PART 26

285 14 0
                                    

Hati yang rapuh hanya akan semakin rapuh jika dibiarkan terlalu lama, atau mungkin akan hancur?

______________





Duduk sendiri atau menyendiri sepertinya sudah menjadi kebiasaan Safani. Entahlah Safani juga tidak mengerti kenapa ia sangat tidak menyukai keramaian.

Menurutnya orang-orang yang menyukai keramaian, itulah orang yang merasa kesepian, oleh karena itu mereka menyibukkan dirinya dengan berada di tempat keramaian.

Safani menatap lapangan sekolah yang di penuhi oleh orang-orang yang berolahraga. Lebih tepatnya kelas Safani yang mendapatkan jadwal olahraga hari ini.

Guru olahraga di kelas Safani tidak bisa masuk. Oleh karena itu, semuanya di bebaskan untuk melakukan apa saja di lapangan. Berbeda dengan Safani yang malah duduk sendiri, menatap mereka yang sedang berlarian mengejar bola.

Safani mendengus singkat lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru sekolah, mencari sosok yang sedang ia rindukan.

Saat tangannya hendak menghubungi Aby, seseorang lebih dulu menarik tangannya. Safani mencoba melepaskan tangannya, saat orang itu mengencangkan cengkraman di tangannya.

"Diem!"

Safani mendongak beralih menatap orang yang terus membawanya ke sebuah rooftop. Setelah sampai orang itu melepaskan tangan Safani dengan lembut.

"Sorry, sakit ya?"

Safani masih diam, menatap Aby yang menatapnya dengan rasa bersalah.

"Lo sih ga mau diem, harusnya pas gue tarik, lo diem"

Safani mendengus mendengar perkataan Aby yang malah membela dirinya sendiri. Safani berjalan melewati Aby, lalu mendudukkan dirinya di sebuah kursi kayu panjang yang ada disini. Tidak perlu heran kenapa disini banyak kursi serta meja, karna di rooftop tempat biasa Aby dan teman-temannya membolos. Jangan kira Safani tidak tau, tentang kelakuan nakal Aby.

"Ngapain sih ngajak kesini?"

Aby menyusul Safani, lalu mendudukkan dirinya di samping Safani.

"Kangen sama lo"

Safani menaikan sebelah alisnya tanda mengejek. Sedangkan Aby yang melihat Safani memberikan respon menyebalkan hanya mendengus singkat.

"Ekspresi muka lo nyebelin banget Fan"Setelah mengatakan itu Aby mencondongkan badannya lebih dekat kearah Safani, dan langsung menarik pipi Safani gemas.

"Ih sakit Aby!"Safani berteriak kencang, mencoba melepaskan tangan Aby dari pipinya.

"Biarin, ga peduli"Aby terkekeh kecil, lalu melepaskan cubitannya. Dan beralih mengelus pipi itu lembut dengan punggung tangannya.

"Nyebelin banget"Safani yang kesalpun menyingkirkan tangan Aby dengan kasar.

Sementara Aby menahan tawanya, melihat Safani yang sepertinya sedang marah. Aby memang cukup tau tentang apa saja yang tidak Safani sukai. Seperti menarik pipinya, atau mengacak-acak rambutnya. Tolong ingatkan Aby untuk tidak melakukan dua hal itu, tapi yang namanya Aby akan selalu mengulangi kesalahannya.

"Gitu doang ngambek, baperan"

Safani membulatkan matanya kesal, Aby benar-benar memancing amarahnya.

Tiba-tiba saja suasananya menjadi hening, tidak ada pembicaraan apapun baik Aby ataupun Safani keduanya memilih diam entah karena apa.

Safani lebih dulu berdehem, memecah keheningan yang ada. Aby yang mendengar Safani akan membuka suaranya langsung mengalihkan pandangannya ke arah Safani. Menatap mata itu dalam.

ABYANDRA'AS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang