6. Ya Ampun!

523 79 20
                                    

Kedua mata yang sejak tadi terpejam pun akhirnya mulai terbuka secara perlahan.

Sadarnya Sakura berhasil membuat seorang gadis di dekatnya segera mendekat.

"Sakura-san, akhirnya kau sadar,"

Sakura meringis dengan memijat pelipisnya, gadis itu mengernyit dan terlihat bingung karena kini Hinata berada di dekatnya. "Hinata?" Sakura menatap sekeliling, ruangan putih ini sudah Sakura yakini adalah UKS.

"Neji-nii-san mengabariku mengenai kau yang pingsan, dan dia memintaku untuk menemanimu. Sakura-san, apakah kau belum sarapan?"

Yang ditanya hanya terdiam, terlihat berpikir kemudian menggeleng. "Aku tadi bangun kesiangan, jadi belum sempat sarapan."

Hinata tersenyum samar. "Tenang saja, Neji-nii-san akan segera datang untuk membawakan makanan,"

Sakura cengo dengan ucapan Hinata. "A - apa? Kenapa dia yang..."

Ucapan Sakura menggantung karena pintu ruangan lebih dulu terbuka, sosok yang hadir di sana membuat Sakura dan Hinata terkejut bukan main.

Hinata yang tadi terduduk pun langsung berdiri dan merapat pada sisi brankar dimana Sakura masih terbaring.

Sosoknya hanya terfokus pada gadis di atas brankar, dan kemudian berdiri di sisi Sakura. "Kau cepatlah keluar, biar aku yang menemaninya."

Hinata yang sudah kepalang panik tak berani melawan, gadis itu hanya mengatakan maaf tanpa suara pada Sakura, kemudian langsung berlari keluar ruangan.

Meninggalkan sosoknya hanya dengan Sakura saja di dalam UKS.

Sakura memalingkan wajahnya ke sisi lain karena enggan untuk menatapnya.

"Kudengar kau belum sarapan, jadi cepatlah makan." Pain memberikan nampan berisi beberapa macam makanan. "Cepatlah sebelum aku yang menyuapimu."

Sakura berdecak dan langsung duduk, meraih nampan itu dengan kasar. "Dasar pemaksa!" sungutnya dan langsung melahap makanan tersebut.

Saat sibuk mengisi perut, pintu kembali terbuka dan sosok Itachi muncul di sana. Laki-laki itu mendekati lalu menyodorkan sebotol air mineral pada Sakura.

"Mengapa sangat pas dengan tenggorokanku yang haus, apakah dia cenayang?"

Sakura membatin, tangannya menerima air tersebut. "Terimakasih." Ujarnya lalu mulai meneguknya.

Sakura sudah tidak perduli, walaupun makanan ataupun minuman ini beracun, tidak apalah, Sakura hanya bersumpah akan meneror mereka jika sampai Sakura kehilangan nyawa. Camkam itu!

"Kami tidak memasukan racun."

Tubuh si gadis terjengkit mendengar ucapan Itachi, Sakura dengan kikuk mulai menutup botol minumnya dan meletakkan di atas meja. "A - apa? Aku tidak berpikir seperti itu," elaknya, kembali melahap makanannya.

"Raut wajahmu menjelaskan semuanya."

Bibir Sakura berdecak sebal. Mengapa Itachi bisa mengetahui? Laki-laki itu selalu tepat sasaran jika menebak. Aneh.

"Itachi adalah mengamat yang baik, kau harus berhati-hati padanya." Pain menjelaskan, seolah mengetahui apa yang dipikirkan oleh Sakura.

Hingga kemudian terdengar dengusan geli dari arah Itachi. "Kau bahkan jauh lebih berbahaya, Pain. Sudahlah, aku pergi. Dan..." Itachi pun menatap Sakura dimana gadis itu sudah selesai dalam acara makannya. "Kau itu merepotkan."

"A - apa?!" Sakura ingin perotes namun Itachi sudah lebih dulu pergi.

Fokus Sakura teralihkan pada Pain yang kini merebut nampan yang telah bersih, gadis itu meliriknya dengan kikuk karena merasa situasinya sangat aneh. Padahal Sakura sudah mengatakan jika dirinya malas berurusan dengan mereka, mengapa kini justru semakin banyak interaksi yang terjadi.

𝐒𝐓𝐎𝐏 𝐁𝐄𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐀𝐃!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang