Perutku makin membuncit
Dan aku harus dipingitIbuku malu pada tetangga
Karna mengira aku berzinaSampai ketika anakku lahir
Aku masih bingung berpikirSiapa ayah bayi cantikku
Yang tega berbuat nista padakuSeorang lelaki datang melamar
Ku buang muka dan masuk kamarDia datang ingin menikahi
Tapi dia lelaki yang ku benciDemi orang tua dan anakku
Terpaksa ku terima lelaki ituDan saat malam pertama tiba
Dia mengaku, dia lah sang pemerkosa======
Nuning berjalan gontai sepulang dari kerja. Langkahnya terasa berat, karena baru saja putus cinta. Pacar yang ia cinta, bergandeng mesra dengan gadis lainnya. Dan alasannya, karena Nuning hanyalah gadis biasa.
Apakah cinta mengenal kasta? Kaya dan miskin mestikah berbeda? Nuning tak tahu harus bagaimana.
Sebuah sepeda tua menghampirinya. Dan seorang pemuda turun dari sepeda.
"Aku boncengkan yuk, Ning,"ujar si pemuda.
"Nggak ah. Aku jalan sendiri aja,"
"Ayolah. Rumahmu masih agak jauh. Nanti keburu gelap kalau jalanmu pelan-pelan begitu,"
"Nggak mau. Sudah ah, kamu pergi aja. Jangan dekat-dekat,"
"Kenapa sih Ning, kamu selalu saja menyuruhku menjauh? Padahal aku ingin dekat denganmu,"
"Aku nggak mau dekat sama kamu,"
"Kenapa? Karena aku orang kampung? Kulitku hitam, dan aku hanya kerja serabutan? Juga karena aku bukan orang kaya?,"
"Iya,"jawab Nuning ketus.
"Awas saja kamu, Ning,"kata Suradi mengancam.
Pemuda itu lalu mengayuh sepedanya cepat-cepat.
Begitu sampai di rumah, Suradi mencari cara untuk membalas dendam pada Nuning.
"Gadis itu harus aku taklukkan. Bagaimanapun caranya,"Suradi pun menemukan ide. Dia akan membalaskan penolakan Nuning itu saat gadis itu pulang kerja.
Seperti biasa, Nuning yang pulang kerja, turun dari angkot dan berjalan kaki masuk ke kampungnya. Jalan kecil yang dilewatinya, melewati sebuah pekarangan yang tak terawat, yang penuh semak belukar. Ketika Nuning sampai di semak itu, Suradi membekapnya dari belakang.
Gadis itu pingsan, lalu diseretlah oleh Suradi ke tengah semak-semak. Rupanya di sana ia sudah menyiapkan tikar. Suradi membaringkan Nuning di atas tikar itu. Ia buka pakaiannya sendiri, lalu melucuti pakaian Nuning.
Tak semua pakaian gadis itu ia lepas. Suradi hanya membuka di bagian dada dan bawahnya. Pemandangan menggiurkan dari tubuh seorang gadis yang masih perawan, gadis yang ia cinta, membutakan mata hatinya.
Suradi bergerak cepat. Ia kocok batangnya yang seketika menegang melihat bagian intim Nuning. Kulit kuning langsat gadis itu juga menambah gairahnya. Suradi tak peduli andai Nuning merasa kesakitan setelah ia gauli nanti. Langsung saja ia garap tubuh perawan gadis itu sampai puas.
Setelah menuntaskan hasratnya, Suradi memakaikan kembali pakaian Nuning. Lalu ia tarik tikar yang mengalasi tubuh gadis yang tak lagi perawan itu. Selanjutnya, Suradi sembunyi di semak lainnya, menunggu sampai Nuning bangun.
Hari sudah beranjak gelap saat Nuning terbangun dari pingsannya. Ia melihat ke tubuhnya lalu melihat ke sekelilingnya. Sedikit takut, ia pun mencoba segera bangkit. Tapi, ketika akan berdiri, ia merasa selangkangannya tidak nyaman. Terasa sedikit nyeri dan pikirannya langsung membayangkan hal yang tidak-tidak.