Hanya sebentar setelah Linda keluar dan disusul oleh Tommy, satu sosok yang Adrian rindukan akhirnya masuk ke dalam kamar inap tempatnya dirawat.
Adrian menengadah dan sontak melebarkan mata saat melihat seorang perempuan cantik berjalan ke arah ranjangnya. Sorot mata elangnya berbinar penuh haru kala akhirnya ia dapat kembali melihat istrinya siang itu.
"Hai, sayang" Adrian menyapa bahagia pada Elia yang tengah berjalan lambat nan ragu-ragu.
Sementara Elia menyambut sapaan hangat Adrian dengan dingin, ia tak mengucapkan sepatah kata pun.
Rona berseri di wajah Adrian sedikit surut saat tau Elia tak balas menyapanya. Namun ia lalu bergerak dan menurunkan satu kakinya melewati tepi hospital bed.
"Kakak mau kemana?" Elia berubah mempercepat langkah dan menghambur ke depan demi mencegah Adrian yang mempunyai gelagat ingin turun dari tempat tidur.
"Mau ambilkan kursi buat kamu. Duduk dekat aku disini ya? Jangan jauh-jauh" Adrian memberitahu tujuannya sekaligus meminta Elia tinggal di samping ranjang.
"Hhhh... "
Elia mendengus pelan.
"Kakak disitu saja" pinta Elia pada Adrian agar tetap berada di atas bed.Elia lalu menarik sendiri salah satu kursi tunggal kemudian memposisikan disamping kiri ranjang. Ia pun duduk disana.
Setelah memastikan Elia tinggal nyaman di sisinya, Adrian merasa lega dan kembali menerbitkan senyum bahagia.
"Gimana keadaan kamu?" bukan Elia yang bertanya melainkan Adrian yang justru terdengar mengkhawatirkan kondisi Elia.
"Elia sehat" Elia menanggapi seadanya.
Adrian manggut-manggut. Ia menunggu Elia balik berbasa-basi menanyakan kabarnya, tapi sepertinya gadis itu tak mau melalukan hal serupa.
Hening sejenak waktu keduanya larut dalam kecanggungan. Namun Adrian lalu memecahkan kesunyian dengan mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Elia.
"Terima kasih kamu sudah tolong aku" Adrian mengawali. "Aku tau kamu masih peduli sama aku. Terbukti kan, kamu gak tega tinggalin aku sendirian sekarat di vila" goda Adrian pada Elia.
Tak ingin membuat Adrian besar kepala, Elia justru menyangkal.
"Elia akan melakukan hal yang sama pada orang lain, enggak peduli siapapun dia" Elia mengesankan tak ada perlakuan istimewa pada Adrian.Adrian masih tak percaya Elia seabai itu padanya. "Kamu bisa aja panggil ambulans tapi kamu lebih pilih bawa aku ke rumah sakit. Terima kasih, sayang" Adrian bersikeras memamerkan kalau Elia telah menunjukkan kepedulian untuknya.
Elia malas mendebat. Ia pun memilih terus duduk mematung di kursi.
Selagi Elia termangu, Adrian diam-diam mengamati istrinya itu. Rasa bersalah mendadak timbul di hati Adrian kala menyadari Elia yang dulu ceria kini berubah menjadi murung dan pendiam karena ulahnya.
"Elia..." Adrian berucap begitu lembut memanggil nama sang istri.
"Kamu mau maafin aku?" sambung Adrian kembali menantikan pengampunan Elia.
Mendengar pertanyaan Adrian, Elia langsung menengadahkan wajahnya. Ditatapnya Adrian gamang sebelum akhirnya buang muka.
"Yang kakak butuhkan sekarang adalah istirahat" Elia menukas tak banyak kata.
"Justru yang paling aku butuhkan saat ini adalah maaf kamu" sela Adrian.
"Aku enggak butuh hal lain. Tolong janji kamu bersedia kasih aku kesempatan"
Adrian mendesak seraya buru-buru meraih jemari kurus Elia. Ia menggenggamnya sambil memindai Elia penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me With Your Lies [END]
General FictionElia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adrian diam-diam menjalin hubungan asmara dengan kakaknya sendiri yang bernama Tiara. * Dicintai oleh...