76. Pertengkaran Hebat

16.2K 1.8K 123
                                    

Happy 1 million views yeayy!! Kalian kerenn 👏🏼

Aku update lagi untuk menemani malam minggu kalian. Yang mau baca full bisa langsung ke karyakarsa viallynn. Cerita Behind the Camera juga sudah update.

Selamat membaca 🙌🏼

***

Rumah adalah tempat ternyaman. Menjadi pelindung yang paling aman. Shana baru merasakan itu sekarang. Setelah beberapa bulan hidup di istana dengan terkekang.

Shana akui, kehidupannya dengan Ndaru mengalami banyak perubahan. Hubungan mereka berputar drastis sejak malam itu. Malam di mana mereka memutuskan untuk menyatu tanpa memikirkan tujuan awal mereka bersatu. Meski Ndaru masih terlihat acuh tak acuh, tetapi Shana bisa merasakan gunung es di hati pria itu mulai mencair.

Ya, Shana merasakannya.

Seperti saat ini, pemandangan di hadapan Shana sekarang adalah pemandangan yang sulit untuk ditemui saat dulu. Jauh berbeda dengan sekarang. Senyum Shana merekah dengan mudahnya melihat interaksi Ndaru dan Juna yang menggemaskan. Ndaru mulai lepas, bahkan saat di depannya.

Getaran pada ponsel membuat Shana mengalihkan pandangannya. Dia meraih ponselnya di atas sofa dengan dahi berkerut. Ada nama Nendra di sana. Membuat Shana ragu untuk mengangkatnya.

Shana kembali menatap Ndaru dan Juna. Pemandangan di hadapannya jauh lebih menarik. Shana memutuskan untuk mengabaikan panggilan itu. Dia tahu jika ia mengangkat panggilan Nendra, maka Ndaru tidak akan menyukainya. Kemungkinan paling buruk yang akan terjadi adalah hubungannya dengan Ndaru kembali memburuk.

Dalam kondisi seperti ini, di saat Shana hanya sendiri di tengah tuduhan semua orang, memusuhi Ndaru adalah hal yang tak akan ia lakukan. Shana butuh Ndaru untuk mempercayainya. Dia butuh Ndaru untuk membantunya. Dan dia juga butuh Ndaru untuk melindunginya.

"Mama! Papa makan semua melonnya," adu Juna pada Shana. Lamunan wanita itu seketika buyar. Getaran pada ponsel masih Shana rasakan. Namun seperti sebelumnya, dia memutuskan untuk mengabaikan.

Sekali lagi, Shana hanya ingin memberikan perhatian penuh pada Ndaru dan Juna.

Melihat Juna yang mengadu, Ndaru hanya menanggapinya santai. Bahkan menatap Juna dengan pandangan jenaka. Posisinya yang setengah berbaring pada sandaran sofa membuatnya tampak nyaman. Ditambah dengan alas karpet berbulu membuat tubuhnya semakin rileks.

"Jangan dihabisin dong, Pa. Kan punya Mas Juna." Shana mengambil mangkok buah Juna dari pelukan Ndaru.

Pria itu tidak membantah, malah ia bergerak menarik Juna dan menggelitikinya gemas. Lihat, lagi-lagi Shana mendapatkan pemandangan yang begitu hangat.

"Mama, tolong!"

"Jangan ngadu ke Mama," gemas Ndaru masih menggelitiki Juna dan mencium wajahnya gemas.

"Geli, Papa!" Juna tertawa dan berusaha untuk melepaskan diri.

Di tempatnya duduk, Shana hanya menatapnya dengan senyuman. Hatinya terasa tenang melihat itu. Entah kenapa dia merasa berada di lingkar keluarga yang sebenarnya.

"Maaf, Pak." Tiba-tiba Bibi Lasmi datang. Membuat Ndaru seketika menghentikan kegiatannya. Wajah gelisahnya mengundang rasa penasaran Ndaru.

"Kenapa, Bi?" Shana yang bertanya.

"Ada tamu, Bu."

"Siapa tamu yang datang malam-malam begini?" tanya Ndaru mulai duduk tegap. Terlihat jelas ia tak suka saat kesenangannya diganggu.

"Pak Darma, Pak."

Mendengar nama itu, kompak Ndaru dan Shana saling bertatapan. Wajah keduanya terkejut dengan ekspresi penuh tanya.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang