0.1

159 23 9
                                    

notes : nama lokal hanya akan dipakai di percakapan, narasi masih memakai nama asli tokoh

.
.
.

cowok jangkung dengan tas tabung yang melintang di punggung lebarnya berdiri dalam diam di pintu masuk fakultas ilmu sosial dan ilmu politik salah satu kampus negeri di kota budaya. retina miliknya gerak konstan, observasi pergerakan manusia-manusia yang lalu-lalang di sekitar fakultas yang dipilih banyak orang selain fakultas ilmu budaya itu. bibir penuh cowok itu katup rapat, enggan aja gitu buat lolosin kalimat tanya ke pihak yang lontar sapaan saat papasan dengan anggota komdis ospek maba universitas tahun ini.

bahu tegapnya naik sekilas, pertanda bodo amat sama tatapan sarat penasaran yang diem-diem dia terima dari orang lain. langkahnya mantap, buat telusuri jalanan yang ramai. tujuannya satu, tempat mereka-mereka yang ingin memuaskan dahaga ataupun rasa lapar di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik.

bisik-bisik nggak jelas dari mahasiswa yang papasan pun nggak dia acuhin. fokusnya cuma satu, anterin isi dari tabung panjang miliknya ke salah satu dari sekian banyaknya pelajar lanjutan di ruang luas yang dia sambangi sekarang. salah satu sudut bibirnya naik, malah makin ngundang jeritan kecil yang emang muja-muja dia.

“ah, safiy athariq!” suara semi beratnya mecah keributan kecil yang ada di depannya. “boleh ngomong berdua sebentar?”

empunya nama lengkap yang barusan hyunjin lontar kedip-kedip lucu, natap bingung si gagah yang sesekali nyugar rambut panjang yang keiket sempurna miliknya. perlahan dia bangkit dari posisinya, melipir lucu bikin temen-temennya ketawa kecil. “oh, kak handaru? boleh, kak!” dia buru-buru samperin hyunjin.

si jangkung nan kekar putar badan, ngarahin seungmin buat ninggalin meja panjang yang mulai penuh sama kawan satu angkatan yang lebih muda, dari berbagai jurusan tentunya. katanya sih iseng aja pengin makan bareng di kantin fisipol, fyi.

keduanya jalan bersusulan, hampirin salah satu bangku yang ada di bawah pohon rindang taman yang letaknya nggak jauh dari kantin. hyunjin duduk duluan, kasih gestur tubuh biar seungmin nempatin spot kosong yang ada di sebelah kanannya. senyum kecil timbul, nambahin nilai tambah wajah ganteng yang lebih tua, tentunya bikin seungmin mati-matian nenangin detak jantungnya yang gila-gilaan di tempatnya. “duduk dulu.”

seungmin nurutin itu. pelan-pelan duduk, natap lamat-lamat hyunjin yang dengan jelasnya merhatiin mukanya seungmin sendiri yang perlahan-lahan mulai dihinggapi rona merah muda. “eum, ada apa ya, kak?”

hyunjin ketawa kecil, keluarin sapu tangan biru muda yang tadinya dia kantongin. lembut banget dia arahin benda itu disekitaran pelipis cowok satunya. “panas, ya?” tanyanya basa-basi.

duh, suaranya lembut banget, beda sama intonasi tinggi yang biasa cowok itu gaungkan pas ngejabat jadi ketua komdis ospek lalu.

makin getol aja itu jantung seungmin ngediskonya!

“hehehehe” seungmin malah kekeh-kekeh lucu, bingung aja sebenarnya dia mau ngerespon pertanyaan retoris hyunjin sebelumnya.

“eum, gini … ” hyunjin dehem pelan, lepasin selempang tas tabung yang melintang di badan, terus sodorin ke seungmin. “ini buat safiy. tolong diterima, ya?”

seungmin ngernyit bingung. soalnya ya, kan setau dia tas ini penting banget buat anak teknik arsi ataupun anak teknik sipil. terus kenapa hyunjin kasih ke dia? kan anak ilkom nggak ada kaitannya sama tas ini?

“ini ..”

“iya, buat safiy dari saya.” hyunjin ketawa kecil, “terima kasih sudah diterima, safiy.”

rock with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang