2

713 95 4
                                    

Binghe x Huacheng x Wei Wuxian as brothers!

.
.
.

Setelah melengkapi dokumen kesiawaannya di ruang administrasi, Wangji diminta untuk pergi ke ruang guru menemui calon wali kelasnya. Ia sempat memperkenalkan diri secara singkat, pria paru baya yang menjadi wali kelasnya pun menyampaikan beberapa poin peraturan penting disekolah mereka sebelum kemudian mengantar Wangji menuju kelasnya.

Disepanjang koridor, iris emasnya tak henti memindai setiap detail dari tempat ini.

Bangunan sekolah yang tampak megah, dengan interior modern semi klasik yang unik. Wangji tidak pernah tau bagaimana bentuk sekolah pada umumnya, namun entah mengapa, bangunan ini membuatnya tidak merasa terlalu asing.

Mungkin karena beberapa arsitekturnya yang memiliki sedikit kemiripan dengan tempat tinggalnya dulu,

Ah, ia benci ketika mengingat tempat memuakan itu.

Akan tetapi, tak bisa dirinya pungkiri bahwa, ada sebuah perasaan asing yang bergelenyar dihatinya. Disatu sisi ia merasa excited, namun disisi lain dirinya juga cukup gugup. karena ini adalah pengalaman pertamanya belajar ditempat umum seperti ini.

Ketika pandangannya terarah pada lapangan yang sangat luas, ia bisa melihat ada sekelompok siswa yang tengah melakukan peregangan, beberapa diantaranya saling bercanda dengan saling melempar bola.

Pemandangan yang benar-benar asing untuknya.

Atensinya teralihkan ketika wali kelasnya membuka sebuah pintu, Wangji hanya mengekor dibelakangnya kemudian berdiri disamping guru itu.

Suasana yang sebelumnya ricuh dengan beberapa murid yang tertawa mendadak kembali ke bangku mereka masing-masing dan duduk dengan patuh.

Pria paru baya itu tersenyum pada anak didiknya dan menyampaikan beberapa patah kata sebelum akhirnya memperkenalkan Lan Wangji yang berada disampingnya.

"Nah, hari ini kalian kedatangan teman baru. Lan Wangji, silahkan perkenalkan dirimu."

Sempat hening selama beberapa saat. Wangji mengatur napasnya yang cukup terasa berat. Ia tidak pernah bertemu dengan orang sebanyak ini sebelumnya, dan Wangji mengakui jika dirinya cukup merasa kewalahan dengan perasaannya saat ini.

Ia menatap calon teman sekelasnya satu persatu, sepertinya mereka tengah menunggu-nunggu perkenalan Wangji.

Setelah berdehem kecil, ia membungkukkan tubuhnya sedikit, "Lan Wangji."

Singkat, tanpa tambahan apapun.

Beberapa siswa sampai menganga atas perkenalan Wangji yang terlampau singkat itu, bahkan wali kelas merekapun sampai mengernyit.

"Hanya itu saja?" Tanya pria itu.

Wangji mengangguk, memang apa lagi yang harus ia sampaikan? Alamat rumahnya?

Setelah jeda yang cukup panjang, akhirnya salah seorang siswa berdiri dan bertepuk tangan. Seorang pemuda yang cukup tinggi, mungkin sama tinggi dengannya tersenyum kearahnya, diikuti siswa lainnya yang turut bertepuk tangan.

"Salam kenal, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." Sambut pemuda yang telah kembali duduk itu.

Wangji tidak tau harus merespon bagimana selain hanya mengangguk kecil.

Sesuai perintah sang wali kelas, ia dipersilahkan untuk duduk tepat dibelakang pemuda yang barusan menyambutnya.

Pada momen ini, jika boleh dikatakan secara jujur, Lan Wangji merasa agak risih. Sudah ia katakan bahwa dirinya tidak pernah terbiasa hidup berbaur seperti ini. Ia selalu terasing dan terisolasi dari pergaulan di luar dinding tinggi rumahnya.

Boy Meet BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang