⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️
Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.
Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___Surai pirangnya terhembus angin laut, tampak indah seolah itu sedang berkibar. Cadar berwarna hitam terbuat dari kain terlihat tak begitu transparan bergerak lembut hampir terlepas. Untungnya, tangannya meraih dan membenahi posisi cadar secepat kilat.
Jemma Van Delmare, banyak orang yang tidak tahu nama lengkapnya. Identitas diri ia sembunyikan sekian lama. Kabur dan menjalankan kehidupan baru adalah keputusan besar, jika ia bertahan di tempat mengerikan itu. Ia jamin mungkin sekarang dirinya sudah masuk ke rumah sakit jiwa guna menjalani penanganan kejiwaan.
"Aku harap mereka tidak pernah bisa menemukan ku di sini," lirihnya cemas.
Ia benci sangkar emas, namun siapa sangka, kalau dirinya bisa terbang sebebas ini sekarang?
Walau banyak hinaan dan cacian terlontar dari mulut para warga sekitar, Jemma tak mempermasalahkannya selagi langkah mereka tidak terlalu jauh. Usik sewajarnya, maka ia akan tetap tenang bagai air tanpa gangguan angin.
Merenung di dermaga ini cukup membuatnya membeku kedinginan. Entah mengapa Jemma teringat pesan wanita tua penghuni rumahnya dulu yang sudah meninggal sejak tujuh tahun silam. Perhatiannya melebihi sang nenek dan ibu kandung Jemma dulu. Sedangkan mereka yang memiliki hubungan darah bersikap semena-mena dan kejam.
Teringat, sang nenek kala itu mengakui dirinya, jika Jemma adalah cucunya yang telah lama hilang bersama kedua orang tuanya di kecelakaan kapal pesiar belasan tahun lalu. Kepintaran wanita itu sangat cerdik mengelabui para penduduk. Mempercayai, bahwa Jemma memang cucu kandungnya hanya dari mulut saja.
Ironisnya, sang nenek meninggalkan dirinya 'tuk selamanya bersamaan dengan itu, penduduk desa mulai mengeluarkan watak asli-atau memang seperti itu? Jemma tidak tahu. Jelasnya selang dua hari ada berita burung menyebar luas, Jemma dikenal sebagai cucu si nelayan, di fitnah membunuh sendiri nenek kandungnya.
Entahlah-Jemma tak tahu dalangnya, mestinya mereka mempunyai pendirian. Sayangnya penduduk lebih percaya omongan ketimbang fakta di depan mata, inilah yang membuat opini atau spekulasi tersebut menjadi nyata di muka umum. Menjatuhkan seseorang tanpa mempedulikan perasaan orang lain dan bertindak bodoh, layaknya manusia dungu.
Di posisi Jemma.
"Aku jadi ingin berenang. Tapi ini sudah petang," ucapnya sendiri mengalihkan pikirannya karena melihat air.
Deburan ombak terdengar merdu di telinga. Seulas senyum terpatri di wajah cantiknya. Jemma berkedip pelan sambil menikmati petang berakhir.
"Di tengah sana kenapa ada kilasan kilauan, ya?" gumam Jemma bertanya pada diri sendiri, ia memicingkan mata guna memperjelas objek indah apa yang berada di tengah seperti sebuah titik. "Huh, aku tak bisa melihatnya dengan jelas!"
Pada akhirnya Jemma menyerah, karena malam akan datang, Jemma hendak beranjak dari dermaga. Suara ombak ribut di depannya ia abaikan dan Jemma memilih bangkit, membalikkan badannya, lalu ....
Byur!
Matanya hanya mampu mendelik dengan suara tercekat.
Sesosok makhluk misterius menariknya ke dalam lautan dari bawah dermaga. Pandangan pada netranya mengabur bersama pasokan oksigen kian menipis karena ditarik tiba-tiba tanpa persiapan apapun. Perlahan pula air hampir mulai memasuki paru-paru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going]
Fantasy___ Gadis ini menjalani hari dengan rasa lapang dada. Tiada hari tanpa cobaan melanda dirinya. Walau dicap sebagai orang aneh dan buruk rupa serta perlakuannya yang tergolong kasar, ia akui dirinya hebat bertahan sampai sekarang. Langkahnya memang s...