Elia menahan pintu kuat-kuat dengan tubuh mungilnya.
"Elia... aku mau bicara, tolong ijinkan aku masuk"
Dari dalam kamar Elia mendengar samar-samar Adrian bicara. Ia terus menahan pintu yang sekarang kuncinya menghilang entah kemana.
"Elia, buka pintunya!"
Tanpa Elia ketahui, sejak tadi pagi Adrian memang sudah mengambil alih semua kunci di dalam vila. Adrian hanya menyisakan kunci pintu depan yang Elia bawa. Elia jelas belum tau bahwa Adrian sudah membeli vila yang kini mereka tinggali. Sekarang dan seterusnya Adrian lah yang berkuasa memegang semua akses ke dalam vila.
Adrian terus menggedor daun pintu kamar Elia. Sejatinya ia bisa dengan mudah mendorong pintu tersebut. Tapi Adrian memilih tak melakukannya.
Adrian telah menimang masak-masak hinga akhirnya memutuskan ingin memberikan Elia ruang juga waktu agar gadis itu bisa menenangkan diri.
Dan Adrian kemudian hanya berkata dari depan pintu kamar Elia.
"Aku mau jelaskan semua sama kamu tentang perasaan aku. Aku akan tunggu kamu sampai tenang" cuma kalimat tersebut yang Adrian sampaikan.
Tak terdengar jawaban dan selanjutnya yang bisa Adrian dengar hanyalah suara isak tangis Elia.
.
*
.Elia mengusap airmatanya dan bergeser dari depan pintu setelah mendengar Adrian bersedia membiarkannya sendiri. Ia lalu beralih mengintip lubang kunci yang kini kosong.
Elia lantas beranjak dan coba mencari kunci di laci nakas. Ia membatin optimis siapa tau hanya lupa menaruhnya. Namun kemudian Elia tergemap saat tak berhasil menemukan kunci tersebut.
'Apakah dia mengambilnya?' Elia bertanya was-was.
Elia mencengkeram sisi kepalanya sambil perlahan menjatuhkan diri di atas lantai. Ia lalu bersandar pada tepi ranjangnya.
Elia berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya karena sekarang ia seolah lupa bagaimana caranya untuk bernafas. Tubuhnya turut terasa lemas ditambah lagi dadanya juga terasa sesak dan sakit.
'Kenapa? Kenapa dia muncul di hadapanku? Kenapa dia ada disini?'
Benak Elia bertanya.'Tidak cukup dia menyakiti aku? Apa dia ingin menyakitiku lagi?'
Elia tak henti berpikiran buruk. Ia tak tau persis apa yang diinginkan Adrian saat itu. Apakah Adrian ingin membahas perceraian atau mendatanginya dengan tujuan lain, Elia belum tau.
'Dia bilang ingin menjelaskan semuanya? Bukankah dia sudah berkata jujur? Bukankah dia hanya menipuku?'
'Aku muak melihat wajahnya. Aku benci sekali....'
Elia meruahkan rasa kecewa yang menjalari tubuhnya sampai dadanya terus bertambah sakit. Elia lalu membenamkan kepalanya di depan kedua lutut. Ia pun menangis tersedu.
'Aku tidak mau bertemu dengannya lagi...'
Elia meratapi kemunculan Adrian di depan matanya. Melihat Adrian setelah sekian lama menghindari pria itu telah membuat lukanya kembali menganga. Membuat Elia teringat segala ucapan dan perbuatan Adrian padanya.Elia diam mengurung diri di dalam kamar selama berjam-jam. Ia membiarkan Adrian berada diluar dan tak mau sedikitpun menemui atau mengkonfrontasi suaminya itu.
Elia terus bergelung dengan menangkup kedua lututnya. Seiring dengan berjalannya waktu, ia merasakan tubuhnya kian lunglai dan gemetar.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me With Your Lies [END]
General FictionElia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adrian diam-diam menjalin hubungan asmara dengan kakaknya sendiri yang bernama Tiara. * Dicintai oleh...
33 - WHY AND WHEREFORE
Mulai dari awal