3

557 81 2
                                    

Happy reading~

.
.
.

Suara kicauan burung menyemarakan minggu pagi yang cerah, bahkan saking cerahnya hingga tak ada satu awanpun yang tampak. Langit yang membentang luas itu hanya dipulas warna biru nan jernih. Matahari yang bersinar terang seolah menyemangati para insan untuk keluar dan tidak bermalas-malasan.

lain hal dengan orang-orang yang kini menikmati waktu pagi dengan berlari kecil atau sekedar berjalan-jalan ditaman, seseorang lainnya malah lebih betah menggulung dirinya dengan selimut, ditengah suasana kamar yang gelap seolah mendukung aksinya untuk memilih meneruskan tidur.

Dan jika saja bisa, Wei Wuxian memilih untuk tidur dalam waktu yang panjang dan tidak terbangun sampai ia berhasil melupakan kalimat Lan Wangji semalam.

Pernyataan yang teramat mengejutkan itu bahkan sampai membuat sekujur tubuhnya meremang tanpa henti.

“Lan Wangji sialan itu!” meski terkantuk-kantuk namun ia tidak bisa menahan diri untuk tidak merutuk.

Wei Wuxian masih menyesali keputusannya karena telah menghampiri Lan Wangji yang terlihat menyedihkan tempo hari. Dan kini ia harus menanggung keputusan bebalnya.

Berurusan dengan Lan Wangji didalam area sekolah saja sudah merepotkan, dan kini, ia harus bersiap dikejar-kejar Lan Wangji di luar area sekolah.

Oh, Wei Wuxian tengah meratapi nasibnya yang malang.

Ditengah pikirannya yang berkecamuk, juga kantuk yang hampir menariknya kembali ke dunia kapuk, gebrakan kasar di pintu kamarnya seolah hampir merenggut nyawa Wei Wuxian.

Itu pasti ulah kakak tertuanya!!

“A Xian!!! Cepat bangun dan mandi!” Binghe menarik-narik selimut Wei Wuxian, namun malah erangan kesal yang ia dapatkan. Lalu ia beranjak kearah jendela kemudian menyibak gorden dengan kasar, membuat sinar matahari saling berebut masuk memasuki kamar bernuansa hitam putih tersebut.

Lagi-lagi Wei Wuxian mengerang ketika panas matahari menyengat kulitnya, “Da ge! tutup kembali tirainya! Aku benci matahari!” Wei Wuxian protes, ia malah semakin menenggelamkan dirinya kedalam selimut.

“jangan banyak alasan, cepat bangun dan pergi olah raga. kau harus banyak bergerak! Kau tidak merasakan Jika otot-otot tubuhmu bahkan lebih lembek dari tahu, ha?!” kembali Binghe menarik selimut We Wuxian sambil terus mengomel tentang ini itu, membuat bungsu Wei mau tak mau menggeliat resah. “aku tidak mau, aku benci berada dibawah sinar matahari. Itu mengerikan, aku mau tidur!!”

Binghe menghela napas, tak habis pikir dengan adiknya ini. Apa katanya tadi? Manusia mana yang tidak menyukai matahari? Orang paling aneh diduniapun tak mungkin tidak menyukai sumber terbesar kehidupan manusia itu.

“Wei Wuxian, kalau kau tidak bangun sekarang juga, gege akan membakar semua video game koleksimu dan membuang konsol game mu ke tempat sampah!” ancam Binghe, dan setelahnya ia tersenyum puas mendapati reaksi Wei Wuxian yang langsung bangkit dan berlari menuju kamar mandi.

“aku akan membuang semua dokumenmu jika kau melakukan itu!! dasar gege jelek!!” Wei Wuxian berteriak dari kamar mandi, membuat Binghe terkekeh geli. Tak habis pikir dengan adiknya itu, sifat keras kepalanya sungguh membuat jengkel, namun disaat yang bersamaan juga begitu menggemaskan, hanya saja ia tak berani mengatakan terang-terangan.

“dasar anak kecil.” ledeknya kemudian pergi.

.
.
.

Huacheng dan Binghe saling berpandangan, dua pasang alis itu tertaut heran. “kau tidak kegerahan?” tanya sulung Wei pada Wei Wuxian yang tengah serius melahap sarapanya.

Boy Meet BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang