59. Kesepian

15.2K 1.7K 109
                                    

Sesuai janji, aku update lagi malam ini.

sampai ketemu minggu depan. Buat yang nggak mau nunggu bisa langsung ke karyakarsa viallynn aja.

Selamat membaca ❤️

***

Sarapan pagi dipenuhi dengan makanan lezat. Mengingat jika sang Putra Sulung sudah kembali merapat. Membuat suasana rumah menjadi lebih hangat. Sungguh, potret keluarga bahagia yang terjalin dengan erat.

Suara riuh dari teriakan sang cucu memenuhi ruangan. Tampak berlarian menghindari sarapan. Namun itu bukanlah sebuah kesulitan. Sudah ada para pengasuh yang siap bekerja sesuai arahan.

"Nggak mau sayur!"

"Biar sehat, Ayu," balas sang pengasuh yang masih mengejar.

Pemandangan itu diabaikan oleh para manusia dewasa. Yang tetap duduk tenang dengan banyak makanan di atas meja. Perbincangan kecil juga ikut mengisi suasana. Membahas banyak hal yang tak terduga.

"Udah pada denger belum?" Sania, Si Bungsu memulai topik baru. "Shana kecelakaan."

Kalimat itu berhasil membuat pergerakan semua orang terhenti. Semua mata langsung tertuju pada Sania.

"Kok bisa?" Atikah, sang ibu menunjukkan wajah khawatirnya.

"Papa udah denger." Nurdin menghela napas kasar.

"Di rumah sakit mana?" Nendra mendorong piringnya menjauh.

Nurdin tersenyum kecut. "Kamu mau jenguk? Papa yakin Ndaru nggak akan izinin."

"Nggak masalah, dia ke Kalimantan hari ini." Nendra mengedikkan bahunya pelan.

"Kok kamu tau, Mas?" Sania menatap kakaknya bingung.

Nendra berdiri dan mulai bersiap. "Aku berangkat dulu."

"Ke rumah sakit?"

Nendra menatap Sania jengah. "Ke kantor, lah."

Pertanyaan yang cukup konyol.

"Hati-hati, Mas," ujar Atikah begitu Nendra ingin berlalu.

Nendra menatap ibunya bingung. Dia melirik pada ayahnya untuk memastikan.

Hati-hati untuk?

"Hati-hati kalau mau jenguk Shana. Ndaru cukup merepotkan," jelas Nurdin.

Kekehan kecil Nendra berikan. "Ndaru? Siapa dia?" tanyanya remeh dan berlalu pergi.

Sania menatap kepergian kakaknya dengan gelengan kepala. "Dia nggak takut sama Handaru, Pa. Apa lagi ini tentang Shana."

***

Shana memang suka sendiri, tetapi bukan berarti harus diisolasi seorang diri. Dia masih berada di rumah sakit hingga siang ini. Awalnya Ndaru memang ingin membawanya pulang tetapi berakhir tak jadi. Akhirnya Shana memilih untuk menikmati waktunya di rumah sakit dengan setengah hati.

"Mau saya kupaskan buah apel, Bu?" tawar Roro.

Shana meliriknya sekilas dan menggeleng. Tangannya bergerak memindah tayangan televisi yang membosankan.

"Kenapa saya belum boleh pulang, Ro?" tanya Shana jengah. "Saya udah nggak apa-apa."

"Kata dokter, setidaknya butuh dua hari untuk memastikan keadaan Ibu baik-baik saja."

"Terus kenapa saya nggak boleh keluar kamar? Saya mau ke taman."

Roro menggeleng tegas. "Kalau itu Pak Ndaru yang tidak mengizinkan, Bu."

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang