Aylin pergi ke minimarket karena disuruh Tika membeli terigu. Tika masih ngotot ingin memulai bisnis kue kering saat lebaran nanti. Padahal menurut Aylin, kue mamanya bisa dibilang b aja. Paling yang beli cuma para bestinya di pengajian.
Selesai membayar, Aylin bergegas pulang. Tapi tiba-tiba hujan turun dengan deras. Aylin mengeluh karena tidak membawa payung.
Aylin memutuskan untuk menunggu di emperan toko sambil melamun. Aylin memikirkan ucapan mamanya yang ngotot untuk menjadikan Adit menantu untuk kedua kali.
"Mama kenapa, sih? Ngebet banget pingin jadi orang kaya." Aylin bergumam pelan.
Seorang pemuda yang menaiki motor sport berhenti di parkiran. Pemuda itu turun dari motor untuk berteduh. Dengan masih mengenakan helm full face, pemuda itu duduk di samping Aylin. Mencium bau parfum dan melihat potongan tubuhnya, Aylin langsung yakin kalau itu Niko.
Niko masih sibuk melepaskan jaketnya. Tidak sempat memperhatikan wajah Aylin.
"Niko?"
Mendengar namanya dipanggil, Niko langsung menoleh. Perlahan Niko melepaskan helm full face miliknya. Pria itu menatap tajam ke arah Aylin.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Niko.
"Aku ... disuruh mama beli sesuatu." Aylin menjawab dengan gugup. "Kamu sendiri?"
"Seperti yang kamu lihat, aku numpang neduh." Niko menjawab singkat sambil sibuk melepaskan sepatu docmart yang dipakainya.
Aylin memperhatikan penampilan Niko, yang seperti biasa, selalu menarik. Walaupun hanya memakai kaos polosan, celana jins belel, dan sepatu docmart andalannya. Begitu saja Niko sudah terlihat sangat oke. Apalagi saat Niko mengeringkan rambutnya yang basah dengan jarinya, tampak seperti iklan sampho.
"Kamu kenapa lihat aku sampai segitunya? Kangen?" Niko menyindir Aylin.
Aylin segera mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Eh, nggak. Aku cuma ...."
"Ingat, Ay. Kita udah putus. Lebih tepatnya kamu yang mutusin aku." Niko mengingatkan.
Aylin hanya diam, tentu saja dia ingat. Pemuda di depannya ini bukan miliknya lagi. Sekarang Niko milik para cegil di luaran sana. Aylin yakin mereka pasti mencak-mencak kalau tau, sekarang dirinya sedang duduk dua-duaan dengan Niko.
Niko berjalan ke arah tukang martabak yang mangkal di depan minimarket, setelah memesan pria itu kembali duduk di samping Aylin.
Hujan turun lebih deras. Seolah semesta mendukung Aylin dan Niko untuk lebih lama berada di sana.
"Kamu kelihatan kurusan, Ay?" Niko tiba-tiba bicara.
"Masa?" Aylin senang Niko masih memperhatikannya. Kenapa nggak dulu-dulu aja, Niko. Waktu kita masih pacaran, dulu kamu jarang perhatian. Aylin mengeluh dalam hati.
"Aku habis sakit, Niko. Biasa, tipes aku kambuh." Aylin menjelaskan.
"Tipes lagi. Kenapa penyakit kamu itu-itu aja? Kamu nggak mau sakit yang lain?" Niko berkata dengan kesal.
"Siapa juga yang mau sakit." Aylin menanggapi dengan sengit.
"Jaga kesehatan. Kamu jangan sakit-sakitan. Makan yang banyak, nggak ada cowok yang suka sama cewek kurus kering seperti ini." Niko bicara lagi.
Aylin terdiam, ragu-ragu untuk bicara dengan Niko soal kejadian di restoran tempo hari.
"Niko, soal yang kemarin ... aku minta maaf." Aylin berbicara pelan.
Niko menghela nafas mendengar permintaan maaf Aylin. Sampai sekarang hatinya masih sakit. Siapa juga tidak sakit hati, dalam kondisi butuh dukungan, malah diputuskan sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Kakak Ipar
RomanceAylin terpaksa menerima desakan orang tuanya untuk menikah dengan kakak iparnya. Keputusan impulsif itu ia ambil karena kecewa dengan pacarnya Bagas yang tak kunjung menikahinya. Akankah ia menyesali keputusannya?