▪︎Hargai Maung dengan Vote dan komen di tiap partnya, karna Maung kapan aja bisa Unphublis cerita ini!▪︎
• S e l a m a t M e m b a c a •
•••
Kiran terdiam memperhatikan Karan yang sedari tadi menatapnya tanpa ekspresi. Kiran tidak tau apa yang sedang terjadi pada pemuda di hadapannya ini, sudah hari kesekian Karan terus saja memberinya tatapan tajam, bahkan selalu mendiaminya jika bukan dirinya yang lebih dulu bersuara.
Namun kini Kiran mengerti alasan dari berubahnya Karan. Karan memberitahunya tentang kejadian tempo lalu—saat ia berpelukan dengan Devian. Kiran tidak tau dari mana Karan mengetahui itu, bahkan ia tidak tau siapa orang yang mengirimkan poto tersebut pada Karan.
"Secepat itu lo dapet yang baru?" tanya Karan—tersenyum sinis pada Kiran.
Kiran tau betul maksud di balik senyum sinis Karan itu, saat ini pemuda itu tengah menyindirnya secara tidak langsung.
"Kita udah lama selesai, jadi wajar 'kan kalo gua udah dapet yang baru?" ucap Kiran dengan tenang—lebih tepatnya berusaha untuk tetap tenang. Baginya tidak ada lagi alasan yang perlu ia jelaskan pada Karan. Sekalipun pemuda itu menganggapnya murahan, tetap akan dirinya terima.
Yang sudah selesai seharusnya selesai tanpa perlu lagi diungkit kembali. Kini mereka hanya sebatas dua orang yang berstatus sebagai teman saja, tidak lebih.
Menyakitkan, memang. Namun tetap harus Kiran lakukan. Bahkan dirinya lebih memilih menyiksa dirinya sendiri, menahan rasa sesak yang selalu mencekiknya di setiap kali ia berbicara yang bukan faktanya.
"Kalo gua tau lo bakal semudah itu buat jatuh cinta ke yang baru, dari kemarin-kamarin gua gak usah jaga perasaan lo untuk gak pacaran sama yang lain!"
Kiran tersenyum kecil mendengarnya, dengan susah payah ia berucap. "Kita cuman temen, Karan. Lo gak perlu mikirin gua lagi, kalo emang lo udah nemu yang baru. Nemu orang yang mau nerima lo dan bikin lo cinta sama dia, yah jangan lo sia-siain. Terima dia, jagain dia. Gua bakal dukung lo, tenang aja." Menyakitkan—bahkan amat sangat menyakitkan, berucap dengan hati yang terus saja meronta memang menyiksanya. Namun mau tidak mau Kiran harus mendukung apapun yang sudah menjadi pilihan Karan.
Karan kembali tersenyum sinis pada Kiran. Dirinya sama sekali tidak menyangka akan apa yang baru saja gadis itu katakan. Bagaimana bisa Kiran berbicara dengan setenang itu? Padahal sedari tadi ia mati-matian menahan diri untuk tidak berlutut dan memohon pada Kiran untuk tidak jatuh cinta pada yang bukan selain dirinya.
"Kapan-kapan kenalin tuh cewek ke gua yah, bakal gua terima dengan senang hati." ucap Kiran sambil tersenyum, terlihat tenang tanpa beban saat mengucapkannya, padahal kenyataanya ia ingin sekali mengamuk dan protes pada Karan bahwa dirinya tidak menerima kenyataan itu, dirinya tidak pernah sudi jika Karan mencintai gadis lain.
Jika boleh, Kiran akan berlutut dan memohon pada Karan jika hanya dirinya lah yang berhak dicintai oleh pemuda itu, bukan gadis lain!
"Kenalin juga cowok baru lo itu, gua tunggu!" balas Karan dengan tangan yang terkepal. Demi apapun ia akan membenci pemuda yang telah mengantikannya itu.
"Pasti!" saut Kiran
.
.
.Menangis sejadi-jadinya dengan rasa sesak yang memenuhi dadanya itu sungguh menyiksa Kiran, dirinya menyesali apa yang siang tadi ia katakan pada Karan. Dirinya tidak akan pernah mau menerima gadis yang telah mengantikannya. Dirinya tidak akan rela jika gadis lain dibuat bahagia oleh Karan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished.
Teen Fiction| t y p o b e r t e b a r a n . | • judul awal : Memeluk Rumah Lama. • Ada sesuatu yang harus di selesaikan secepatnya, entah kembali menjadi sepasang kekasih, atau kembali menjadi orang asing • ▪︎▪︎▪︎ Awalnya bagi Kiran ini bukan lagi tentang kemba...