BAB 34

6.8K 206 0
                                    

Ata keluar dari kamar mandi. Sama seperti tadi, ia masih menggunakan cadar walaupun sudah berada di dalam rumah.

Ia melihat Fathir yang sedang semangat mengerjakan pr. Entah kenapa anak itu semenjak di hina oleh ibu-ibu kemarin sikapnya jadi berubah menjadi pendiam. Ata melangkah menghampiri anak sambungnya.

"Rajin banget anak umi," ucap ata, duduk di kursi samping meja belajar.

"Iya, soalnya besok fathil ada latihan matematika."

"Mau umi bantu?" Tawarnya. Fathir menggeleng. "Fathil bisa sendili, umi."

Ata tersenyum. "Yaudah kalo ada yang susah bilang ke umi, ya?" Fathir mengangguk. Setelah itu ia meraih hp yang berada di atas meja belajar Fathir.

Mencari nama kontak Riyan. Ia harus memberi tahu Riyan bahwa tadi ia berpapasan dengan opa Jack.

Ata menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa sekarang ia tidak memiliki kontak kakak sepupunya lagi karena sudah di hapus oleh Izhar.

Ia mencari kontak bernama Aurel karena dia adiknya pasti dia punya nomor kakaknya.

Aurelia

Me:
Kirim nomer Abang Lo. Cepetan. GPL.

Tak lama dari itu Aurel langsung membalas pesan nya.

Aurel:
Minta tolong lo sama gue? Tahun lalu masih inget kagak Lo bilang apa ke gue?

Me:
Bisa cepet kirim gak su? Gak usah banyak bacot.

Aurel:
Bayar 100 ribu

Me:
Bokap Lo bangkrut?

Aurel:
📍Abang asuh!

Ata langsung menyimpan nomor Riyan. Lalu menekan tombol memanggil.

"Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi cobalah pada saat nanti"

Ata mendengus. Beginilah jika orang sibuk di hubungi. Pasti tidak di angkat panggilannya. Ia mencoba kembali menelpon Riyan, barangkali setelah ini ia angkat.

Dan benar saja. Riyan langsung mengangkat panggilannya.

"Siapa?"

"Riyan! Opa Jack udah pulang ke sini. Gue tadi ketemu dia di supermarket. Lo udah nyimpen aman kan sertifikat rumah nenek kakek? Jangan sampai opa tau kalo Lo yang nyimpen sertifikat itu."

"Ata? Aman. Gue udah nyimpen sertifikat itu di tempat yang benar-benar opa gak bisa nemuin nya,"

"Bagus, deh, kalo gitu. Gimana dengan Ara? Apa dia rajin meriksa kandungannya sama lo?"

"Itu sudah kewajiban. Bahkan satu hari dia gak dateng USG. Maka sedetik itu juga gue langsung nyamperin dia ke rumahnya."

"Sip!"

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Ata menoleh. Melihat Izhar yang baru saja pulang dari masjid. Ya, sepulangnya dari belanja tadi izhar langsung berangkat ke masjid. Bukan hanya satu kali ia ke masjid, tapi di setiap hari di saat ata lagi datang meteor.

"Gue matiin dulu telponannya. Assalamualaikum,"

"Wa'alaikum salam—

Tut!

Ata berlari menghampiri Izhar. Mencium punggung tangan suaminya, lalu mengambil sajadah yang tengah di pegang oleh Izhar.

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang