12:30
Kirana menelan ludah kasarnya, matanya lebar ketakutan saat Deka mendekatinya dengan langkah lambat. Dia terlihat siap untuk melawan atau melarikan diri.
Deka menatap Kirana dengan senyum misterius. "Pulang sekolah, datang ke parkiran, pulang bareng gue," ucapnya dengan nada yang tidak terlalu ramah.
Kirana menatap Deka dengan rasa takut dan ragu, suaranya pelan. "U-untuk apa ya, Kak?" Dia mencoba menyembunyikan ketakutannya, tapi matanya mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam.
Deka menjawab, "Adek gue ngajakin lo ke rumah, buat acara makan-makan bersama kedua temannya itu." Kirana masih terlihat ragu, tapi Deka melanjutkan, "Jangan khawatir, cuma acara santai aja."
Kirana masih ragu, matanya mencari kepastian. "Terus... Eka naik apa, Kak?" suaranya pelan, penuh keraguan.
Deka menjawab singkat, "Dia bawa mobil." Kirana terlihat semakin ragu, mempertanyakan keamanan dan keselamatannya.
Kirana mengangguk, menerima ajakan tersebut. Dia memutuskan untuk ikut bersama Deka karena tidak ingin repot mencari alamat rumahnya sendirian.
Deka menatap Kirana dengan tatapan tegas. "Jangan lelet, gue benci keleletan," katanya dengan nada yang tidak sabar.
Kirana menjawab dengan cepat, suaranya sedikit bergetar. "Baik, Kak!" Dia segera mengikuti Deka, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.
Aurel mengutuk dengan nada marah dan kesal. "Dasar lonte, sialan!" Dia mengepalkan tinju, wajahnya merah karena amarah.
Wajah Kirana memerah dan menyakitkan setelah ditampar. Dia memandang Aurel dengan kaget dan marah, bertanya-tanya apa yang memicu tindakan tersebut. Sementara itu, Deka terlihat terkejut dan kesal melihat Aurel bertindak begitu kasar tanpa alasan yang jelas.
Aurel melanjutkan kemarahannya dengan kata-kata tajam. "Dasar lonte! Ngapain lo ngobrol sama cowok gue?!" Suaranya memecah kesunyian, menarik perhatian orang-orang di sekitar.
Kerumunan orang mulai berkumpul, menyaksikan kejadian tersebut dengan rasa penasaran dan kekhawatiran. Aurel semakin marah, menjambak rambut Kirana hingga gadis itu meringis kesakitan. Deka berusaha menghentikan kekerasan tersebut dengan menarik tangan Aurel dan berusaha menenangkannya. "Aurel, berhenti!" teriaknya.
Aurel melawan, berusaha melepaskan genggaman Deka. "Sayang, lepasin! Aku mau ngasih pelajaran buat dia!" Suaranya menggelegar, penuh amarah dan dendam.
Deka memperingatkan Aurel dengan nada keras, "Berhenti sekarang! Kalian sudah jadi tontonan orang banyak!" Dia mencoba menenangkan situasi dan mencegah kekerasan lebih lanjut.
Aurel tetap marah, matanya menyala dendam. "Gak mau! Pokoknya cewek gak tau diri ini harus diberi pelajaran!" Dia menatap Kirana dengan kemarahan yang tak terkira, membuat Kirana semakin ketakutan.
Deka menegaskan lagi dengan nada yang lebih keras dan tegas, "Hentikan sekarang! Lepaskan dia, Aurel!" Dia berusaha mengendalikan situasi agar tidak semakin memburuk.
Aurel menolak dengan keras, suaranya singkat dan tegas, "Gak!" Dia tetap mempertahankan gripnya pada Kirana, menolak untuk melepaskannya.
Suara Deka kini lebih dingin dan tekun, menandakan kesabaran yang mulai habis. "Lepaskan," ucapnya, berusaha menahan emosi yang semakin memuncak.
Aurel terus melawan, matanya memancarkan kemarahan. "Gak! Aku gak mau pergi. Sebelum cewek lonte ini ku---"
"Aurel!" Suara Deka yang tegas dan keras membuat Aurel terkejut dan terdiam. Air mata Aurel tiba-tiba mengalir, mengungkapkan kesedihannya yang terpendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWARA THE SERIES (On Going)
Teen Fiction(TAHAP REVISI) Ketika tiga pribadi berbeda-introvert, arogan, dan humoris-bersatu dalam persahabatan, perbedaan sifat dan agama tidak menjadi penghalang. Mereka malah menjadi tak terpisahkan. Hati yang indah kini jauh dari pandanganku. Aku menyesal...