Chαptєr 43

660 20 3
                                    

Utamakan ibadah jangan lupa💚

.
.
Budayakan vote &comment setelah membacanya!
.
.
.

Ambil baiknya. Buang buruknya.
Maafkan jika ada kata-kata tidak berkenan.
.
.
Selamat membaca👋

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Uhibbuka bihubbi man la ya'rifuhu illa man kholaqoha.
"Aku mencintaimu dengan cinta yang orang lain tidak tahu kecuali penciptanya."
-Gus Revan

"Keadaan istri bapak tidak apa-apa. Tolong dijaga janin yang ada didalam rahim istrinya ya pak. Tidak boleh cape-cape." ucap dokter wanita muda yang bername tag Aliya.

Mata Raqilla dan Gus Revan kini saling bertemu, menatap satu sama lain karena hal yang membingungkan oleh apa yang dikatakan Dokter tersebut.

"M-maksud dokter apa ya?" tanya Gus Revan bingung.

Dokter Aliya tersenyum tipis, "Selamat ya pak, istri bapak hamil sudah memasuki satu minggu ini."

"Dok, kalau istri saya hamil, apa boleh melakukan hubungan suami istri?" tanya Gus Revan.

Raqilla mencubit lengan suaminya, pertanyaan macam apa ini? Sangat memalukan.

"Ish apaan sih kamu."

"Maaf ya pak,  sebaiknya ditahan dulu, janin yang ada dirahim bapak masih lemah. Kalau begitu saya permisi." jelas dokter Aliya.

"Sayang." panggil Gus Revan mengelus kepala istrinya yang berbalut hijab panjang.

Raqilla tersenyum, "Aku hamil anak kamu ya?"

Gus Revan terkekeh geli, "Iya, ini anak aku sama kamu. Jaga anak kita sama-sama ya, sampai buah hati kita lahir didunia ini."

"Pasti" ucap Raqilla mengelus perut ratanya.

"Yah, aku puasa dulu.. Enggak mau sayang" rengek Gus Revan cemberut.

Raqilla menghela nafas dalam, sesekali ia mengelus tangan kekar suaminya, "Ingat mau punya anak lagi. Jangan bersaing sama Akhsa deh mas. Aku pusing"

"Aku juga pengin dimanja kayak Akhsa sayang. Kalau anak kita keluar, apa kamu masih sayang aku, apa kamu masih peduliin aku?" tanya Gus Revan dengan mata berkaca-kaca.

"Yuk pulang. Manja dirumah aja" ucap Raqilla diangguki Gus Revan.

Mereka berdua sampai dimobilnya, sore telah berlalu, malam yang tenang menyelimuti sepasang suami istri muda ini.

Tangan kecil Raqilla kini di genggam oleh suaminya, "Kamu malam ini mau makan apa?"

"Raqilla enggak lapar"

"Kamu enggak ngidam?"

"Belum. Kalau Qilla ngidam kamu bakal turutin semuanya?"

"InsyaAllah"

Mata Raqilla berkaca-kaca, "Ih kok insyaAllah, kamu enggak mau ya nurutin ngidam aku? Kalau enggak mau, Qilla harusnya enggak usah hamil. Dasar laki-laki mintanya enaknya doang!"

"Allahu, bukan begitu sayang, ak-"

"Udah deh enggak usah alasan, aku enggak mood sama kamu. Kita ini masih marahan!" ucap Raqilla dengan nada kesalnya.

REVAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang