak begitu terasa di kaki pelaku.

Orang itu menarik Keira ke dekat mobil, masih mempertahankan kunci stir nya di atas kepala Keira. Untuk mengancam ketiga kakak dari gadis yang di sandera nya.

Orang itu membuka pintu mobil. Merasa sedang lengah, Juan kembali ingin mengambil langkah. Tapi, kali ini orang itu malah mengangkat pistol nya secara tiba - tiba, yang berada di dalam mobil.

Dorr!

"Akhh!"

"K-kak Juan!" Kaki Juan mengeluarkan darah tepat di paha. Tubuh pria itu terjatuh sembari meringis kesakitan.

Sedangkan, si pelaku malah langsung memasuki mobil, membawa Keira yang tengah tak sadarkan diri itu pergi dengan mobil nya.

"K-keira!" Juan segera berdiri menahan rasa sakit di kaki nya. Dengan tertatih, mencoba mengejar mobil yang sudah melaju itu. Bukan hanya Juan, Kenan juga sama. Pria itu sudah berlari, mengejar mobil dengan kecepatan tinggi itu.

"KEIRA!! JANGAN BAWA KEIRA!" teriak Kenan sembari terus berlari mengejar si mobil. Namun, percuma saja. Kecepatan lari nya tetap kalah dengan kecepatan si mobil.

"KEIRA!!" teriak Kenan lagi, hingga akhirnya ia terjatuh. "Kenapa dia bawa Keira? Siapa dia?.." lirihnya putus asa.

Jendra menahan tubuh Juan yang hampir tumbang. Tatapan nya menyendu menatap kepergian mobil itu. Dalam pikiran nya, ia menghafal angka dan huruf yang ada di plat mobil. Sampai sebuah mobil lain datang, bersama dengan sirine polisi yang terdengar.

"Juan!! Jendra!! Keira di mana?!" Suara pria yang tak asing itu terdengar, membuat mereka menoleh.















Byurrr!

Tubuh nya dingin, terguyur oleh air secara tiba - tiba. "Hahh.. uhukk!" Keira terbatuk. Mata nya langsung terbuka, terkejut. Pandangan nya remang, kepala nya berdenyut, sedikit perih.

Gadis itu ingin mengusap wajah nya yang basah, namun tak bisa. Tangan nya terikat kuat di belakang sana.

Dua detik.. tiga detik.. empat detik.. lima detik.. Ia mulai sadar sepenuhnya. Gadis itu menatap sekeliling nya, sembari memberontak dari ikatan. Mata nya berhenti pada orang di hadapan nya.

Pria itu tersenyum. Di tangan nya ada gayung, dapat di pastikan, pria itu lah yang menyiram nya dengan air tadi.

"Apa - apaan lo?" tanya Keira dengan nafas yang tak beraturan. Tatapan nya menyorot tajam pria di hadapan nya itu.

Theo tersenyum kian lebar, "Berhenti natap gue gitu, Keira. Lo tau? gue ga suka tatapan lo yang itu," ujar pria itu lebih seperti peringatan.

"Lo bawa gue kemana? Jadi, lo pelaku nya? Brengs*k. Lo mau apa?!"

"Pelaku apa? kecelakaan lo? lo salah, Kei. Bukan gue, tapi Liona," kata Theo enteng. "Gue pernah bilang kan? kalau lo sama gue, lo bakal aman. Tapi, lo malah nolak. Sekarang, Liona marah sama lo dan gue beneran ga bisa ngebantu lo lagi, kalau lo nolak gue sekali lagi," sambung Theo.

Theo mensejajarkan wajah nya dengan wajah Keira. "Jadi, biar gue kasih lo satu kesempatan terakhir ini."

"Jadi milik gue, jadi pacar gue. Lo mau, kan?" tanya Theo.

Keira menatap tajam Theo, kemudian berdecih. "Mimpi aja sono. Mana mau gue sama lo, kalau sifat lo aja kayak gini," sarkas nya.

Theo mengumpat. "Denger, Keira. Ini kesempatan terakhir lo." Tangan pria itu mengangkat dagu Keira. Jari nya mengusap bibir Keira perlahan, "Gue beneran bakal bantu lo, kalau lo setuju, cantik."

Keira menolehkan kepala nya, menghindari sentuhan Theo. "Gausah pegang - pegang!" ujar gadis itu penuh penekanan. "Lepasin gue!"

"Lo masih mau hidup kan, Keira? Jadi, jangan ngebantah, oke?" Tangan Theo kali ini mencengkeram dagu Keira, agar gadis itu menatap pada nya.

Perlahan, pria itu mendekatkan wajah nya pada wajah si gadis. Membuat Keira membelalakkan mata nya panik. Tanpa pikir panjang, gadis itu memundurkan kepala nya kasar, lalu kembali memajukan kepala nya, membentur wajah Theo lumayan keras.

Bugh!

"Akh!"

Plakkk!

"Brengs*k lo!!" umpat pria itu marah.

.

.

.

B E R S A M B U N G •

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang