25 - WOUNDED HEART

Mulai dari awal
                                    

"Tadi sekretaris Bu Elia hanya mengatakan undangan tersebut untuk acara makan malam saja, Pak. Saya kurang tau apakah berasal dari Bu Elia langsung atau bukan" Lita menjabarkan.

Adrian membisu sesaat.
"Ya sudah, kamu boleh keluar" katanya pada Lita agar ia bisa mencari tau isi invitasi tersebut seorang diri.

Lita mengangguk dan ia yang sudah selesai menyampaikan pesan segera menuruti titah Adrian untuk pergi dari ruang kerja sang pemimpin perusahaan.

.

Adrian membuka amplop undangan di tangannya dan menarik secarik kertas yang berada di dalamnya. Ia pun membaca tulisan yang tertera di atas kertas.

To: My dear husband,

I am sending you a sincere invitation to attend our first dinner together. Please come to Imperial Skye Restaurants tomorrow night at seven pm.

Your presence is all that matters. I wish you could make it this time.

From:
Your wife, Elia.

Adrian merapatkan bibir ketika selesai membaca undangan tersebut. Ada satu sisi hatinya yang lega kala mengetahui Elia baik-baik saja dan bahkan mengajaknya makan malam.

Namun pikiran Adrian tetap bertanya. Pertama kali dalam selang waktu pernikahannya, Elia bersungguh-sungguh memintanya untuk makan malam berdua.

Dan kata-kata di undangan tersebut terlalu hangat untuknya mengingat apa yang baru saja ia lakukan. Mungkinkah cinta Elia yang begitu besar membuat Elia pura-pura tak tau atau justru sudah melupakan peristiwa yang terjadi belakangan? Adrian hanya bisa menerka-nerka.

.
.
.

***
.
.
.

Hari dimana janji temu makan malam Adrian bersama Elia akhirnya telah tiba.

"Atas nama Roselia Ariadinata" Adrian berucap pada salah satu staf restoran Imperial Skye ketika ia telah sampai di depan meja resepsionis.

"Ibu Elia mengharapkan kedatangan tamu atas nama Tuan Adrian Axman" gumam staf tersebut mencoba memastikan sembari memeriksa di buku informasi.

"Itu saya" tegas Adrian.

"Baik Pak. Mari silahkan. Kami akan antar untuk menuju ruangan yang sudah di reservasi oleh ibu Elia"

Lalu sang staf bergegas mengitari reception desk dan memimpin Adrian untuk berjalan menuju salah satu ruang VIP di restoran fine dining tersebut.

Setelah sampai di depan sebuah ruangan yang masih tertutup, sang staf membuka pintunya. Ia beserta Adrian masuk ke dalam ruangan VIP yang tak terlalu besar. Hanya ada satu meja berbentuk persegi bertaplak putih di tengah ruangan dengan sepasang kursi yang saling berhadapan. Sementara di sekelilingnya terdapat pajangan serta rangkaian vas berisi bunga beraneka jenis.

"Silahkan" sang staf pramusaji menarik salah satu kursi untuk Adrian duduki. Adrian lantas mendudukkan dirinya pada kursi tersebut.

"Mohon maaf, Ibu Elia sepertinya belum hadir. Sembari menunggu apa bapak ingin memesan salah satu dari menu kami?" Sang pramusaji menawarkan.

"Boleh. Kasih saya red wine" ucap Adrian cepat.

"Kami ada beberapa pilihan-" sang pramusaji hendak menunjukkan list menu wine pada Adrian.

Adrian mengangkat tangan untuk menyetop sang pramusaji yang hendak menyodori buku menu untuknya.

"Apa saja" Adrian berucap singkat tak ingin repot memilih.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang