Nuning ketakutan, dia segera memaksakan diri untuk cepat sampai di rumah. Sejak hari itu, Nuning terus saja berpikir siapa yang tega berbuat begitu padanya. Satu ketakutannya, ia takut jika sampai hamil di luar nikah. Sayangnya, sampai kepalanya sakit, tak satupun terlintas di pikirannya tentang siapa kira-kira orang itu.

Nuning tak berani mengatakan pada orang tuanya. Dan, lebih parahnya lagi, kejadian itu berulang kembali sampai beberapa kali. Akhirnya, apa yang ditakutkan Nuning terjadi. Ia dinyatakan hamil oleh bidan yang ia datangi di kota.

Nuning bingung. Mau mengatakan pada ibunya, sungguh ia takut. Akhirnya ia hanya memendamnya sendiri. Tapi perutnya tak bisa ia sembunyikan. Juga perubahan fisiknya. Ibunya memutuskan untuk mengurungnya di rumah.

Nuning berhenti kerja. Dan, berita kehamilannya yang tanpa suami sudah tersebar di seluruh kampung.

"Kamu itu sebenarnya hamil sama siapa, Ning? Ngaku saja, biar ibu suruh dia tanggung jawab sama kamu,"

Tapi Nuning tetap bungkam. Karena ia sendiri juga tak tahu siapa yang sudah merusak mahkotanya, dan menanam benih di rahimnya. Suradi yang mendengar hal itu, bersorak gembira. Ia pastikan Nuning akan jatuh di tangannya. Nuning akan menjadi miliknya seutuhnya. Karena ia yakin, tak akan ada lelaki yang mau menikahi gadis yang hamil di luar nikah seperti Nuning.

Suradi hanya menampakkan diri sesekali. Lewat depan rumah Nuning untuk melihat keadaan gadis yang dicintainya juga calon anaknya yang dikandung Nuning. Tapi, Suradi jarang melihat Nuning ada di luar.

Akhirnya, setelah sampai masanya, Nuning pun melahirkan seorang bayi perempuan, yang mirip dengannya. Meski tak tahu siapa ayahnya, Nuning menyayangi putrinya itu.

Suatu hari, datanglah Suradi ke rumah Nuning. Ibu muda itu langsung masuk ke dalam kamar, saat melihat kedatangan lelaki yang di bencinya. Nuning sendiri tak mengerti, mengapa ia membenci Suradi. Memang lelaki itu berkulit hitam, tapi wajah dan bentuk tubuhnya tidak terlalu buruk. Tentang pekerjaan, Suradi memang bukan orang kantoran, juga bukan berasal dari keluarga mampu, tapi lelaki itu rajin bekerja.

Ibu Nuning yang seorang janda, menerima kedatangan Suradi dengan tangan terbuka. Ia justru merasa senang dengan niat baik Suradi untuk menyunting Nuning. Ketika ibu Nuning menyampaikan hal itu pada Nuning, anaknya itu menolak mentah-mentah.

"Kamu itu memang susah diatur Ning. Mbok ya bersyukur, sudah ada yang mau menikahimu dengan kondisimu yang begini. Kasihan anakmu, mau kamu kasih makan apa dia? Lagipula, biar ibu itu tidak terlalu malu sama orang, karena kelakuanmu itu. Sudah gede, berbuat kok nggak mikir dulu. Pasti kamu genit kan di luar sana, sampai ada kejadian seperti ini,"

"Ibu. Aku juga tidak tahu siapa yang berbuat seperti ini padaku. Aku beberapa kali mendapati diriku dibekap sepulang kerja, lalu bangun sudah ada di tengah semak-semak pekarangan pak Haji Karim itu,"

"Kalau benar apa yang kamu katakan, sebaiknya kamu terima lamaran Suradi. Toh ia laki-laki baik. Pekerja keras. Kalau kamu nggak mau terima lamaran dia, ibu nggak sanggup nanggung biaya hidup kalian berdua,"

"Tapi bu..,"

Akhirnya, Nuning mau menerima lamaran Suradi, meski dengan hati terpaksa. Semua ia lakukan setelah melalui perdebatan panjang dengan ibunya, dan setelah ibunya menangis karena kekakuan hatinya. Nuning kasihan pada ibunya. Dia juga memikirkan nasib bayinya. Tidak mungkin ia kerja sementara masih menyusui anaknya.

Setelah Nuning resmi menikah dengan Suradi, mereka masih tinggal di rumah ibu Nuning. Di malam pertama mereka, Nuning yang masih merasa berat, terpaksa pula menyerahkan diri pada suaminya. Beberapa kali menjamah tubuh Nuning, membuat Suradi cukup hafal lekuk liku tubuh perempuan itu.

Suradi tak perlu buru-buru kali ini. Ia nikmati dengan perlahan, segala proses menuju kenikmatan birahi itu. Suradi menyusu di dua tetek Nuning, dengan lembut. Nuning yang baru merasakan hal itu di saat sadar seperti sekarang, sejak awal udah mendesah-desah pelan.

Permainan Suradi di atas tubuh istrinya, mampu membuatkan Nuning klimaks beberapa kali. Perubahan tubuh Nuning setelah melahirkan pun menambah gairah Suradi. Ia menggauli Nuning sampai beberapa kali malam itu. Dan sebelum tidur, Suradi yang memeluk tubuh hangat Nuning, memberitahu sesuatu pada istrinya itu.

"Ning, apa yang kamu rasakan selama kita main tadi?,"

Nuning yang masih sedikit jual mahal, hanya diam saja mendengar pertanyaan suaminya itu. Meskipun dalam hati ia mengakui, ia sungguh merasakan nikmat yang tak terperi.

"Kamu tahu Ning, aku sudah beberapa kali menggaulimu sebelum ini,"

Nuning seketika bangun dari tidurnya.
"Apa maksudmu?,"

"Aku lah yang sudah menebarkan benih di rahimmu, hingga terlahir anak kita, si Karlina,"

"Jadi kamu? Kamu yang sudah memperkosaku selama ini? Jahat kamu,"

"Iya. Aku akui itu. Semua itu aku lakukan karena penolakanmu padaku. Dan sekarang, aku bahagia, karena kamu sudah resmi menjadi milikku,"

Nuning menangis. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Semua sudah terjadi. Dan setelah malam pertama tadi, Nuning tak mengerti pada dirinya, mengapa ia tak bisa marah semarahnya pada Suradi. Apa yang terjadi pada dirinya?

=====

Pembaca ada yang tahu apa kira-kira yang terjadi pada Nuning?

Yuk dijawab dalam komen ya, jangan lupa tinggalkan vote juga.

Terima kasih.

Salam,
mei_dyn

Kisah Di Balik Puisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang