53. Tembok Besar

17.3K 1.8K 119
                                    

Aku datang lagi 🫶🏼

Untuk update di karyakarsa masih proses ya. Aku weekend ini lembur sayang. Jadi belum bisa nulis banyak. Ditunggu aja yaa ❤️

***

Shana memang suka menyendiri, tetapi kali ini dia lebih seperti mengunci diri. Membiarkan dirinya terkurung di kamar seharian hingga dini. Tanpa peduli jika perutnya sudah lama berbunyi. Baginya, yang penting adalah menenangkan diri.

Peristiwa mengejutkan beberapa jam yang lalu masih menghantuinya. Menari di kepala seolah tengah mengejeknya. Seperti tak ingin ia melupakannya. Jika bisa, Shana ingin membenturkan kepalanya agar lupa l semuanya. Namun itu tentu tidak akan mengatasi segalanya.

Ah, dia benar-benar sudah gila.

Lagi-lagi Shana meraih bantal dan berteriak kencang. Dia menghentakkan kakinya kesal. Wajahnya kembali memanas dengan semburat merah yang muncul secara perlahan. Tingkahnya seperti remaja labil yang baru mengenal seorang pria.

Konyol.

"Ini nggak bener," gumam Shana untuk yang kesekian kalinya. "Bisa-bisanya gue ciuman sama dia? Dan bisa-bisanya dia cium gue?"

Rasa tak percayalah yang paling mendominasi. Tak percaya akan apa yang ia dan Ndaru lakukan.

Bagaimana bisa? Kepalanya masih bertanya-tanya.

Hingga saat ini, tidak ada yang spesial pada hubungan mereka. Semua berjalan sesuai dengan kontrak yang ada. Hanya akan bersandiwara jika kamera wartawan menyapa. Namun yang terjadi tadi, seolah menghancurkan fakta yang ada.

"Kebawa suasana kali ya? Pasti dia kemasukan setan birahi." Kemudian Shana terdiam selama beberapa detik sambil berpikir. "Berarti gue juga kemasukan setan birahi, dong?" tanyanya saat ingat jika bukan hanya Ndaru yang terlibat, tetapi dirinya juga ikut berperan.

"Sialan!" Shana memukul bantalnya keras.

Lelah bertarung dengan isi pikirannya sendiri, Shana menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia melirik pada jendela yang sudah menampilkan langit gelap. Hari sudah malam, lebih tepatnya jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Terhitung sudah 10 jam dia mengurung dirinya di kamar.

"Gue laper." Shana kembali bangkit dengan lemas. Dia melirik gelasnya yang sudah kosong.

Keadaan benar-benar tidak mendukung. Shana sudah kehabisan stok makanan di kamarnya. Bahkan air pun sudah tidak ada. Sekarang dia ingin sekali memasukkan makanan ke dalam perutnya. Jika tidak, Shana takut jika kepalanya akan semakin error karena memikirkan kejadian yang tak seharusnya.

Setelah memantapkan diri, Shana bangkit dari tempat tidur menuju pintu kamar. Dengan gerakan pelan tanpa suara, dia memutar kunci dan membuka pintu. Sebelum benar-benar keluar kamar, Shana memastikan keadaan luar. Hal pertama yang ia lihat adalah pintu kamar Ndaru tertutup rapat. Mengingat jika malam sudah larut, bisa dipastikan jika pria itu sudah terlelap.

Dengan cepat Shana keluar kamar dan berlari kecil menuruni tangga. Dia bahkan tidak menggunakan alas kaki agar tidak ada suara yang ditimbulkan dari langkah kakinya. Semua itu ia lakukan agar tidak menarik perhatian dan bertemu dengan Ndaru. Hingga saat ini, Shana masih tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan pria itu.

Saat berbelok menuju dapur, langkah Shana terhenti. Matanya membulat melihat pria yang ia hindari tengah duduk di meja makan dengan laptop yang menyala. Melihat kemeja yang ia pakai, sepertinya pria itu baru saja kembali dari kantor.

Sial!

Dengan meringis kecil, Shana berbalik ingin kembali ke kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat panggilan suara berat Ndaru terdengar.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang