-Kenyataan

800 98 34
                                    

Chandra mana ya 🫦 Meninggal dikit ga ngaruh yakan 🫦

Chandra mana ya 🫦 Meninggal dikit ga ngaruh yakan 🫦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏀 Happy Reading 🏀

Leo yang sore itu baru pulang sekolah langsung nyamperin kamar adiknya. Ngetuk pintu bercat biru muda tersebut beberapa kali, nunggu si pemilik kamar nyaut dan ngebiarin dia buat masuk.

Setelah baca pesan dari Chandra di grup keluarga, Leo langsung gak tenang. Sejak tadi dia terus mikirin adiknya yang pergi sendirian. Takut Chandra kenapa-napa karena Leo sendiri masih ngeliat adiknya itu adalah seorang anak kecil yang perlu diawasi. Pokoknya gak bisa kalo ditinggal.

"Chandra? lagi tidur ya?" tanya Leo karena udah cukup lama dia ngetuk pintu tapi masih gak disautin.

"Chandra udah makan? Abang bawa ceker ayam. Makan bareng ya?" lanjutnya berusaha ngebujuk sang adik yang mungkin lagi ngambek.

"Leo udah..." suara lirih Juna terdengar dari arah tangga. Anaknya juga baru nyampe rumah.

"Kira-kira Chandra udah pulang belum, bang? Kalo belum, kita jemput ke cafe nya bang Lucas yuk? Gue udah beliin ceker kesukaan dia ini..."

"Leo udah ya? Lo harus terima-"

"Bang Aheng!" gak peduli sama Juna yang ada di deketnya, Leo beralih nyamperin Hengky yang keluar kamar. "Abang ngeliat Chandra? Udah pulang kah dia?"

"Jangan gini, Leo"

Termuda disana langsung mendengus. Kesel banget dia gak dapet jawaban yang memuaskan dari kedua abangnya itu.

"Kalian kenapa sih?! Masih marah sama Chandra?! Udah napa? Kasian adek gue sendirian terus! Pokoknya gue mau baikan, ga mau diemin Chandra lagi!"

Setelah marah-marah begitu, Leo balik lagi ke depan kamar Chandra. Kali ini langsung dibuka aja untuk membuktikan adiknya itu udah pulang atau belum.

Ramai tapi sepi.

Itu yang sekarang mendeskripsikan keadaan kamar si bungsu. Kamar yang dulunya sepi tanpa hiasan apapun selain corak lumba-lumba di tembok biru muda tersebut kini cukup ramai dengan kehadiran rak kayu berisi piala-piala dan gantungan medali milik Chandra. Satu sisi dinding kamar itu penuh dengan piagam-piagam yang dibalut bingkai kaca. Ramai.

Suasana dingin yang menusuk kulit langsung Leo rasakan. Jendela yang biasanya terbuka, kini tertutup rapat. Ranjang yang rapi seolah tak pernah tersentuh. Hening, sepi.

"Chandra belum pulang ya...?"

Si kembar langsung mendekat ke adiknya. Juna ngerangkul anak itu sedangkan Hengky ngusap-ngusap rambutnya. Lembut, tapi Leo gak ngerasain ketenangan sama sekali. Perasaannya justru makin gak karuan. Kecewa, sedih, khawatir, marah, semuanya. Kepala Leo berisik.

"Biar gue aja yang nemenin lo makan, gimana?" tanya Hengky yang masih asik ngusap-ngusap kepala Leo.

Leo menggeleng, "Gue mau sama Chandra, bang... nanti pas dia pulang ga ada makanan kan kasian. Bang Juna emang mau masakin?"

Bola Basket Chandra | NCT Chenle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang