tiga puluh sembilan

6.8K 343 8
                                    


Happyreading 🕊️

Rio mendatangi Sila yang juga tersenyum ke arahnya. Masih tidak disangka Rio berani memberikan pernyataan seperti tadi.

Sila berdiri menyambut lelaki itu, "thanks ya. Makasih banget," ucap Sila penuh arti, "kamu udah berusaha memperbaiki semuanya. Aku nggak nyangka aja effort kamu sampai kayak gini."

Bahagia Rio membuncah mendengar Sila mengucap aku-kamu.

"Coba ulang, tadi bilang apa?"

Sila salah tingkah, pipinya merona, "apasih," gumamnya sambil menunduk.

Rio mengapit dagu Sila dengan jarinya, mengangkat wajah gadis itu menatapnya, "still love me, right?"

"You mean the world to me,"  seketika mereka lupa bahwa tamu masih berada di tempatnya, bahkan banyak kamera yang merekam kejadian ini.

Rio mengeluarkan kotak kecil dari dalam jasnya, membuka dan menujukkannya pada Sila, "be mine please, kita ulang semuanya dari awal."

Sila mengangguk, membiarkan cincin itu melingkar di jarinya. Entah dorongan dari mana gadis itu maju dan merengkuh Rio.

Inilah yang Ia inginkan selama ini, kembali bisa memeluk seseorang yang menjadi alasannya bertahan walau sakit, berjuang walau mustahil, dan tetap kuat walau rapuh.

Sila mencintai Rio begitupun sebaliknya.

"I love you," gumam Sila di sela pelukan mereka, "aku minta maaf atas semua tingkahku, ucapanku atau apapun itu yang bikin kamu sakit hati. Jujur, itu cuma cara aku buat bentengi diri, aku nggak mau sakit hati lagi. Please, kali ini jangan pergi."

Rio melonggarkan pelukan mereka hingga saling tatap, "aku nggak akan pergi lagi, trust me. I'm nothing without you. Dan ga perlu minta maaf, aku tau kamu harus ngelakuin itu."

Air mata bahagia berkumpul di pelupuk matanya, Rio hendak memeluk Sila lagi namun sebuah suara menghancurkan suasana indah ini.

"Maap mas, mbak. Acara belom selesai," Tutur Daman, "peluk-pelukannya bisa di lanjut nanti, kasihan yang jomblo."

Kontan Mia memukul kepala Daman, "bego anjing! Ngerusak suasana lo, ah!"

Daman merintih, pukulan Mia sakit banget.

Sila terhentak sadar jika masih banyak orang disekelilingnya. Gadis itu menatap Rio dengan pipi semerah strawberry.

"It's ok," ucap Rio, "jadi mulai besok kita bebas, nggak perlu kayak bos dan bawahan lagi di kantor."

Seketika siulan dan tepuk tangan saling bersahutan, mereka saling tatap lalu tertawaan bersama.

Inilah definisi dari dunia milik berdua, yang lain nge kost.



* * *


Terhitung sudah dua hari cincin itu terpasang di jari manisnya. Tentu saja, setelah kejadian malam itu berita menyebar cepat, apalagi di kantor. Semua orang memborbardir Sila dengan rentetan pertanyaan—karena mereka nggak enak kalau mau tanya ke bosnya langsung.

Tidak semua mendukung, tapi lebih banyak yang memberikan harapan positif untuk hubungannya dengan Rio, terlebih mereka yang mengerti lika-liku hubungan itu.

Sila mengetuk pintu lalu menekan knop setelah mendapat jawaban dari dalam.

Lelaki yang duduk di belakang meja kerjanya mendongak menatap Sila, bibirnya tertarik membentuk senyuman, "udah jam makan siang ya?" Rio mengecek arlojinya.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang