Wlc semuaaaaa😗👋
****
Dari kejadian tadi, Laut dan Semesta dihukum satu jam penuh oleh Bumi dan Langit, hukuman mereka hanya mengakatkan kakinya sebelah sambil menjewer kuping satu sama lain. Tidak hanya itu mereka juga saling mengucapkan kata minta maaf kepada Langit.
Hukuman itu sudah berlalu, Langit membuka mata dan pikirannya lebar-lebar, karena ia tidak bisa menjaga adiknya sama seperti yang Bumi lalukan terhadap Semesta, mereka memiliki prinsip dan jalannya sendiri.
Sedangkan Bumi, dia orangnya tidak tegaan, hawatiran, makanya sekarang Bumi yang langsung memantau mereka berdua yang sedang bermain masak-masakan di taman belakang menggunakan tanah.
Tidak jauh dari tempat mereka bermain, Bumi hanya memperhatikannya sambil duduk lesehan diatas tikar sembari memakan cemilan milik Semesta, tidak lupa dengan ponsel yang sedang ia mainkan.
Bumi kaget saat melihat piring mainan menghampirinya dengan tanah yang dibentuk dan di plating sedemikian rupa.
"Abang, ayo makan, ini pasakan Ata." Ucap Semesta kepada Bumi.
"Makan tanah?."
"Ini omlet abang, pasakan Ata bukan tanah." Ucap nya.
Bumi menghela nafas lalu mengambil sendok yang ada disana bakai Mr. Cheef. Bumi mencicipi pasakan tanah Semesta.
Ingat pasakan tersebut hanya angan-angan bahwa itu beneran omlet.
Setelah itu Laut juga datang menghampirinya membawa sepiring tanah? Juga!
"Bang Bumi ayo cicipi punya Laut juga." Ucapnya yang langsung dilakukan oleh Bumi.
Bumi tidak bodoh yang enggan menanggapi anak kecil, Bumi memiringkan kepalanya lalu bergunam.
"Apa ini namanya?." Tanya Bumi kepada Laut.
Laut sempat berpikir keras memikirkan apa nama makan yang cocok dengan hidangannya.
"Tar, ini kue tar."
"Punya Ata omlet."
Bumi mengangguk lalu menyimpan sendok itu dan berkata seraya menilai cita rasa masakan mereka berdua.
Laut dan Semesta tersenyum sumringah mendengar penilaian dari Bumi mengenai pasakannya.
"Laut, kue tar kamu terlalu keras, dan kecil, platingnya sudah oke dan rasanya?? Seperti tanah."
"Omlet Semesta, omlet kamu dalamnya kurang lumer, platingnya juga sudah oke, tapi ukurannya terlalu kecil untuk raksasa seperti saya. Wanginya juga sangat semerbak kemana-mana seperti milik Laut, Rasanya seperti tanah."
"Abang ini bukan tanah, tapi Omlet."
"Iya omlet tanah kan namanya?."
Excel berjalan kesana kemari mencari keberadaan Bumi yang sedang menjaga bocah kematian itu bermain.
Sekarang waktunya makan, mereka sudah selesai membeli nasi kotak dari seberang sana, Excel kaget setelah melihat sepupunya sedang anteng dan asik bermain bersama kedua bocah itu.
Tapi tunggu! Bumi main tanah?
Memang benar Bumi bermain tanah, karakter Bumi yang berlaga seperti Mr.Cheef mendalam pada jiwanya, ia ikut serta bermain tanah bersama mereka berdua.
Tangannya kotor layaknya anak kecil.
"Bumi lo ngapain ege? Sadar umur lo Bang!." Tanya Excel kepada Bumi.
"Abang ayo cicipi omlet Ata." Semesta berlari menghampiri Excel yang sedang berdiri di ambang pintu.
Bukannya mendekat Excel malah berjalan mundur, sesekali ia menggeliat geli dan serem melihat eksfresi Semesta yang terus menawarinya nahan di piring itu.
Excel bingbrit kabur meninggalkan mereka bertiga disana, sedangkan Semesta terus berteriak memanggil Excel.
"BANG EXCEL JANGAN LARI."
*****
Semuanya sedang berkumpul di ruang tengah dengan posisi melingkar, Bumi terus mengode Semesta untuk meminta maaf kepada korban kekerasan Langit tadi.
Semesta menggelengkan kepalanya pelan, demi apapun Semesta takut setiap melihat sorot mata nya yang dalam itu.
Tapi mau tidak mau Semesta berjalan menghampiri pemuda itu yang sedang duduk bersantai di kursi ruang tamu seorang diri.
Semesta melintirkan tangannya kebelakang, ia menunduk sambil menggoyang-goyangkaan tubuhnya canggung.
"Abang." Panggil Semesta pelan.
Pemuda itu melirik kearah Semesta yang sedang berdiri didepannya sambil menunduk.
"Abang, Ata mau minta maaf, Ata nggak tahu kalau itu jaket a Langit, Ata kira itu lap butut, soalnya kata Laut disini banyak lap butut." Ucap Semesta pelan.
"not lazy"
(*tidak malas)
Semesta mendongkakan pandangannya kedepan, kedua mata mereka bertemu cukup lekat dan lama. Semesta melihat pemuda itu meringis tersenyum smirk kecil kearahnya.
"Let's just say I have forgiven you, because you are a boy, if you are not a brother of the sky and the same age as me, I will make sure you run out right then and there."
(*Anggap saja aku telah memaafkanmu, karena kamu laki-laki, jika kamu bukan saudara langit dan seumuran denganku, aku akan memastikan kamu kehabisan waktu saat itu juga) -maksud kehabisan waktu disini itu, meninggoy, kehabisan waktu untuk bernafas.
Semesta membeo cengo setelah mendengar ucapan pemuda didepannya yang tersenyum layaknya ucapan tersebut bukan lah ancaman bagi Semesta yang notabenenya masih Sd.
"Hng?."
Pemuda itu menghelanafas panjang lalu menyuruh semesta kembali ke barisan duduknya bersama Bumi untuk segera makan sebelum makannya dingin.
"Sudah lah, sana makan, lain kali jangan diulangi." Jawabannya membuat Semesta mengagguki ucapan pemuda itu dan berlari kecil kearah Bumi dan yang lainnya.
*****
Mau double up lagi gaa???
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Kami
Teen FictionPuluhan tahun tinggal bersama bumi, lantas bagaimana rasanya jika bumi kami diguncangkan oleh semesta dunia?. "Tuhan kembalikan Bumi kami." ___________________ ( Up 2'hari sekali ) #star nulis Nov23 #finish jan23 #end up Des24