25 - WOUNDED HEART

56.3K 2.2K 60
                                    

"Adrian-" Tommy menghentikan langkah putranya yang hendak keluar dari ruang meeting.

Adrian pun berbalik dan menghadap Tommy yang berdiri di belakangnya.

"Dimana Elia?" Tommy lanjut bertanya mengenai keberadaan menantunya. Semenjak meeting proyek AriaCity dimulai siang tadi hingga baru saja usai, Tommy tak melihat Elia. Bahkan ia dalam beberapa hari terakhir tak berjumpa dengannya. Oleh sebab itu Tommy menanyakannya pada Adrian.

Adrian tak bisa menjawab pertanyaan Tommy sebab ia sendiri juga tak tau perihal keberadaan Elia. Sudah satu minggu lebih Elia menghilang tanpa kabar. Bahkan Adrian sempat mencoba menghubungi tapi ponsel Elia tidak aktif.

Adrian sebenarnya cukup khawatir bila ternyata terjadi sesuatu pada Elia. Tapi ia masih menunggu hari demi hari dan belum berniat lapor ke pihak berwajib mengenai istrinya yang pergi tanpa meninggalkan pesan. Jauh di dalam hati, Adrian bisa menduga apa yang tengah Elia rasakan dan penyebabnya menghilang bak ditelan bumi.

"Dia baru di Bali. Aku minta dia cek resort di Ubud" Adrian mengarang cerita untuk ayahnya. Ia belum ingin melibatkan pihak luar untuk ikut campur dalam masalah rumah tangganya. Namun setelah ini, jika Elia masih tak memberi kabar, Adrian berniat mengerahkan tenaga untuk mulai mencari Elia.

"Oh" Tommy percaya begitu saja pada alibi Adrian. Ia pun melanjutkan.
"Kamu sudah bilang sama Elia, kalau kamu mau take over setengah sahamnya?" Tommy berganti membahas agenda bisnis mereka.

"Belum" jawab Adrian singkat dan jujur.
Jangankan bisnis, masalah yang lebih mendesak saja Adrian belum membicarakan empat mata dengan Elia.

"Gimana sih kamu?" Tommy mereluh setengah protes. "Get your ducks in a row! AriaCity ini jelas akan jadi proyek yang menjanjikan. Kamu harus ambil langkah cerdas buat secure posisi kamu disini. Jangan buang-buang waktu sebelum Elia berubah pikiran" Tommy mengingatkan Adrian. "Kalian baik-baik saja kan?" Tambahnya setengah curiga kala melihat raut gelisah Adrian siang itu.

Adrian tak langsung menjawab. "Baik" namun akhirnya ia berkata walau tak sepenuhnya berterus terang.

Tommy mendengus kecil.
"Jangan main-main" rasa was-wasnya tiba-tiba muncul. "Yang serius jaga rumah tangga kamu" Ia berpesan terakhir kali.

Kemudian begitu dirasa tak ada lagi yang ingin disampaikan, Tommy pun berjalan melewati Adrian yang ada di depannya. Dan keduanya lalu beranjak untuk melintas keluar dari ruang meeting.

.
.
.

**
.

.
.

"Siang Pak" Lita, sekretaris Adrian segera menyapa ketika ia sudah berada di depan meja kerja Adrian. Sore itu Adrian tengah bersemayam di kantor kebesarannya di lantai paling tinggi Axton Tower.

"Ada apa?" Adrian mengerling Lita sekilas. Ia tetap memilih fokus pada ponsel di tangannya daripada mengindahkan kehadiran Lita.

"Tadi siang sekretaris Bu Elia mengantarkan undangan untuk bapak" jelas Lita sembari mengulurkan selembar undangan agar diterima oleh Adrian.

Adrian menjeda melihat ponsel lalu spontan menengadah. Akhirnya Lita berhasil membuat perhatian Adrian tertuju padanya.
"Undangan?" Adrian menggumam rendah. Ditelisiknya amplop yang ada di tangan Lita sembari menautkan alis.

"Betul Pak" jawab Lita.

"Undangan untuk acara apa? Dari Elia?" Adrian bertanya diiringi meraih kertas berwarna cream yang Lita berikan agar berpindah ke tangannya.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang