32. Berkencan pt.2

110 5 0
                                    

"Akiro," panggil Gwenn secara tiba-tiba sambil menutup kembali botol kosongnya.

Akiro hanya berdehem sebagai jawaban, ia masih berusaha menghindari tatapan Gwenn.

"Apa kegiatanmu selama sepuluh tahun belakangan ini?" Tanya Gwenn yang berhasil menarik fokus Akiro untuk kembali.

"Ini yang ingin kau tanyakan di mobil tadi?"

Gwenn mendadak tergagap, otak dan mulutnya bekerja secara tidak selaras, "Tidak...maksudku, iya."

Akiro akhirnya memberanikan diri untuk menatap ke arah Gwenn, "Maaf, karena dulu aku pergi tanpa mengabarimu," ujar Akiro dan Gwenn menangkap sirat kesungguhan dalam tatapannya.

Gwenn terdiam sebentar sebelum berusaha mengeluarkan senyumnya yang berakhir terpaksa, "Tidak apa-apa, lagian waktu itu kita tidak sedekat itu untuk saling bertukar kabar," ujar Gwenn jujur sembari menatap ke bawah sebelum menggesek kakinya membuat ayunan itu mulai bergerak pelan.

"Bagaimana dengan kau?" Tanya Akiro.

"Aku hanya fokus membesarkan Vee layaknya anakku sendiri. Kehidupanku membosankan, tidak bisa berkecan seperti kau, tidak bisa lari pagi seperti ini dan destinasiku hanya gedung tiga lantai itu setiap hari," jelas Gwenn.

Akiro masih setia memperhatikan Gwenn sebelum kembali berujar, "Tapi itu adalah mimpimu."

Gwenn tersenyum kecil saat Akiro menyebutkan kalimatnya itu, "Benar, itu adalah mimpiku."

Gwenn terdiam lagi sebelum memberanikan diri untuk melirik ke arah Akiro, namun beberapa detik berlalu, lagi-lagi keraguan itu datang kepada Gwenn disaat yang tidak tepat.

"Ada yang ingin kau tanyakan lagi?" Tanya Akiro yang berhasil meanngkap basah niat Gwenn itu.

Gwenn menggigit bibi bawahnya sebelum bertanya dengan nada pelannya, "Bagaimana kau bertemu dengan wanita di kelab..."

"Sharren," potong Akiro memberitahu.

Gwenn menangguk kecil, "Iya, maksudku Sharren."

Gwenn sendiri tidak mempercayai keberaniannya untuk menanyakan pertanyaan itu. Tetapi Gwenn benar-benar penasaran, terutama dengan semua hal yang menyangkut dengan kehidupan Akiro selama sepuluh tahun waktu mereka putus kabar. 

"Lewat kencan buta," jawab Akiro cepat kemudian membuang wajahnya ke samping, memutuskan kontak mata mereka.

"Apa dia tidak mara jika melihat foto kita yang seperti tadi?" Tanya Gwenn, nada bicaranya berubah menantang dan Akiro mendapati sirat marah dalam rautnya sekarang. 

Mereka berdua tahu betul kerja media dan para pembuat berita, mengambil sudut gambar  sebagus mungkin dan menyunting judul yang membuat siapa saja penasaran, tertarik dan berakhir menekan situs berita mereka.

"Kita sudah membicarakannya sebelumnya dan ini juga demi kebaikannya..."

"Kalau begitu aku ingin bertanya lagi," ujar Gwenn serius.

Sikap Gwenn yang mendadak berubah drastis itu membuat Akiro bertanya-tanya apa yang terjadi kepadanya hingga saat Akiro mencuri pandang ke arah belakang Gwenn, ia menangkap basah sekumpulan orang-orang berbisik sembari sesekali menunjuk ke arah mereka.

"Posisi apa yang bisa ia toleransi karena setelah dipikir-pikir, kalimat para penggemar fanatikmu itu membuatku sedikit marah," lanjut Gwenn dan Akiro mendapati sirat luka dalam tatapan kuatnya itu, namun sebisa mungkin Gwenn sembunyikan dengan memunculkan senyum palsunya.

"Mereka benar-benar pacaran?" "Jalang yang mereka sebut adalah putri Jacob yang itu?" "Wah, keluarganya benar-benar berantakan, ayahnya seorang pecundang dan putrinya bekerja menjadi wanita kelab setelah bangkrut."

"Bagaimana dengan posisi seperti ini?" Sebelum Gwenn sempat menyelesaikan pertanyaannya, lengan Gwenn bergerak cepat, menyeberangi tubuh Akiro dan berakhir memegangi kedua bahunya, mendekatkan wajah mereka dan mengikis setiap jarak yang ada diantara mereka. Ayunan itu lagi-lagi bergerak pelan sebagai bukti keberanian Gwenn saat itu.

Mereka sudah terlanjur membenci Gwenn dengan menetapkan prinsip dan asumsi mereka sendiri, bagaimana jika Gwenn membntu mereka untuk mewujudkannya? Ia akan menjadi wanita bangkrut yng menempel pada seorang pria kaa untuk bertahan hidup, tepat seperti yang mereka tuduhkan kepadanya.

"Lakukan semaumu, kupastikan dia akan menoleransi semuanya," ujar Akiro kemudian tersenyum miring yang berhasil membuat Gwenn mematung dan berakhir bingung dengan jawaban Akiro.

"Aku hanya melakukannya untuk melindungi harga diriku," ujar Gwenn akhirnya, pikirannya mendadak kosong dan ucapannya terdengar menyimpang jauh dari jalur yang semestinya.

"Aku rasa caramu ini tidak akan berhasil," jawab Akiro membuat Gwenn menatapnya kembali dan saat itu juga, diluar dugaannya, Akiro memajukan tubuhnya, membuat tubuh Gwenn beringsut mundur dan meyender sepenuhnya pada sandaran ayunan. Dengan tangannya yang masih memegang kedua bahu Akiro, ia dapat merasakan detak jantun pria itu. Cepat dan kuat saat Akiro memajukan wajahnya, membuat hidung mereka berakhir bersentuhn. Dalam jarak sedekt itu, Gwenn dapat merasakan tarikan napas Akiro. Semuanya terlalu mendadak dan Gwenn tidak tahu harus merespon bagaimana.

Gwenn berakhir mematung layaknya seorang pecundang.

"Biarkan aku saja yang bersikap brengs*k dan bertingkah layaknya pria yang sedang mabuk cinta, kau hanya perlu duduk manis dan menikmatinya Vee."

Gwenn lagi-lagi tidak menjawab dan tanpa ia sadari, ia sudah mengijinkan Akiro untuk masuk lagi ke dalam kehidupannya dan mengambil ahli pertahanan dirinya.

"Kau tahu, belakangan ini aku bertemu dengan seorang gadis," ujar Akiro tiba-tiba membuat Gwenn menautkan alis.

Gwenn masih diam untuk mendengarkan sampai Akiro kembali melanjutkan kalimatnya.

"Kita bertemu kembali setelah sepuluh tahun berpisah. Kupikir, aku sudah berhasil melupakannya, tetapi setiap kali aku berada didekatnya, jantungku masih berdebar dengan kencang. Seperti dulu."

Gwenn menahan napas untuk sesaat, ia tahu betul siapa yag sedang dibicarakan Akiro. Pria itu mengucapkannya sembar menatap lurus kedua manik Gwenn, ditengah semua kekacauan yang melanda mereka, ditengah hubungan rumit mereka, jujur, Gwenn perlu mengakui keberanian Akiro itu.

"Apa itu artinya, aku menyukainya?" Tanya Akiro sembari mempertahankan tatapan lekatnya, namun diantara kesungguhan yang pria itu berikan kepadanya hari ini, ada fakta lain yang mengusik diri Gwenn. Menarik dirinya secara paksa untuk menghadapi sebuah realita daripada sebuah pengakuan tiba-tiba dan tanpa alasan seperti ini.

"Tidak."

Gwenn menjawab tanpa ragu dan jawabannya itu berhasil memberikan efek yang luumayan besar kepada Akiro, terlihat dari renanya yang berakhir bergetar.

Akiro terdiam untuk beberapa saat sebelum memutuskan unuk bertanya, "Kenapa?" 

Melihat bagaimana Akiro tidak berusaha untuk mengubah topik pembicaraan walaupun tahu Gwenn tidak nyaman saat membahas hal itu dan Akiro sengaja melakukannya.

Kaki Gwenn menapak kuat ke tanah, membuat ayunan itu berhenti bergerak. 

"Karena dia sudah memiliki seorang pacar."

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang