02. Lari Jarak Pendek

Mulai dari awal
                                    

"Kenapa diam disini?" Jevan bertanya.

"Nggak kok."

"Yaudah, ayok masuk." Jevan menarik tangan Ariel, membuat Reza mengerutkan keningnya. Genggaman tangannya tiba-tiba terlepas karena Jevan yang melepaskannya dan memilih menarik tangan Ariel untuk masuk ke kelas.

Ia lalu mengekori Jevan dan Ariel yang sudah masuk kedalam kelas.

Jevan duduk di kursinya, serta Reza yang duduk disampingnya. Mereka memang duduk bersebelahan, di belakang, tepat di sebelah tempat duduk Samudra.

Sementara Ariel hanya diam saja saat melihat Samudra yang tengah duduk di kursi miliknya. Kaki yang naik sebelah di atas meja, serta handphone yang ia mainkan di tangannya.

Ia menghela napas pelan, kemudian meletakkan tasnya di kursi miliknya. Samudra menoleh, menatap Ariel yang langsung duduk disampingnya. Ya, mereka duduk bersebelahan seperti Jevan dan Reza.

Samudra berdiri, mengambil tasnya dan berjalan menuju sebuah kursi yang masih kosong di bagian depan, membuat Ariel mengerutkan keningnya.

Samudra terlihat berbicara dengan seorang cowok berkacamata disana, terlihat cowok itu mengangguk, Samudra meletakkan tasnya disamping cowok berkacamata itu.

Ariel paham apa maksudnya. Samudra tak mau lagi duduk bersebelahan dengannya, mungkin karena kejadian beberapa hari yang lalu. Ia tertunduk meremas kuat ujung bajunya. Menyalahkan dirinya sendiri atas kebodohannya.

Jevan menyenggol lengan Reza yang sedang menulis disampingnya, "lo sadar nggak sih kalo Samudra kaya ngehindar dari Ariel?" tanya Jevan berbisik.

Reza mengangkat bahunya acuh, "udah, itu masalah mereka. Nggak usah ikut campur."

Jevan mengangguk pelan. Reza melirik Ariel yang tengah tertunduk, kemudian kembali melanjutkan menulis.

"Gue boleh duduk disini?" Ariel mendongakkan kepalanya menatap seorang cowok ber nametag Randika Imanuel itu.

"Samudra duduk di tempat gue, dia nyuruh gue duduk disini. Nggak papa, kan?" sambung Dika yang diangguki oleh Ariel.

Ariel menatap kosong punggung Samudra yang berada jauh didepannya, hanya ada dua meja yang menjadi penghalang keduanya. Sekarang Samudra bukan lagi sosok yang ia kenal, ia berubah. Dulu, Samudra takkan mau membiarkan siapa pun duduk bersebelahan dengan Ariel kecuali dirinya.

Jevan dan Reza saja tidak boleh.

Namun semuanya berbeda sekarang.

"Ariel, lo nggak papa?" Ariel tersadar dari lamunannya saat Dika memegang bahunya.

Ariel menggeleng sambil tersenyum, Dika terdiam seketika. Senyum Ariel membuat nya mematung, gigi ginsul nya terlihat, menambah kesan manis padanya.

"Oh iya, jam pertama kan olahraga. Mending kita siap-siap buat ganti baju."

Jam pertama nanti memang adalah pelajaran olahraga, Ariel sangat menyukai pelajaran itu. Tapi bukannya senang, ia malah tampak gelisah.

"Kenapa? Muka lo kayaknya gelisah gitu, ada masalah?" Ariel menggeleng pelan membuat Dika sedikit kebingungan.

"Oke." Dika berdiri, lalu menatap Ariel yang masih terdiam. "Mau bareng?"

Ariel menatap Dika, kemudian melirik Samudra yang berjalan bersama Jevan dan Reza dengan siswa dari kelasnya yang sudah berbondong-bondong keluar kelas.

"Iya." jawaban Ariel membuat Dika tersenyum merekah, lalu langsung menarik tangan Ariel dan menuntunnya keruang ganti.

*****

Semua siswa kini tengah berbaris, materi pelajaran olahraga kali ini adalah lomba lari jarak pendek. Tapi sebelum itu, semua siswa melakukan pemanasan terlebih dahulu yang di pimpin oleh guru olahraga mereka, sebut saja Pak Ahmad.

"Baik semua, bapak akan menyebutkan empat nama, yang bapak sebutkan namanya harap menuju garis start."

"Siap Pak," jawab semua murid bersamaan.

"Samudra, Ariel, Kenta dan Dika, kalian berempat cepat menuju garis start."

Yang namanya disebutkan mengangguk, mereka lalu berjalan menuju garis start. Samudra di ujung kiri, Ariel di sebelah Samudra, Kenta dan Dika bersebelahan karena Dika berada di ujung paling kanan.

Mereke berempat mengambil ancang-ancang, menunggu peluit dibunyikan. Ariel sedikit meringis pelan saat melakukan teknik jongkok, kakinya masih sakit. Tapi ia harus menahan nya untuk keberlangsungan pelajaran ini.

Prittt!

Mereka semua langsung berlari, semua siswa bersorak-sorai menyemangati Samudra. Dika tak mau kalah, ia mencoba mendahului Samudra yang lebih dulu berada di depannya.

Namun, ia langsung melambatkan larinya saat melihat Ariel berlari dengan pelan. Padahal Ariel yang tidak kalah semangat jika pelajaran olahraga, kenapa wajahnya malah menunjukkan sebaliknya, pikir Dika.

Persekian detik kemudian Dika langsung melebarkan matanya saat melihat Ariel terjatuh. Ia lalu berlari kearah Ariel yang tengah memegangi kakinya.

Sontak semua siswa terkejut, apalagi Jevan dan Reza.

"Ariel, lo kenapa?" panik Dika saat melihat beberapa luka di bagian kaki Ariel, juga di pergelangan kakinya.

"Shhh ... nggak papa. Ini bekas jatuh dari motor."

"Sini, gue bantuin lo berdiri." Dika memapah Ariel. Membawanya kearah pak Ahmad dan siswa yang menatap mereka.

"Pak, saya izin bawa Ariel ke UKS." pak Ahmad mengiyakan. Kemudian bergegas membawa Ariel untung mengobati lukanya.

Tentu saja itu semua tak luput dari penglihatan Samudra, ia telah sampai duluan di garis finish, Saat akan berbalik badan ia melihat Ariel yang terjatuh, ia repleks menggerakkan kakinya untuk berlari menghampiri Ariel. Namun ia langsung mengurungkan niatnya saat melihat Dika yang sudah lebih dulu menolongnya.

'Ariel...'

*****

jangan lupa votenya manteman, typonya jangan lupa tandain, maklum penulis amatiran :)

Tbc...

ELSAMDRA [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang