Aku ingin menggodamu
Pria dingin yang tersenyum kaku
Barangkali,
kau terpikat bibir manisku
Yang menanti untuk kau cumbuAku ingin menggodamu
Pria tampan pemilik hatiku
Di saat kau tak melihatku disini
Yang berbaring memasrahkan diriAku ingin menggodamu
Menyingkirkan mereka yang datang merayumu
Karena ku tahu,
Hanya diriku yang kau mauDan kini,
Aku berhasil menggodamu
Saat kau menyatukan tubuhmu
Menerjang dan menggoyang di dalamku
Aahh, nikmat itu,
Tak ingin sekali saja kurasaiDan karena itu,
Aku ingin selalu menggodamu======
Anggara menikahi Nina, karena perjodohan. Orang tuanya bersikeras menjodohkannya dengan gadis yang saat kecil dulu pernah dikenalnya, karena perjaka tua itu tak juga mau mencari pendamping. Usianya yang sudah matang, membuat orang tuanya sedikit khawatir jika Anggara tak segera menikah.
Nina gadis ceria yang lupa-lupa ingat dengan sosok Anggara di masa kecilnya. Maklum saja, karena perbedaan usia mereka 8 tahun. Nina masih balita saat itu, sedang Anggara sudah lulus SD.
Kini mereka bertemu kembali saat sudah sama-sama dewasa. Anggara sebenarnya bukan tidak mau menikah. Tapi ia menunggu sosok yang kini ternyata menjadi istrinya sungguhan.
Meski bertubuh tinggi besar, tapi Anggara merasa takut jika cintanya ditolak oleh Nina. Ya, Anggara sudah menyimpan sosok Nina di hatinya sejak masa balita dulu. Saat itu ia melihat Nina sebagai balita kecil yang imut dan ceria. Dan tentu saja, cantik.
Hingga, waktu memisahkan mereka setelah Anggara lulus SMA, karena pindahnya tempat kerja sang papa. Sedang Anggara sendiri melanjutkan kuliah, dan kemudian sibuk bekerja, sampai tak sempat memikirkan dirinya yang belum menikah.
Anggara dan Nina dipertemukan kembali saat salah satu keluarga Anggara yang juga sahabat keluarga Nina, mempunyai hajat menikahkan putri mereka. Berdebar dada Anggara melihat gadis kecil kesayangannya sudah menjelma menjadi wanita dewasa yang menawan. Cantik, supel, ceria dan makin memikat hatinya.
Seperti sebuah reuni saja. Dan entah mengapa, takdir seolah memang berkata jika Anggara adalah jodoh untuk Nina. Dan, meski telah bersanding di pelaminan, Anggara tetap saja adalah sosok pria dingin yang bagai tak tersentuh. Tak sedikit perempuan yang merasa patah hati dengan menikahnya Anggara.
Terutama rekan satu kantornya yang masih jomblo. Dan itu sempat membuat Nina cemburu, karena agresifnya perempuan-perempuan itu saat mengerubuti suaminya untuk minta foto bersama di atas pelaminan. Untuk kenang-kenangan, kata mereka.
Sambil menghapus riasan wajahnya, Nina menggerutu di depan cermin. Tapi bukan Nina namanya kalau tak bisa mencari ide untuk menaklukkan Anggara. Setelah acara bersih-bersih badan beres, Nina segera membuka kopernya. Malam itu ia ingin membuktikan jika ia mampu membuat Anggara hanya menjadi miliknya.
Sebuah lingerie berwarna merah yang menerawang, sudah melekat di tubuhnya yang sintal. Tinggal memakai wewangian dan sedikit menyegarkan wajahnya, ia sudah siap melayani suaminya. Nina menunggu masuknya Anggara ke kamar mereka dengan hati berdebar.
Tangannya menjadi dingin, dan debaran hatinya makin kencang saat ia mendengar pintu kamar dibuka. Anggara masuk sambil melirik padanya. Hanya melirik.
'Udah seksi gini masih aja dicuekin. Awas kamu ya, mas' batin Nina gemas.
Anggara melepas semua pakaiannya dan hanya dengan mengenakan celana pendek, ia masuk kamar mandi.
'Lihat dia jadi pengantinku aja, aku sudah mau pingsan. Apalagi ini. Nina pakai lingerie. Bisa mati berdiri aku. Seksi sekali dia. Tubuhku kenapa nggak mau kompromi juga. Pakai panas dingin segala. Apa aku mandi aja ya'batin Anggara.