37. Terasa Aneh

16.8K 1.8K 98
                                    

Yang nungguin di karyakarsa sabar yakk, masih proses ❤️

Selamat membaca

***

Di rapat kedua, Ndaru mulai tidak fokus. Dia mendengarkan presentasi bawahannya dengan pandangan menerawang. Tidak ada yang tahu apa yang ada di kepalanya saat ini. Semua orang kompak berpikir bahwa Handaru Atmadjiwo tengah menyimak dengan serius.

Kenyataan tentu berbanding terbalik. Ndaru terus melirik ponselnya di atas meja. Berharap ada notifikasi yang akan menjawab rasa gelisahnya. Namun sayang, hingga saat ini tak ada kabar yang datang.

"Suster Nur hubungi kamu?" bisik Ndaru pada Gilang.

Gilang yang tengah menyimak seketika menoleh. "Enggak, Pak. Kenapa?"

"Gimana kabar Mas Juna? Dia rewel?"

Gilang membuka ponselnya sambil menggeleng. "Kata Bu Shana nggak rewel, sih, Pak."

"Shana?" Ndaru mengerutkan dahinya. "Dia hubungi kamu?"

Gilang mengangguk polos. "Iya, tadi Bu Shana tanya tentang Dokter Hamdan. Terus sekalian periksa Mas Juna tadi, demamnya sudah turun katanya."

"Kenapa dia tanya ke kamu? Kenapa nggak ke saya langsung?"

Gilang ikut menunjukkan kebingungan. "Bukannya selama ini saya selalu jadi perantara Bapak sama Bu Shana?" ucapnya dengan berbisik. Bahkan Gilang sedikit menggeser posisi duduknya agar ucapannya tak terdengar oleh peserta rapat hari ini.

Ah, benar juga. Ucapan Gilang memang nyata adanya. Selama ini Ndaru yang selalu meminta Gilang menghubungi Shana jika ada sesuatu.

"Kenapa, Pak?" tanya Gilang saat melihat raut tak suka atasannya. Bahkan decakan lolos begitu saja dari mulutnya. Mengabaikan fakta jika ia berada di depan banyak orang saat ini.

"Kamu hubungi Nanang sekarang juga."

"Pak Nanang?" Gilang kembali mengulang. Dia cukup banyak menyaksikan keanehan atasannya hari ini. "Bukannya Pak Nanang sudah dipecat sama Pak Harris?"

Ndaru menggeleng. "Minta dia kerja lagi. Setelah itu kamu temani dia jemput Mas Juna."

"Tapi masih ada rapat ketiga—"

"Biar Fajar yang temani saya. Kamu temani Nanang"

"Baik, Pak. Saya jemput Mas Juna nanti."

"Sama Shana juga." Lanjut Ndaru sambil mengusap bibirnya. Berusaha menutupinya agar tidak ada orang yang bisa membaca apa yang ia katakan.

"Pak Ndaru yakin Bu Shana mau pulang?" Gilang tampak ragu.

"Bilang kalau dia nggak mau pulang, Nanang akan tetap dipecat."

Gilang mengedipkan matanya berulang kali. Bibirnya sudah terbuka untuk berbicara, tetapi dia memilih kembali bungkam dan mengangguk.

"Baik, Pak." Jawaban aman yang ia pilih. Padahal jauh di lubuk hati ia penasaran dengan isi kepala Ndaru yang mendadak aneh dan bertingkah menggelikan.

***

Keanehan Ndaru tidak hanya disadari oleh Gilang. Shana pun merasakan hal yang sama. Selama ini Shana selalu berpikir bahwa Ndaru adalah pria yang selalu memegang ucapannya sendiri. Sangat sulit untuk membuatnya goyah atau pun berubah pikiran.

Namun kali ini ada saja tingkah Ndaru yang membuat Shana menggeleng tak percaya. Wajah Shana saat ini seolah mewakili isi hatinya. Matanya masih menatap dua pria di hadapannya dengan pandangan bingung. Menunggu jawaban yang akan membuatnya puas.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang