Penolakan Alden ( 21 )

71.3K 447 29
                                    

Ricard keluar dari dalam mobil, masih dengan setelan kantornya ia melangkah masuk ke dalam caffe. Begitu melihat ke dagangan Ricard semua anak remaja di sana langsung terdiam. Tentu saja mereka mengenal Ricard karena namanya yang sukses dan melambung tinggi di dalam dunia bisnis. Bahkan kerap sekali Ricard masuk kedalam siaran televisi dan media sosial lainnya.

Sedangkan Alena ia masih belum tersadar dengan kehadiran Ricard. Sehingga ia masih begitu bersemangat bernyanyi lagu heboh Sambalado. Ricard tidak menganggu, Maria yang akan memberi tau Alena di larang oleh Ricard. Dari posisi Ricard yang berdiri di pintu masuk ruang karoke dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Membuat banyak gadis di dalam itu yang terkagum. Tapi mereka tentu saja sadar kalau Ricard adalah milik Alena.

Begitu Alena sudah menyelesaikan lagunya, ia meraih air di dalam botol aqua dan meneguknya hingga tersisa setengah.

Ricard melangkah mendekat, Jennie langsung menyingkir memberikan ruang untuk Ricard menghampiri Alena.

"Sudah?" Pertanyaan dan usapan lembut di kepalanya membuat Alena tersadar. Ia mendongak dan mendapati Ricard lah yang kini ada di sampingnya dan tengah memberikan senyuman terbaik yang laki-laki itu miliki.

"Kak Ricard kok di sini?" Alena menatap tidak enak pada teman-temannya yang sudah hening karena kehadiran Ricard. Alena merasa kalau mereka sungkan dengan Ricard.

"Menjemput kamu, apa lagi?" tangan Ricard dengan lincah membersihkan keringat yang ada di kening dan bagian leher Alena.

Alena sontak mengerucutkan bibirnya. "Sebentar lagi.." Pintanya.

Ricard menunjukkan jam tangan miliknya yang begitu berharga fantastis. Alena yang melihat ternyata sudah hampir jam 11 malam membolakan matanya.

Ia menatap Ricard dengan nyengir kuda.

"Pulang?" Tanya Ricard merapikan rambut Alena yang berantakan.

"Iya." Ia sudah tidak menolak karena memang ini sudah sangat malam.

"Okeyy..."

Ricard menatap pada teman-teman Alena. "Kalian pulang lah, ini sudah malam. Besok kalian harus bersekolah. Semua administrasi sudah di urus kalian tidak perlu mengurusnya."

Sontak saja mereka semua membolakan matanya. "Terimakasih, Pak." kompak mereka semua yang mana membuat Ricard terdiam dan Alena sambil membuka mulutnya karena terkejut dengan panggilan untuk Ricard dari teman-temannya.

Begitu mereka semua pergi, Alena langsung mengudarakan tawanya. "Hahaha... Pak, hahaha..."

***********

"Sangat tampan," ucap Alena penuh dengan kekaguman.

Sedangkan Ricard yang mendapatkan pujian dari Alena merasakan debaran yang begitu dahsyat di hatinya. Perlahan ia membawa Alena untuk merebahkan diri dengan benar di atas tempat tidur. Ia mulai mengecup kembali bibir Alena, menyesap dan menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulut Alena untuk mengabsen semua deretan giginya.

Alena membalas dengan baik, kedua tangannya reflek bergerak menjambak-jambak rambut Ricard untuk melampiaskan perasaannya saat ini yang begitu menggebu bersama dengan sesuatu yang memanas di dalam dirinya.

"Mphhh..." Alena kembali mendesah di sela ciuman keduanya membuat Ricard sadar kalau wanitanya sudah mulai kehabisan nafas. Ciuman Ricard perlahan turun pada leher jenjang Erina, menyesap dan mengigit sehingga membentuk tanda merah keunguan di sana.

Akan tetapi tidak berhenti di sana, karena Aldrich terus melakukannya membuat Alena begitu terhanyut dan menikmati apa yang tunangannya itu lakukan.

"Mphhh kakhhh..." Alena mengigit bibir bawahnya dengan sesual di saat ia sendiri tidak bisa mengendalikan dirinya. Karena perlakuan Ricard membuat ia benar-benar kewalahan.

My Husband My Badboy! 21   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang