BAB 40

68.7K 4K 77
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

6 menit perjalanan mereka sampai di sebuah cafe tempat Jendra bekerja dulu. Cafe itu terbilang kecil, di banding cafe - cafe yang Keira biasa datangi. Sedikit heran juga, jika harga vas yang di pajang benar 5 juta.

"Itu dia." Alvarez berjalan kearah seorang pria paruh baya dengan kemeja berwarna putih. Keira dan Jendra mengikutinya.

"Oh! Tuan Alvarez." Pria itu menjabat tangan Alvarez. "Apa kabar?" tanya Alvarez, basa - basi.

"Baik, tuan."

"Ini teman saya, Keira. Yang waktu itu chatan sama bapak," ujar Alvarez memperkenalkan Keira. Mereka saling berjabatan dan memperkenalkan diri. Itu pak Philip. Seorang penjual sekaligus pembuat vas bunga yang cukup terkenal di kalangan orang kaya.

Sebelumnya, mereka sudah saling berkomunikasi melalui chat. Keira sudah menjelaskan masalah nya dan memberikan foto dari si vas. Menurut pengamatan pak Philip, vas itu memang kemungkinan dari kramik, namun tak mungkin harga nya 5 juta.

Lantas, kini mereka mulai memasuki cafe. Jendra meminta izin pada pegawai cafe lain untuk menuju ke tempat bos nya berada.

Maka, di sini lah mereka. Di ruang pemilik cafe itu. Pria itu berusia kisaran 30 tahun. Wajah nya terlihat arogan, menatap remeh orang - orang yang kini berada di hadapan nya.

"Apa - apaan ini, Jendra? Kamu mau bayar vas nya? Kenapa harus bawa orang rame gini?" tanya nya.

"Bukan pak, gini--" Ucapan penjelasan Jendra segera di potong oleh Keira. "Iya, mau bayar vas yang di jatuhin Jendra. Berapa?" tanya Keira.

"Oh. Saya udah bilang berkali - kali, itu 5 juta. Dari kramik, saya beli di luar negeri."

"Sorry, tapi menurut saya harga nya ga semahal itu. Bapak ada bukti apa kalau harga nya 5 juta?" ujar Keira tenang.

"Ya kan saya yang beli!! Harga nya 5 juta kok!" Pria itu sedikit meninggikan suara nya.

"Buktinya?" Ini Alvarez yang bersuara.

"Ya tanda pembelian nya udah saya buang. Gatau di mana. Intinya harga saya beli segitu."

"Jendra, kamu mau bayar atau gimana sih?! Sengaja ya kamu bawa mereka - mereka ini buat ngebenerin perbuatan kamu?" tanya si pria itu pada Jendra. Terlihat tak senang.

Jendra menggelengkan kepala nya, "Saya pasti bayar vas nya, karena saya yang udah jatuhin. Tapi.. 5 juta.. saya ga yakin itu bener 5 juta harga nya." Suara nya ia pelankan di akhir.

"Jadi, maksud kamu, saya bohong gitu?!"

Keira memainkan lidah nya di dalam mulut, kesal dengan nada bicara si pemilik cafe yang terkesan selalu tak bersahabat. "Gini, pak. Saya udah liat foto vas nya, dan menurut saya, harga nya ga mungkin 5 juta."

"Vas nya mungkin dari kramik. Tapi harga vas itu, biasa nya di nilai dari lukisan nya, apa lukisan nya rumit atau engga. Sedangkan, vas yang pecah itu, lukisan nya terbilang sederhana," jelas Keira panjang lebar.

"Ya, lalu?" tanya lelaki itu remeh. "Hei.. jangan sok tau, ya. Kalian itu masih muda semua. Gatau apa - apa tentang harga!" lanjutnya.

"Maaf menyelak." Ini pak Philip yang berbicara. Lelaki itu mendekati si pemilik cafe. "Saya Philip Haryanto, saya punya pabrik vas terbesar di kota ini," sambungnya memperkenalkan diri sembari mengeluarkan kartu nama nya.

Netra si pemilik cafe terbuka lebar menerima kartu nama itu. Tentu saja ia mengenal Philip Haryanto itu. Keluarga besar nya bekerja di bidang yang sama dan beberapa kali masuk tv untuk di wawancarai.

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang