25

6.9K 236 4
                                    

Wanda mengudang Soraya untuk datang ke rumahnya. Wanda juga mengundang Adit untuk makan siang bersama di rumahnya. Perempuan itu sengaja ingin mendekatkan Soraya dan Adit lagi.

"Aya, Tante berharap kamu dan Adit bisa balikan. Gimana pendapat kamu?"

"Tapi, Tante. Bukannya Adit sudah punya calon? Yang tempo hari datang ke rumah."

Wanda merasa geram mendengar cerita Aya, berani sekali Aylin datang ke rumah Adit. Dasar perempuan gatal!

"Dia bukan siapa-siapa, Aya. Kamu nggak perlu khawatir. Dibandingkan dia, Tante lebih setuju kamu yang jadi istri Adit."

Mendengar ucapan Wanda, seketika hati Soraya dipenuhi harapan. Restu Wanda sudah ia dapatkan tanpa susah payah, sisanya tinggal meyakinkan Adit saja.

Adit datang saat jam makan siang, ia kaget ketika melihat Soraya ada di rumah mamanya.

"Apa kabar, Dit?" sapa Soraya.

"Baik." Adit menjawab singkat sambil mengambil tempat duduk di samping mamanya.

"Mama masak ikan patin kesukaan kamu. Makan yang banyak, ya. Mama perhatikan akhir-akhir ini kamu agak kurusan." Wanda menyendokkan banyak nasi di piring Adit.

"Jangan banyak-banyak, Ma. Aku nggak bisa lama, ada meeting setelah ini." Adit berbohong, ia sengaja beralasan agar bisa secepatnya kabur dari rumah mamanya.

***

"Tolong antarkan Aya sekalian, Dit. Kalian 'kan searah."

Adit memutar mata mendengar permintaan mamanya. Kentara sekali Wanda berusaha mendekatkan dirinya dengan Soraya

Di dalam mobil, Soraya terus berusaha merayu Adit.

"Bagaimana hubungan kamu dengan calon istri kamu, Dit?" pancing Soraya.

"Baik. Dalam waktu dekat kami akan segera menikah." Adit menjawab singkat sambil fokus mengemudi.

"Benarkah? Tapi Tante bilang ...."

"Aku akan tetap menikah, Ay. Dengan atau tanpa restu mama." Adit sengaja memotong ucapan Soraya.

"Sepertinya kamu cinta banget sama perempuan itu. Kamu ingat, Dit? Dulu kamu juga sangat mencintai aku. Bahkan kita berencana menikah setelah lulus kuliah." Soraya sengaja mengungkit kenangan mereka berdua.

"Lalu siapa yang merusak semuanya?" sindir Adit.

"Aku. Dan sampai sekarang aku menyesal, Dit."

"Kamu keterlaluan, Ay. Kamu ingin menumbalkan aku sebagai ayah bayi yang kamu kandung, setelah selingkuhanmu menolak tanggung jawab. Kalau saja temanmu tidak memberi tahu aku ...."

"Aku minta maaf, Dit. Aku salah. Aku bodoh."

"Tidak apa. Aku tidak menyesali semuanya. Aku bersyukur Allah membuka semuanya di saat yang tepat."

"Ijinkan aku untuk menebus semua kesalahan aku, Dit." Soraya memohon sambil menyentuh paha Adit, dengan cepat Adit menyingkirkan tangan wanita itu, seolah sangat jijik.

"Dengan cara apa?"

"Aku mau jadi istrimu. Aku akan merawat kedua anakmu. Akan aku anggap seperti anakku sendiri."

"Memangnya siapa yang bilang kalau aku mau menerima kamu lagi?"

Soraya merasa malu mendengar ucapan Adit barusan.

"Aku tau, Dit. Sebenarnya kamu masih cinta aku 'kan? Hanya saja kamu masih dendam." Dengan berani Soraya mengelus paha Adit, lagi.

"Jaga sikapmu, Ay." Adit kembali menyingkirkan tangan Soraya, kali ini lebih kasar.

"Dit, kamu jangan munafik. Kamu sudah lama hidup sendiri, aku juga. Kita sama-sama udah dewasa ...."

Adit segera mengehentikan mobilnya di pinggir jalan. Soraya kaget karena ini masih jauh dari apartemennya.

"Keluar."

"Dit, aku cuma ...."

"Aku bilang keluar."

"Adit! Kamu tega menurunkan aku di sini?"

"Kamu bisa naik taksi, atau apapun terserah. Maaf, aku sibuk."

Dengan kesal Soraya keluar dari mobil Adit, dan tanpa basa-basi Adit langsung tancap gas.

"Adit! Kamu keterlaluan!" Soraya berteriak seperti orang kesetanan.

***

Menikah Dengan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang