13

2.2K 301 35
                                    

Di sebuah ruangan yang minim pencahayaan, Wei Changse tampak berdiri di depan sebuah pusaran makam. Tertulis sebuah nama, Cangse Sanren di batu nisan itu.

Wei Changse meraih bunga yang tampak telah mengering, lalu mengganti nya dengan bunga baru. Ia tampak duduk di lantai dan menyusun sebotol anggur juga dia buah gelas.

"Sanren... Apa kau melihat nya? Xian'er.. perlahan mendapatkan tawanya kembali.." Wei Changse menuang anggur kedalam dua gelas.

"Walau.. bukan akulah yang membuat ia tertawa.... Aku senang, ia dapat tertawa seperti dulu.." ia tampak tersenyum sedih.

"Sanren.. maafkan aku.. karna aku yang lemah ini.. aku tidak dapat melindungi mu..." Wei Changse

"Tetapi, aku berjanji aku akan mendapatkan seseorang yang sungguh dapat melindungi Xian'er.. aku berjanji kepada mu." Wei Changse

"Maaf... Karna aku... Pernah gagal untuk melindunginya satu kali.. kali ini, apa pun yang mengancam keamanan nya. Akan ku hapus sampai keakar nya." Ekspresi Wei Changse tampak menjadi sangat serius.

"Walau aku harus mati karna kutukan itu, aku tidak akan perduli." Wei Changse

. .

Wei Wuxian tampak telah siap dengan pakaian berkuda nya. Suasana hati nya tampak begitu senang, ia sungguh menantikan hari ini.

"Sudah akan pergi?" Wei Changse
"Ayah..." Wei Wuxian sedikit membungkuk

"Ya.. tidak enak jika mereka harus menunggu." Wei Wuxian
"Ayah akan pergi bersama mu." Wei Changse
"Baik.." Wei Wuxian mengikuti langkah Wei Changse.

Di dalam kereta kuda, lagi lagi hanya keheningan yang tercipta. Tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan, sampai akhirnya mereka pun sampai.

"Pemimpin Komandan." Penjaga segera membuka gerbang dan membungkuk hormat. Wei Changse hanya mengangguk kecil.

"Guru." Lan Wangji, Xie Lian dan Hua Cheng membungkuk sopan saat Wei Changse dan Wei wuxian memasuki ruangan.

"Pastikan kalian menjaga nya dengan baik." Wei Changse
"Baik." Jawab ketiga nya.

"Berhati hatilah, kau bisa memerintah mereka apa pun yang kau mau." Wei Changse menepuk halus kepala Wei Wuxian

"B-baik... Ayah..." Wei Wuxian tersentak dengan wajah agak merona.

"Sentuhan seperti itu lagi." Wei Wuxian

*Ingatan Wei Wuxian

"Haha.. ayah ini bagus..."
"Em, iya sangat bagus." *

"Ah! Apa itu tadi...?" Wei Wuxian tampak tersentak

"Tuan muda, lewat sini." Xie Lian melihat nya
"Apakah ada yang salah?" Xie Lian.

"Ah..tidak, ayo kita pergi." Wei Wuxian tersenyum canggung.

Wei Changse diam diam memperhatikan nya.

. .

"Ohh... Ini..." Wei Wuxian tampak terkejut saat melihat seekor kuda dengan ukuran lebih kecil dari kuda kuda lain nya.

"Cantik kan, Guru yang menyiapkan hal ini." Xie Lian mengelus kepala kuda itu
"Ayah??" Wei Wuxian

"Aku sudah khawatir jika gagal menaiki kuda karna tinggi mereka yang sulit ku gapai. Ternyata.. ayah menyiapkan kuda lain nya." Wei Wuxian

"Mengapa ayah semakin bersikap aneh.." Wei Wuxian

"Juga... Ingatan apa tadi itu..." Wei Wuxian

Aku Tidak Ingin Menikah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang