"Siapa yang nyuruh bolos kaya gini? Ayah pernah nyuruh kalau malas sekolah buat bolos?" Tanya Wira dengan seberusaha mungkin menahan amarahnya
Keduanya tidak menjawab, hari mereka sudah cukup buruk sejak kemarin. Mereka tidak ingin bertengkar dengan ayah mereka ini.
"Kalau udah malas sekolah, bilang. Biar ayah keluarin kalian dari sana. Ayah gak pernah nuntut nilai kalian, Ayah cuma mau kalian rajin. Kebiasaan buruk jangan dipertahanin."
"Intinya saja, Ayah mau datang atau enggak?" Tanya Jie yang sudah lelah itu
"Dek.."
"Jie udah putus sama Hajun, itu kan yang ayah mau? Kalau nggak mau datang ya udah nanti Abang sama Jie minta tolong siapa aja yang mau nolong."
Jivan menyenggol lengan Jie untuk stop bicara. Mulut Jie itu kalau sedang lelah kata-katanya bisa bikin orang jadi ikutan marah.
"Adek capek yah, tolong jangan marahin kita lagi. Kita cuma mau tau ayah bisa datang atau enggak."
"Ayah bakalan datang. Masuk kamar kita bicarakan masalah tentang pacar kalian itu nanti."
"Mau ayah apa sih sebenarnya? Jie ngerasa kalau ayah berusaha keras untuk mempertemukan Jie sama kak Langit terus Jivan sama Gianna."
"Kalian gak perlu tau."
"Kenapa kita gak boleh tau? Berarti emang bener kan kalau ayah seberusaha itu?"
"Jie udah, diem." Tegur Jivan
"Jie masuk kamar. Kita bicarakan ini nanti lagi."
"Kenapa harus nanti kalau bisa sekarang! Ayah bilang kalau ada masalah kita bicarakan dan cari solusinya, kenapa harus nanti? Nanti kapan yah? Sampai Jie lupa sama semuanya?"
"Udah kak, sana masuk kamar." Ujar Yura menengahi
"Enggak, semua harus diobrolin sekarang. Kenapa harus nanti!"
"JIE KANEISHIA!"
Jie menatap ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca dan tepat setelah itu Jie berlari menuju kamarnya meninggalkan tas nya di ruang tamu.
"Abang juga sana ke kamar, bawain tas adeknya juga, ya. Jangan terlalu dipikirin, biar nanti ibun yang bicara sama adek."
Entah bagaimana caranya semuanya mendadak menjadi rumit. Jivan menyandarkan tubuhnya di kursi belajarnya. Jivan menatap keluar, sebenarnya tadi di dalam hatinya menyetujui semua perkataan Jie terutama ketika ayahnya terlalu jelas selalu mempertemukan Jie dengan Langit dan dirinya dengan Gianna. Jivan berpikir apakah ayahnya memang sudah merencanakan semuanya?
"Abang, boleh Mama masuk?"
"Masuk aja, ma."
"Maafin ayah ya yang kelihatan banget kalau merencanakan sesuatu. Maafin ayah juga karena marah sama kalian, mama tau kalian lagi rungsing pikirannya, banyak yang membuat kecewa ya dari kemarin? It's okay take ur time, kalau sekiranya nanti Abang udah bisa ngobrol sama ayah, coba ngobrol karena Abang paling tenang. Kalau Jie yang ngobrol gak akan bisa."
"Ma, ayah mau jodohin kita berdua ya?" Tanya Jivan
"Abang.."
"Tindakan dan gerakannya jelas banget, ma. Disetiap kesempatan ada aja."
"Sudah itu gak perlu dipikirkan. Abang fokus aja untuk ujian sekolah dan utbk." Ujar Yura lalu meninggalkan kamar Jivan.
****
"Mau kemana?"
"Kemana kek. Asal gak di rumah."
"Yang bakalan izinin kamu keluar rumah itu siapa? Udah jam sembilan malam, Jie."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Eudaimonia
FanfictionA sequel of Abinawa Twins 🕊️ "Ayah tau? Kita itu lagi kacau? Banyak hal yang bikin semuanya jadi menyebalkan." "Kita juga tau ayah banyak pikiran, kita selesaikan pikiran kita masing-masing lalu kita ngobrol lagi. Ngobrol di saat pikiran kita sama...