22. Hujan yang hangat

2K 148 20
                                    

Beberapa jam sebelumnya
-

"Halo, Ma!"

Sifat Aurora sudah seperti remaja labil, beberapa detik yang lalu dengan tegas dia bicara kalau hari ini kencan bersama Dante harus terlaksana apa pun yang terjadi, tapi setelah melihat nama Janela di teleponnya Aurora mendadak tidak punya pilihan lain, tidak bisa bohong, Aurora rindu ibunya, bersama Dante memang menyenangkan dan seru, tapi sebagai anak perempuan manja Aurora tidak bisa terlalu lama menahan rindu pada Mama.

"Udah pulang sekolah apa belum sayang?" tanya Janela, suaranya lembut, Aurora sudah lama sekali tidak mendengar suara ibunya. Mereka cuma beberapa kali bertukar pesan singkat.

"Udah, aku lagi nungguin Alda rapat OSIS sebentar. Mama udah pulang?" jawab Aurora kemudian, dia menoleh ke kanan kiri lalu melihat jam tangannya.

"Mama udah turun dari pesawat, ini lagi nunggu jemputan. Pasti kamu belum makan, kan? Kamu mau makan apa? Nanti sekalian mama beliin."

"Aku mau Katsu," balas Aurora cepat, tidak berpikir banyak.

"Oke-oke, nanti-" Janela menjeda ucapannya, lalu tak lama kemudian dia melanjutkan. "Oke nanti mama beliin, sebentar ya ada telepon masuk, nanti sambung ngobrol di rumah."

Aurora mengiyakan, dia memasukkan ponselnya ke saku seragam dan bergegas berjalan cepat untuk pulang. Memasuki mobil dan duduk dengan tenang.

Melihat beberapa foto yang Alda kirimkan padanya, foto-foto cakep lelaki dingin yang Aurora kagumi saat ini, cowok jutek yang sama sekali bukan tipe Aurora tapi entah bagaimana caranya Dante malah bisa membuat Aurora suka.

Aurora menekan ikon kembali, memeriksa kontak telepon dan kemudian dia menyadari sesuatu.

Benar.

Kampret.

Wah. Ini gila, sih.

Percaya tidak percaya ya ini.

Aurora baru sadar kalau selama ini dia tidak punya nomor ponsel Dante di teleponnya, Aurora memang pernah meminta pada Bian tapi cowok itu menolak dan malah pura-pura tidak mengenal Dante.

Kalau diingat-ingat lagi, selama menjadi teman serumah Dante, Aurora jarang sekali melihat Dante bermain ponsel, dia seperti tidak pernah bertukar kabar dengan orang luar atau sekedar scroll sosial media, cowok seusianya di zaman ini sedang gandrung game mobile tapi agaknya Aurora tidak pernah melihat Dante memegang ponsel dengan posisi miring, tidak... Lebih tepatnya Aurora tidak pernah melihat Dante memegang ponsel.

Apa Dante itu golongan remaja primitif yang tidak punya hp? Itu tidak mungkin, kan?

Sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa sadar Aurora sudah sampai di rumah, Aurora turun dari mobil dan berlari masuk rumah, menuju kamarnya cepat-cepat dan melepas sepatu serta semua perlengkapan sekolah di tubuhnya, tanpa tunggu lama Aurora memasuki kamar mandi dan selesai 30 menit kemudian.

Aurora berdandan sedikit, cewek manis itu memakai piyama biru yang cantik, Aurora hanya mandi capung tadi pagi, dia tidak mau mama mencium bau asam dari tubuhnya, jadi harus mandi all out.

"Non Rora mau makan malem? Mau bibi masakin apa?" tanya bibi, pembantu rumah tangga ketika Aurora duduk di ruang keluarga dan membalik halaman majalah mode.

Aurora menggeleng menolak. "Enggak usah bibi, aku udah nitip katsu ke mama."

Bibi hanya menganggukkan kepala setuju, lalu dia berbicara lagi.

"Non Rora nginep di rumah Eyang apa enggak kelamaan? Den Sam juga jarang pulang. Rumah ini kerasa kosong loh non, sepi banget nggak ada non Rora."

Aurora tertawa kecil, dia menoleh dan menarik bibi untuk duduk di sampingnya, Aurora tau dia memang paling bisa membuat keramaian di mana pun, orang yang aktif sepertinya akan terasa sangat hilang kalau pergi sebentar.

Sexy NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang