"Cih masih aja berharap! Sampe kapanpun dia gak akan bisa jadi milik lo Rak! Sadar diri!" Evan beranjak pergi meninggalkan temannya.
Jari tangannya terkepal kuat, Raksan meluapkan emosinya pada Erlan menarik kembali laki laki itu yang sudah terkapar lemas di lantai.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"Kalo memang gue gak bisa dapetin Anin! Itu tandanya lo juga gak bisa milikin dia lan! Gue gak rela ada yang menang di antara kita!"
Bugh!
Nyatanya Raksan lebih brutal dalam berkelahi, meskipun bibir nya sudah mengeluarkan darah tapi tidak membuatnya merasakan kesakitan.
"Lo gak ada apa apa nya buat dia Lan!" Raksan tertawa. "Anin akan lebih bahagia kalo sama gue! Bukan sama lo!"
Sedangkan Erlan terkekeh miris mendengarnya. "Gue yang menang Rak! Lo gak akan bisa dapetin Anin lagi, dia udah jadi milik gue, seutuhnya!"
"---Dan satu hal yang harus lo tau! Anin lagi ngandung anak gue! Sekarang lo harus sadar! Gak akan ada harapan lagi lo dapetin dia!"
Erlan berdiri tertatih tatih berjalan lunglai dan mulut yang tak berhenti berbicara."---Semua usaha lo justru berakhir sia sia Rak! Dengan cara lo menghancurkan rumah tangga kita itu gak membuat kita pisah! Gue udah dapetin semua bukti itu! Lo yang udah ngejebak Syela dan meyakinkan dia kalo itu anak gue! Dan Syela, dia masih mempertahankan anak itu! Anak dari hubungan gelap kalian berdua! Seharusnya lo yang nikah sama Syela! Bukan gue!"
"Seorang ayah yang tega tidak menganggap darah dagingnya sendiri gak pantas dapetin cewek se-baik Anin! Lo pantasnya di penjara Rak! Lo gak pantas hidup!"
Keheningan terjadi selama beberapa detik, dimana Raksan mencerna setiap ucapan Erlan, tak mampu berkutik, dan sangat merasa bersalah sama apa yang di lakukannya sendiri. Hatinya dibutakan oleh cinta yang sudah jelas jelas bukan untuknya.
"Kak Erlan." Anin datang mendekati kedua lelaki yang kini kondisi nya memprihatinkan, banyak luka lebam di wajah mereka.
"Anin." ia menoleh. "Ngapain kesini? Gue bilang lo diem di rumah! Jangan kemana mana!"
"Gak bisa kak, gue gak bisa ngebiarin kalian berantem kayak gini, gue gak suka!"
Tatapan Raksan terjatuh pada Anin yang tampak khawatir pada Erlan di banding dirinya, padahal sudah jelas sampai kapan pun Anin gak akan ada rasa padanya.
"Udahan ya berantemnya, lo udah janji sama gue buat gak adu jotos lagi," ucap Anin.
"Gak bisa, gue masih ada urusan sama manusia bajingan kaya dia!" tunjuknya.
Anin beralih menatap Raksan yang terus melihat ke arah perutnya. "Kenapa? Kenapa liatain gue kaya gitu?"
"Lo beneran lagi---,"
"Iya, sama kaya Syela, Rak. Gue harap lo yang tanggung jawab ya? Nikahin dia, dan terutama lo harus jujur sejujur jujurnya! Yakinin dia, kalo lo ayah dari anak itu! Bukan kak Erlan!"
Raksan menunduk dan mengangguk. "Gue usahain Nin, maaf."
"Jangan minta maaf sama gue, minta maaf sama Syela, dia yang jadi korban keegoisan lo. Lo tega sih kalo sampe Syela beneran keukeuh pengen nikah sama kak Erlan! Tega banget kalo kak Erlan sampe ninggalin gue!"
"---Sebelum bertindak makanya pake otak! Dapetin seseorang itu sebenernya mudah Rak! Dengan lo memperbaiki diri sendiri pasti lo bisa dapetin seseorang itu! Tapi gak kaya gini caranya! Yang lo lakuin ini bikin semua orang jadi korban tau gak!"
YOU ARE READING
ERLANGGA | END
Teen Fiction‼️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ‼️ Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo nyuruh gue buat berhenti ngerokok? Berati bibir manis lo itu siap jadi pengganti rokok gue." "Satu hal lagi, gue gak suka penolakan!" I...
50. TAKUT KEHILANGAN
Start from the beginning