Episode 12

342 43 13
                                    

Happy reading ❗

Anjasmara memarkirkan mobilnya sembarang di halaman rumah utama keluarga Senopati. Pikirannya kacau begitu mendengar kabar kalau sang ayah tengah membawa Violet ke dalam rumah ini.

Segala hal buruk terus berputar di otaknya. Ayahnya tidak akan mungkin membawa Violet kemari jika tidak memiliki tujuan. Sedari dulu hidup Anjasmara sudah di atur dan untuk kali ini Anjasmara tidak akan menuruti perkataan ayahnya. Tidak untuk Violet.

Dengan langkah cepat dan terburu-buru Anjasmara langsung menuju taman belakang. Tempat yang pasti sang ayah akan bertemu dengan tamunya.

Suara tawa dari sang ayah dan juga Violet dapat Anjasmara dengar dari kejauhan. Alis Anjasmara berkerut bingung. Langkah cepatnya seolah terhenti. Anjasmara mengendap-endap seperti maling menuju taman belakang rumah.

”Mas Anjas?” Itu Micko sekertaris sang ayah. Orang yang memberitahu Haikal keberadaan Violet di rumah utama.

”Ayah yang meminta kamu mencari tahu Violet, kan?” Tanya Anjasmara langsung.

”Maaf mas, bapak tidak meminta itu dari saya. Makanya saya sedikit bingung ada gadis itu disini. Mungkin pak Brata takut saya mengadu sama mas Anjas.” Jawab Micko lagi.

”Kasih tau saya apapun yang ayah minta jika itu berhubungan dengan Violet.”

”Siap mas.”

Anjasmara heran, untuk apa ayahnya membawa Violet ke rumah ini hanya untuk bermain catur. Pasti ada sesuatu yang sang ayah akan lakukan. Setidaknya, Anjasmara bersyukur jika Violet baik-baik saja. Setelah ini, Anjasmara harus menanyakan semuanya terhadap violet.

”Yah?” Ucap Anjasmara dari arah belakang. Menghentikan kedua orang berbeda umur yang tengah berseteru karena salah satu dari mereka tidak mau mengakui kekalahannya.

”Anjasmara? Seingat Ayah tidak memanggil kamu kesini?” Ya memang benar adanya bahwa Anjasmara akan ke rumah utama jika sang ayah memanggil dan acara bulanan keluarga ini. Ketika akan menjawab Anjasmara di buat gemas dengan tingkah Violet yang berdadah-dadah di belakang sang ayah.

”Anjasmara?” Tanya Bratalaras lagi.

”Anjasmara cari Kelana kesini?” Tidak mungkin Anjasmara berkata jujur pada sang ayah.

”Jam segini Kelana masih sibuk di butik. Kenapa kamu tidak langsung kesana?” Sejujurnya, Bratalaras tahu tujuan sang anak kemari tetapi Bratalaras lebih memilih mengerjai sang anak.

”Anjas sempat kesana tetapi dia tidak ada.” Satu kebohongan lagi yang Anjasmara utarakan. Dan Bratalaras tertawa di dalam hati.

”Kamu hubungi saja ponselnya. Anak itu tidak ada di rumah. Sudah sana kamu pergi, Ayah masih sibuk dengan tamu Ayah.” Bratalaras berbalik memunggungi Anjasmara. Anjasmara di buat bingung harus beralasan apalagi.

”Violet, ayo kita main lagi. Maaf ya ada pengganggu.” Violet melirik sekilas ke arah Anjasmara. Violet melihat Anjasmara masih berdiri di tempat semula dan Violet merasa kasihan.

”Anjasmara kenapa kamu masih berdiri disana. Sudah sana pulang.” Tanpa di minta lagi, Anjasmara pun langsung pergi dari sana. Anjasmara tidak akan pulang, ia akan menunggu Violet dan sang ayah selesai bermain catur. Menunggu keduanya yang masih asik bermain catur dan mengobrol sambil berharap-harap cemas. Anjasmara tidak dapat mendengar percakapan apapun dari keduanya.

”Mas Anjas bisa pulang saja biar nanti saya yang antar gadis itu pulang. Saya janji akan mengantar dengan selamat.” Micko kasihan melihat Anjasmara yang sedari tadi mondar-mandir tidak tenang.

”Tidak perlu.”

”Kalau begitu mas tunggu di dalam saja.”

”Tidak terimakasih. Saya mau bertanya sesuatu?”

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang