Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatu. Halo semuanya, selamat datang di ceritaku.
Sebelum masuk ke ceritanya, aku cuma mau ngasih tau kalau cerita ini adalah cerita murni hasil karyaku sendiri. Tidak ada unsur plagiat di dalam cerita ini.
Oke itu aja sih. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen sebelum membaca cerita ini.
Happy reading
___________________
___________
______________________"Abba, ada anak kecil yang nangis di sana." Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun menunjuk seorang gadis kecil yang tengah menangis di bawah pohon di sebuah taman.
"Kakak boleh ke sana nggak,Ba?" Tanya anak laki-laki itu.
Zidan Aqil Az-zayyan, seorang anak laki-laki berwajah tampan dan berkulit putih yang merupakan putra sulung dari seorang pengasuh pondok pesantren.
"Boleh. Ajak main gih," ucap Farzan--ayah dari Zidan.
Zidan mengangguk kemudian berjalan menghampiri gadis kecil itu.
"Halo, Kamu kenapa nangis?" Tanya Zidan.
Gadis itu mendongakkan kepalanya. "Aku mau beli es krim, tapi bundaku nggak tau ke mana," ucap gadis itu terisak.
"Ayo aku beliin."
"Emang Kamu punya uang? Kata bunda,kalo mau beli es krim harus pake uang."
Zidan tersenyum. "Aku punya kok. Abba ngasih aku uang tadi."
"Ayo." Zidan berjalan terlebih dahulu dan disusul oleh gadis kecil itu.
Setelah membeli es krim, mereka berdua memutuskan untuk duduk di kursi yang berada di dekat sebuah Playground.
"Makasih ya," ucap gadis itu tersenyum manis.
"Sama-sama."
"Kamu mau nggak jadi temen aku?" Tanya gadis itu.
Zidan mengulum senyumnya. "Iya, aku mau."
"Asik," girang anak perempuan berparas cantik itu. Reflek, anak itu hendak memeluk Zidan,tapi Zidan langsung menghindar.
"Kata Abba, laki-laki dan perempuan nggak boleh bersentuhan. Bukan mahram," ucap Zidan. Walaupun masih kecil, rapi ayahnya sudah mengajarkan banyak hal kepada Zidan. Meskipun belum baligh, tapi Farzan sudah membiasakan Zidan untuk menaati perintah dalam agama Islam dan menjauhi segala hal yang dilarang.
Gadis itu mengernyit. "Mahram itu apa?"
"Kata Abba, mahram itu seseorang yang punya hubungan darah sama kita."
"Tapi kan kita masih kecil. Kenapa nggak boleh pegang-pegang?" Tanya gadis itu.
"Walaupun masih kecil, tapi aku udah dibiasain untuk tidak bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahram."
"Kalo gitu aku mau jadi mahram kamu biar kita bisa main bareng dan pegang-pegang. Boleh nggak?"
Zidan tertawa. "Kata Abba, kalau perempuan yang bukan mahram mau dijadiin mahram itu harus nikah."
"Ya udah ayo kita nikah," ceplos anak berusia 6 tahun itu.
"Kita kan masih kecil. Anak kecil nggak boleh cinta-cintaan."
"Emang kalo masih kecil nggak boleh nikah?"
"Nggak boleh lah."
"Ya udah,kalo kita gede,kamu harus nikahin aku ya biar kita bisa main bareng sepuasnya."
Zidan tersenyum. "Hmm, aku janji."
Namanya anak-anak, pasti tidak tahu arti dari ucapan mereka. Lihatlah tingkah mereka berdua, seenaknya berjanji untuk menikahi seorang perempuan padahal mereka sendiri belum tahu arti dari sebuah pernikahan.
"Kakak,ayo pulang!" Terdengar suara seseorang berteriak memanggil Zidan.
"Aku pulang dulu ya," pamit Zidan.
"Yah, kamu udah mau pulang? Kapan kita ketemu lagi?"
Zidan mengulum senyum manisnya. "Jika Allah menakdirkan kita bertemu lagi, kita pasti akan bertemu dan saat kita bertemu lagi, aku akan menepati janji itu."
"Ini." Zidan mengerikan sebuah gelang yang terlihat sangat indah kepada gadis kecil itu.
"Apa ini?" Tanya gadis itu.
Zidan tersenyum. "Kalau suatu saat kita bertemu lagi, aku akan mengenali kamu karena kita pakai gelang yang sama."
Gadis kecil itu mengambil gelang itu. "Tapi kalo ada yang gelangnya sama kayak kita, gimana?"
"Gelang itu aku buat sendiri, nggak ada yang sama gelangnya kayak gelang itu."
"Oke."
"Ya udah, aku pulang ya. Bye." Zidan melangkahkan kakinya pergi dari sana.
"HEY TUNGGU, NAMA KAMU SIAPA?" Teriak anak perempuan menggemaskan itu.
"ZIDAN!!" Balas ziddn ikut berteriak.
"Kakak, itu temen, kakak?" Tanya Farzan saat Zidan sudah sampai di hadapannya.
"Iya,Ba. Ba, nanti besar kakak mau nikahin dia boleh nggak?"
Farzan tertawa mendengar pertanyaan konyol itu. "Anak kecil nggak boleh cinta-cintaan."
"Kan kalo kakak udah besar,Ba. Boleh nggak?"
Farzan mengulum senyum lembutnya. "Kakak, belum waktunya kakak untuk bicara seperti itu. Kakak kan masih kecil, kakak bahkan belum tau artinya sebuah pernikahan."
****
"Bunda!!" Seorang anak kecil berlari menghampiri sosok perempuan yang ia panggil dengan sebutan bunda.
"Ya ampun sayang. Dari tadi loh bunda nyariin kamu,ke mana aja sih?" Tanya sosok perempuan cantik bermata coklat itu.
"Tadi aku ketemu sama teman baru, Bun. Namanya Zidan. Kalau nanti kita udah besar, dia janji bakal nikahin aku supaya kita bisa main sepuasnya."
Perempuan itu terkekeh. "Sayang, kamu kan masih kecil. Nggak boleh mikirin kayak gitu."
______________________
________________________
________________Emang boleh prolognya sesingkat ini? Nggak papa deh ya. Tungguin part selanjutnya.
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
IKRAR SUCIMU
SpiritualSpin off Aku Dan Gus kembar Tentang sebuah janji yang pernah diikrarkan oleh seorang laki-laki bernama Zidan Aqil Az-zayyan di masa kecilnya kepada seorang perempuan. Ia berjanji jika mereka bertemu lagi, ia akan menikahi perempuan itu saat mereka...