39. Pertanyaan Intens

122 3 1
                                    

Gwenn langsung menyenggol kaki Akiro untuk memperingati pria itu namun tampaknya Akiro pura-pura tidak menyadari peringatan darinya itu atau kebih tepatnya menghindar.

"Bagus, aku suka dengannya Gwenn. Kau memilih pasangan yang tepat," lanjut Jacob yang langsung disambut dengan wajah pucat Gwenn, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi selain mengeluarkan senyum paksanya.

"Daddy, lalu bagaimana dengan perjodohan yang kau bicarakan kemarin?" berusaha mengalihkan pembicaraan mereka, Gwenn berusaha membahas topik lain.

Alis Jacob menggerut sembari menampilkan raut bingungnya, ia berujar, "Perjodohan apa? Oh, itu aku hanya berbohong agar kau lebih cepat menunjukkan pacarmu saja," dengan nada tak bersalahnya, Jacob mengutarakan rencananya secara terang-terangan.

"Daddy..." Gwenn tidak tahu harus membalas apa lagi, fakta ini terdengar mengejutkan baginya. Sebab jika dipikir-pikir lagi, karena perjodohan itu membuat Gwenn melewati batasan dalam dirinya untuk pergi ke kelab malam yang membawa semua petaka ini.

"Dan rupanya caraku berhasil kan?"

Gwenn menghembuskan napas kasarnya, tampak tak percaya dengan kalimat yang baru saja ia dengar itu. Anehnya, semua kekhawatiran Gwenn di awal tampak tidak terjadi. Terlihat dari bagaimana Jacob yang mengobrol secara nyaman dan tidak ada kecanggungan yang menyergap di tengah-tengah orboaln mereka. Entah apa yang mereka bicarakan karena Gwenn berakhir diabaikan dan memutuskan untuk bangkit dari sana. Gwenn memilih untuk bergabung dengan Grace yang tampak menikmati cupcake-nya di meja makan.

"Kau tidak merasa ada yang aneh?" Tanya Gwenn begitu menarik kursi dan duduk tepat diseberang Grace.

Sembari pipinya menggembul dan sibuk mengunyah, alis Grace bertaut sejenak, "Memangnya apa yang aneh? Maksudnya, sikap ayahmu?"

Gwenn refleks menangguk setuju, akhirnya ada yang sepemikiran dengannya.

"Apa pendapatmu tentang itu?" Tanya Gwenn lagi sembari mengarahkan arah pandang Grace dengan dagunya ke ruangan tamu dimana Jacob dan Akiro masih tampak mengobrol, bahkan topik mereka sudah semakin luas, mulai dari jenis tanaman hingga buku bacaan kesukaan mereka.

"Menurutku, mungkin kau memang memilih orang yang tepat," ujar Grace sebelum berhenti saat mendapat tatapan melotot dari Gwenn. Grace bahkan takut bola mata wanita itu akan keluar dan menggelinding hingga ke arahnya.

"Maksudku, kau bisa saja memilih orang yang tepat. Coba saja jika kau menolak tawaran kontrak dari Akiro dan menyewa pacar bohongan dari aplikasi kencan, maka ayahmu pasti sedang melakukan siding interogasinya sekarang," jelas Grace dengan hati-hati agar Gwenn bisa menerimanya.

Sembari merenungi kalimat Grace, Gwenn menatap interaksi keduanya di ruangan tamu.

"Tapi kenapa mereka sangat cepat akrab?" Gwenn masih terheran-heran.

"Aku tahu," Grace berujar dengan nada semangatnya membuat Gwenn menoleh cepat ke arahnya dengan tatapan penuh harapnya.

"Mungkin karena dia tampan."

Oke, daripada sebuah umpatan dilayangkan kepadanya, Gwenn lebih memilih untuk berdoa agar wanita itu segera mendapatkan jodoh tampannya itu.

"Grace, aku serius."

Melihat dari bagaimana sifat ambisius Gwenn yang diturunkan dari ayahnya, terbukti dari kemiripan sifat mereka saat menghadapi pekerjaan. Mereka berdua sama-sama suka bekerja dan selalu ingin yang terbaik untuk segala hal yang telah mereka mulai. Tetapi Gwenn tahu betul,Jacob lebih keras dulu saat bekerja. Suatu hari saat Gwenn kecil mengantarkan makan siang untuknya, ia melihat Jacob tampak marah dengan asistennya yang melakukan salah pengetikan. Melainkan memberitahu letak kesalahannya, Jacob malah menyuruhnya untuk memeriksa file dengan belasan halaman itu dan menunjukkannya sendiri. Akhirnya pegawai itu pergi dari ruangan sembari menangis sebelum lembur untuk menemukan letak kesalahannya. Huruf a yang serupa dengan o merupakan malapetaka bagi pegawai itu.

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang