Bab 16. Dikunci Di toilet

98 11 1
                                    

Saka juga sama seperti Aluna, dia salah tingkah bahkan wajahnya memerah. Dia malu sendiri, karena sudah perhatian pada Aluna. Saka sendiri tidak mengerti, mengapa dia menjadi peduli terhadap Aluna, cewek rese dan cewek gila yang pernah dia temui.

"Ciye...Saka...cie...wikwiw."

Di sepanjang perjalanan menuju ke kelas, Riki terus saja menggoda Saka. Namun Saka berusaha untuk mempertahankan wajah jaimnya, jangan sampai dia ketahuan salting. Tapi, Riki sudah bisa melihat itu dari wajah Saka yang memerah.

Di dalam ruang UKS, Aluna ditemani oleh Rhea setelah dia mendapatkan izin dari guru untuk menjaga Aluna. Dia jadi bisa bolos satu mata pelajaran, yaitu pelajaran kimia. Rhea paling tidak menyukai pelajaran itu.

"Gimana nasi uduk cintanya? Enak nggak?" Goda Rhea kepada sahabatnya yang sedang memakan nasi uduk pemberian dari Saka.

Sontak saja Aluna melihat ke arah Rhea dengan mata melebar, tapi sedetik kemudian gadis itu memilih menundukkan kepalanya dan kembali fokus makan.

"Saking enaknya itu nasi uduk, kamu sampai nggak jawab pertanyaan aku. Ciye."

Lagi, Rhea kembali menggoda Aluna dan kali ini Aluna terpancing dengan ucapan Rhea. "Rhe, apaan sih. Udah dong!"

"Hehe." Rhea malah terkekeh melihat ekspresi sahabatnya saat ini. Begitu menggemaskan dan lucu.

Setelah selesai makan nasi uduk, Aluna berniat untuk kembali ke kelas karena keadaannya juga sudah lebih baik. Akan tetapi, Bu Ira menahan Aluna dan memintanya untuk beristirahat terlebih dahulu, sampai jam istirahat selesai. Jadi Aluna bisa masuk ke kelas setelah jam istirahat, untuk mengikuti pelajaran ketiga dan keempat.

Aluna pun setuju, dia berdiam diri di UKS sampai pusingnya benar-benar hilang. Sementara Rhea kembali ke kelas karena disuruh oleh guru, meskipun Sebenarnya, dia lebih memilih untuk bersama dengan Aluna di ruang UKS. Didalam perjalanan menuju ke kelasnya, Rhea berpapasan dengan Alex dan Raka yang sedang membawa tumpukan buku baket ditangan mereka.

"Kak Alex, kak Raka." Rhea menyapa dua kakak kelasnya itu.

"Hai Rhe. Kamu darimana?" tanya Raka ramah. Sementara Alex diam saja, karena pertanyaannya sudah terwakili oleh Raka.

"Aku habis dari UKS kak."

"Kamu sakit?" tanya Alex yang raut wajahnya langsung berubah cemas, saat mendengar Rhea dari UKS. Raka melihat ke arah Alex dengan tatapan curiga, dia merasa aneh sebab sahabatnya tidak pernah peduli pada wanita lain selain daripada adik dan mamanya.

'Apa jangan-jangan si Alex ada something sama Rhea?' tanya Raka dalam hatinya.

"Ah...enggak kak! Bukan aku yang sakit, tapi Luna. Aku habis dari UKS jagain Luna, tapi aku harus balik ke kelas," ucap Rhea menjelaskan sejelas-jelasnya. Sontak saja kedua pria itu terkejut mendengar penjelasan Rhea, tentang Aluna yang sakit.

"Luna sakit?" tanya kedua pria tampan dari SMA Galaksi itu yang mengejutkan Rhea, karena kekompakannya. Namun Rhea senang, karena Aluna memiliki banyak orang-orang yang mencintainya.

"Iya kak. Luna tadi pingsan waktu dilapangan."

"Pingsan? Luna belum pernah pingsan!" ujar Alex kaget, jantungnya bak tersengat listrik mendengar itu. Aluna pingsan? Bahkan Alex tak pernah melihat Aluna pingsan seumur hidupnya.

"Ka, gue titip bukunya. Gue mau lihat Luna," ucap Alex panik. Dia meminta Raka untuk membawa buku-bukunya ke perpustakaan, sebab dia tidak sabar untuk segera melihat Aluna, memastikan kondisi adiknya baik-baik saja.

"Oke, siniin bukunya."

Alex langsung menyerahkan buku-buku ditangannya pada Raka.

"Thanks Ka!" Alex langsung berlalu pergi dari sana, menuju ke ruang UKS. Sementara Raka pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku-buku paket itu dan Rhea kembali ke kelasnya.

Setibanya Alex di ruang UKS, dia melihat Aluna sedang berbaring diatas ranjang dengan mata yang masih terbuka. Wajahnya tampak pucat dan gadis itu terlihat lesu.

"Kak Alex?" Aluna cukup terkejut melihat kakaknya tiba-tiba berada disana. Gadis itu pun beranjak duduk.

"Apanya yang sakit dek? Kamu udah diperiksa sama Bu Ira, kan?" tanya Alex seraya menatap adiknya dengan khawatir. Meskipun dingin, tapi Alex sayang pada adiknya.

"Ih apaan sih. Aku nggak apa-apa kok." Aluna tersenyum dan menjawabnya dengan santai.

"Nggak apa-apa gimana? Kamu nggak pernah pingsan kayak gini?!" Serka Alex dengan suara meninggi, itu semua karena dia terlalu mencemaskan keadaan Aluna.

"Tapi aku nggak apa-apa. Aku pingsan karena nggak sarapan,terus tadi tuh aku dihukum sama guru piket. Aku telat masuk sekolah," jelas Aluna dengan suara pelan, dia menundukkan kepalanya dan selalu takut kalau Alex menunjukkan raut wajah marahnya

"Makanya kalau dibangunin tuh langsung bangun. Jadi gini kan? Padahal aku udah siapin sarapan buat kamu!" ujar Alex.

"Aku nggak sempet makan," jawab Aluna pelan.

"Tapi benaran kamu nggak apa-apa kan? Udah makan?" tanya Alex dengan suara yang lebih lembut dari tadi.

"Udah, tadi dibeliin nasi uduk sama-" Aluna menggantung ucapannya di sana begitu saja, karena dia tau kakaknya tidak menyukai Saka. Bisa-bisa Alex marah, kalau dia tahu Saka yang menyelamatkannya.

"Ya, aku udah makan. Sekarang udah baikan, nanti beres jam istirahat aku mau ke kelas."

"Pulang aja ya? Aku anter kamu pulang," ucap Alex lembut seraya mengelus rambut Aluna.

"Nggak, aku mau ke kelas. Masih ada dua pelajaran. Aku nggak apa-apa, beneran kak!" Aluna menolak tawaran kakaknya untuk pulang ke rumah dan dia lebih memilih kembali kelas.

"Kamu benar-benar deh..."

Tanpa mereka sadari, ada dua orang siswi yang mengambil gambar Aluna dan Alex secara diam-diam dengan menggunakan ponsel.

"Kita harus lapor sama Dina. Benar-benar ini bocah sok kecakepan banget sama si Alex," ucap siswi itu dengan wajah kesalnya.

"Benar. Dia harus dikasih pelajaran!"

****

Seperti apa yang diniatkan Aluna, gadis itu benarbenar kembali ke kelas setelah jam istirahat, dan sekarang keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Dia kembali belajar seperti biasa dan duduk disamping Saka.

"Lo udah nggak apa-apa?"

"Aku nggak apa-apa."

"Jangan geer ya. Gue tanya lo bukan karena gue khawatir, tapi karena gue kesepian nggak ada temen berantem dan nggak ada yang bisa gue usilin!" jelas Saka dengan wajah jaimnya. Aluna langsung mendelik sinis mendengarnya, dia pikir Saka sudah berubah, karena pria itu menolongnya, tapi ternyata dia salah.

"Dih!"

Dengan jahilnya, Saka kembali menjahili Aluna. Mereka berdebat seperti biasa, seperti tak ada hari tanpa berdebat. Sepulang sekolah, Aluna keluar kelas lebih dulu dari Rhea dan yang lainnya karena dia berhasil menjawab pertanyaan dengan benar. Aluna pun memutuskan pergi ke toilet untuk buang air. Akan tetapi, saat dia akan keluar dari bilik toilet, pintunya terkunci dari luar.

"Hah! Kok nggak bisa dibuka sih?"

Dina dan kedua temannya berada diluar sana, mereka tersenyum melihat Aluna terkunci didalam sana. Kemudian Dina naik ke kursi dan menyiramkan air pel ke atas bilik toilet Aluna dan membuat badan Aluna basah.

Byur! 

Aluna terkejut saat mendapatkan siraman air ke tubuhnya dari atas. 

"HEY! Siapa sih? Ini nggak lucu!"

Kemudian ada kertas yang digulung dilempar pada Aluna. Gadis itu pun melihat isinya dan di sana tertulis. 

[Jauhi Alex, atau lo bakal ngerasa kayak di neraka di sekolah ini] 

Me, My Brother and My Badboy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang