19. Curang

2.9K 214 12
                                    


Ulangan kenaikan kelas sudah di depan mata, sekolah menjadi tempat yang sangat sibuk setidaknya itu yang Aurora rasakan, meski dia memang tidak ikut repot seperti teman-teman lainnya yang membicarakan soal matematika rumit sisa bimbel tapi Aurora sungguh merasa hambar di kelas.

Bian sibuk dengan bukunya, Alda sibuk dengan ponselnya, teman-teman yang lain juga sibuk dengan urusan mereka sendiri, sungguh tidak ada orang yang bisa Aurora ajak berghibah.

Kelas macam apa ini, bagi Aurora sekolah tanpa ghibah itu bagai nge-mascara tanpa dijepit, datar.

"Bi," panggil Aurora, cewek yang rambutnya dicepol itu mengulurkan tangan ke depan, menyentuh punggung Bian dengan ujung pensilnya. "Bian!"

"Hm."

Bian merespons tanpa menoleh, masih sok sibuk belajar, seolah belajar adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan di tempat itu.

Aurora membuang napas malas, dia meniup poninya dan berkata.

"Main yuk," tawar Aurora. Dia melirik ke arah Alda yang tidak memedulikannya, Alda kalau sudah mode Fangirl begini tidak akan bisa diganggu, dia Fangirl-an melulu tapi kenapa otaknya pintar sekali, Aurora tidak mau buang-buang energi untuk menggodanya. "Gua bosen banget sumpah, Ayuk main yuk!"

Entah sial atau tidak, tapi Bian baru menyadarinya sekarang, dia sudah menjadi teman bermain Aurora saat cewek itu hampir mati bosan di kelas, bahkan saat semua orang fokus belajar untuk ulangan kenaikan kelas, Aurora malah santai-santai saja, main hape, main make up, dan cekikikan nonton komedi receh.

Sungguh tidak boleh dicontoh.

"Cari orang lain aja, gue sibuk," balas Bian. Kepalanya sudah mau meledak saat mencoba memahami soal matematika ini, tapi Aurora malah mengganggu konsentrasinya. Tapi tak lama kemudian Bian menyadari sesuatu, Bian berbalik dan berkata. "Kata lu mau bawain tanda tangan Janela buat gue, mana?"

Aurora mendecak, memukul bahu Bian ringan. "Janela Janela! Mama gue paling nggak suka sama orang akhlakless kayak Lo tahu! Panggil Bu, Tante atau minimal mbak kek," Aurora malah sebal. "Minggu depan deh gue kasih, sekarang belum bisa."

"Kan kemarin udah janji," sahut Bian tak terima, merasa dibohongi.

Bian sudah diomeli ibunya habis-habisnya gara-gara Dante cepu soal tingkah-tingkah Bian bersama Aurora dan semua temannya di sekolah.

Uang jajan terpotong! Belum lagi Bian harus mengembalikan duit sewa Aurora kepada Dante. Padahal duitnya sudah dipakai buat beli skin! Mendadak jadi orang kaya utang begini, sungguh sial.

"Gue nggak janji bakal langsung kasih, tahu sendiri Aunty Jeje-nya Alda tuh orang sibuk," ujar Aurora sembari melirik Alda. "Minggu depan deh, kalo lu nggak mau ya udah, nggak usah aja sekalian."

"Eh— kok!"

"Tumben banget Lo mau minta tanda tangan nyokap, biasanya nggak pernah mau," potong Alda kemudian, dia melihat keanehan, sejak jaman SMP pun meski teman sekelas atau guru mereka meminta tanda tangan Janela melalui Aurora, Aurora tidak pernah mau melakukannya. "Bian, Lo sogok bocah tantrum ini pake apa?"

Bian mengedipkan mata. Oh iya, Alda kan tidak tahu kalau Aurora pindah rumah dan Bian yang membantunya. Aurora juga tegas mengatakan kalau Bian tidak boleh mengatakan ini pada siapa pun, jadi daripada ditodong pertanyaan, Bian pun cuma menggeleng sekilas dan kembali menghadap depan mengerjakan soal matematika miliknya.

Maka Alda berganti menoleh pada Aurora.

Aurora mengibaskan tangan. "Lo belajar aja sana, awas nilai turun gue yang disalahin."

Sexy NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang