79. Di balik Topeng

                                    

                                          
Ada yang rindu? 
Rindu aku atau Pak Ndaru? 😡🫵🏽
Selamat malam minggu. Yang jomblo maraton baca aja di karyakarsa viallynn sampai tamat xixixi 🫣🫢
Selamat membaca, Mblo.


***
Shana sadar jika hidupnya tak sempurna. Perasaan bahagia sangat jarang dirasa. Sesekali saja ia tersenyum meski tak sampai mata. Memilih untuk berpura-pura baik-baik saja. 
Shana juga merasa jika ia bukanlah orang jahat. Dia selalu berusaha baik pada orang-orang terdekat. Tidak peduli jika beban yang ia pikul begitu berat. Dia selalu bertindak dengan akal sehat.
Namun apa yang sekarang ia dapat?
Kali ini Shana tak bisa lagi menahan diri. Tak lagi berpura-pura untuk berani. Kekuatannya untuk berdiri kokoh telah pergi. Terbawa oleh fakta yang menyakitkan hati. 
Bukan hanya cobaan, hidup Shana juga penuh dengan kejutan. Sayangnya kali ini kejutan yang tak ia harapkan. Mengingat jika ternyata dugaannya salah sasaran. Untuk saat ini, Shana hanya butuh Ndaru seorang. 
"Sampai kapan kamu nggak mau makan?" Suara berat itu terdengar kecewa. 
Sama seperti sebelumnya, Shana memilih untuk menutup mulutnya. Mengabaikan pria yang setia menunggunya. Padahal dalam hati dia berteriak untuk mengusirnya. Namun sekali lagi, Shana sudah tak punya tenaga. 
"Shan?"
Kali ini Shana menoleh, menatap pria yang ia anggap pahlawan keluarganya itu dengan tajam. Siapa sangka jika pria yang ia pikir memiliki hati bak malaikat itu menyimpan rahasia yang menyeramkan.
Nendra Hasan, anak dari otak kehancurhan keluarganya. Sekarang Shana sudah mengetahui semuanya. Awalnya dia kebingungan dengan beberapa orang yang menerobos masuk rumahnya dan membawa paksa dirinya. Namun saat melihat Nurdin, Nendra, dan Darma bersama, semua terasa masuk akal. 
Nurdin Hasan adalah pelaku sebenarnya. Semua kesedihan yang Shana alami sejak kecil ternyata dibuat langsung oleh pria yang sudah ia anggap sebagai keluarga. Shana muak. Dia merasa sangat bodoh saat mengingat betapa dia menghormati dan menghargai Nurdin Hasan. 
Bahkan dia membela pria itu di depan Ndaru. Pria yang awalnya ia benci dan ia manfaatkan untuk menemukan bukti kebebasan ayahnya. Namun ternyata tersangka utama berada di sekitarnya sejak awal. 
Sialan! Nurdin Hasan tidak pantas mendapat kepeduliannya setelah apa yang sudah ia lakukan selama ini.
Kecurigaan Ndaru selama ini terbukti benar dan Shana menyesal tidak mempercayainya. Yang bisa ia harapkan saat ini adalah Ndaru segera menemukannya.  
Shana tidak tahu di mana dirinya saat ini. Yang pasti dia sudah diasingkan oleh keluarga Hasan. Hilangkan bayangan tempat persembunyian yang kumuh dan kotor. Bahkan kebalikannya, Shana menempati kamar yang luar biasa mewah. Meski begitu, dia tetap menjadi sandera yang dijaga begitu ketat. 
"Maaf." Nendra menunduk begitu mendapat tatapan tajam Shana. "Kamu boleh marah, kamu boleh benci sama aku. Tapi tolong, makan sedikit saja. Jangan sampai kamu sakit." 
Shana tersenyum sinis. "Hati aku bahkan lebih sakit saat tau semuanya, Mas." 
Nendra kembali menunduk. Dia tidak sanggup melihat tatapan tajam Shana. Dia sadar jika semua yang terjadi adalah kesalahannya dan keluarganya. Dia harus bersandiwara demi keselamatan keluarganya. Namun percayalah, kepeduliannya pada Shana bukanlah sandiwara. 
Justru karena rasa bersalahnya, dia sendiri yang berinisiatif masuk ke keluarga Shana dan memberikan bantuan secara tidak langsung. Hanya demi menebus rasa bersalahnya. Namun sepertinya itu tidak berguna. Kebaikannya tidak sebanding dengan rasa sakit yang telah keluarganya berikan.