Tapi aku menyukaimu. Bolehkan aku mendekati mu dulu? Lalu aku akan memutuskan……”
Door!!!!
Suara tembakan terjadi beberapa kali, sebenarnya apa yang terjadi? Babe yang terlihat ketakutan hampir menangis di dalam mobil, sementara itu Billy yang tadinya diam karena terkejut kini menutupi tubuh Babe dengan tubuhnya untuk melindungi Babe saat tembakan terdengar beberapa kali lagi.
"Darah!!!! Apakah kamu tertembak? Babe menatap lengan yang melindungi dirinya sebelum bertanya dengan suara serak saat dia melihat darah menetes. Namun si pemilik lengan masih bersikap tenang, tidak takut sama sekali seperti kehilangan akal sehatnya.
“Ayo kita cari cara untuk melarikan diri dari sini secepat mungkin. Ayo!!” Billy berbalik dan menatap wajah Babe sebelum berkata dengan suara gemetar karena khawatir, “Berhentilah bersikap keras kepala, sekali ini saja. Setidaknya kali ini, aku sungguh khawatir.”
"Diamlah," Babe selesai berbicara dan mengambil saputangan bersih berwarna biru muda, membuka lipatannya, dan melipatnya menjadi segitiga kemudian menutup luka tembak di lengan Billy sebagai pertolongan pertama untuk menghentikan pendarahan dari sosok tinggi di depannya dan bertanya. Pertanyaannya itu adalah sesuatu yang membuat sosok Billy itu tercengang: "Beri aku pistolmu.”
“Jangan keras kepala…lebih baik mencari cara untuk keluar dari sini.” Billy memandang orang yang meminta pistol dengan ekspresi tidak percaya.
“Ambil saja pistolnya dulu lalu panggil bodyguardmu itu sebelum kita benar-benar akan mati." Babe malah menarik Billy ke belakang dan merampas pistol yang telah terpasang di pinggang Billy sebelum memegangnya erat-erat seperti orang yang biasa menggunakannya. "Aku seorang penembak dan mempelajari beberapa keterampilan bertarung saat aku berada di luar negeri... Bisakah kamu memanggil seseorang untuk membantu kita?”
"Aku tahu." Setelah mendapat penjelasan, sosok jangkung Billy menerimanya sebelum segera menelpon teman dekatnya, Talay, si pemilik hotel yang dekat dari sini. “Kenapa kamu belum datang?”
(Aku tepat di belakang mobilmu, bajingan...jadi apa yang harus aku lakukan? Kenapa seseorang menembakmu? Bukankah kamu bilang padaku kamu akan datang untuk berkencan?) Talay menderu ke arah temannya begitu Billy mulai mengeluh padanya.
“Cepat bereskan semuanya…tangkap mereka. Aku ingin tahu siapa pelakunya." Billy berkata ke ujung telepon dengan suara suram sebelum menutup telepon dan malah menatap sosok kurus orang di depannya.
“Bersihkan area sekitar dan tangkap mereka. Jangan biarkan mereka melarikan diri.” Suara keras dari Talay terdengar dari arah belakang mobil Billy dan dengan cepat memerintahkan para pengawalnya. Puluhan pengawal segera bergegas memburu pria bersenjata itu.
"Ai’Ly...bagaimana kabarmu dan Babe?" Talay berjalan menuju mobil teman dekatnya di depan mobilnya sebelum bertanya pada mereka berdua dengan prihatin.
"Aku baik-baik saja....Tolong bawa dia untuk dirawat. Dia tertembak," jawab Babe kepada teman dekat sepupunya yang lain.
“Kamu mau kemana?” Billy mendengarkan Babe berbicara dengan wajah yang mulai sedikit pucat setelah mendengar jawaban pertanyaan dari Talay dan sepertinya dia hendak bangun dan pergi.
“Pulanglah, ini sudah larut malam.” Babe menjawab seperti tidak terpengaruh dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Aku sudah tidak apa-apa, aku akan mengantarmu pulang segera." Billy memegangi lengan Babe dan tidak mau melepaskannya. Takut Babe akan nekat kabur pulang sendirian di saat keadaan masih belum aman sepenuhnya.
Lihat saja para pengawal Talay belum melaporkan bahwa penembaknya sudah tertangkap, bisa saja kan mereka masih ada disekitar sini, dan Billy khawatir kalau Babe akan terluka.
“Kamu obati saja lukanya dulu. Aku bisa pulang sendiri.” Babe menghela nafas sebelum memberitahu Billy agar menghilangkan kekhawatirannya.
"Tunggu aku...." Kata Billy dengan suara lembut.
"Babe, menurutku... seharusnya kita diam di sini dulu? Dan begitu orang-orangku sudah menangkap pelakunya, kita akan mengantarmu pulang." Talay membantu temannya itu untuk menahan kekeras kepalaan Babe.
"Uh....baiklah." Babe tidak ingin membantah Talay, jadi dia setuju untuk tinggal. "Pergilah dan balut lukamu. Apakah kamu ingin menunggu sampai semua darah mengalir keluar?”
"Ummm...tolong bantu aku," jawab pria jangkung itu sebelum mengulurkan tangannya yang terluka kepada Babe.
“Aku akan membantumu.” Talay hendak mengulurkan tangan untuk membantu temannya tetapi harus berhenti.
“Lukanya sangat parah. Bagaimana kamu bisa bertahan sampai sekarang?” Mulut kecil Babe menggerutu dengan tergesa-gesa, tapi dia tetap menerima tangan Billy yang terulur di depannya dan menariknya berdiri, menuntun Billy keluar dari dalam mobil dan segera membawanya masuk ke dalam hotel milik Talay yang tak jauh dari sana.
Talay yang tadinya ingin membantu Billy, hanya geleng-geleng kepala. Teman sialannya itu bisa saja memanfaatkan keadaan untuk bisa mendekati Babe.
Tapi pada kenyataanya, Talay tetap harus membantu Babe memapah Billy, karena sepertinya Babe tidak kuat sendiri untuk menopang tubuh Billy.
Billy sempat memberi deathglare pada Talay, tapi Talay tidak peduli. Mereka sempat beradu argumen tetap sambil memapah Billy ke hotel dan membuat Babe berpikir,
Teman sepupunya ini tidak buruk juga..
…….🐽🐺……
Author Note,
Yang penasaran siapa penjahatnya, tahan dulu yah.... nikmati moment mereka dulu deh, dan yang tanya Heng kemana? Mmm... aku bingung mau buat chapter dianya wkwkwk.Buat yang mau dukung aku, silahkan traktir aku di TraktirID yah, atau yang mau tanya-tanya bisa DM ke X aku di @Uffiekim
Thanks to,
U parin as proff,
All readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sign (Billy × Babe) Short Fanfiction
FanfictionIni adalah kumpulan fanfiction Billy Babe, cerita ini mungkin ada yang terinspirasi dari moment mereka atau diambil dari kisah didunia nyata yang aku buat ke dalam cerita. silahkan menikmati.