Part 9

156 11 0
                                    

Ada yang kangen aku? Eh kangen Cavya?

Happy reading ya all!

○○○

Hari ini, tepat sebulan Cavya tidak pernah bertemu Kafi lagi. Cavya sebenarnya sedikit khawatir. Karena ia kira, Kafi akan gigih mendekatinya lagi seperti saat mereka SMA dulu.

Kontak Kafi masih ada di handphonenya, tapi ia ragu untuk memulai obrolan. Lagi-lagi karena takut Kafi mengira ia belum move on. Padahal sebenarnya jika ia sudah move on, kenapa harus takut dikira seperti itu, kan? Lagian juga kenapa ia harus khawatir, kan sudah move on katanya.

Huft, tidak ada yang tahu bagaimana sebenarnya isi hati si perempuan keras kepala ini, termasuk dirinya sendiri.

Setiap malam ia selalu duduk di balkon kamarnya, berharap di seberang sana ada Kafi duduk dibawah pohon mangga. Tapi itu hanya angannya saja, karena nyatanya laki-laki itu tidak lagi menemuinya.

"Dor!"

Cavya terpekik kaget saat Salma menepuk keras bahunya.

"Melamun terus. Kenapa, sih?" Tanya Salma.

"Nggak, Mbak"

Salma memutarkan bola matanya malas, "Kamu, tuh, gak pintar bohong. Orang yang gak kenal kamu juga kalau disuruh liat kamu melamun gitu, pasti tahu kalau kamu lagi ada yang dipikirin"

"Hm, sebenarnya ada yang ganggu pikiran aku dikit"

"Banyak juga gak apa, kalau ternyata yang ganggu pikiran kamu itu si mantan itu, loh"

"Dih? Ya pertanyaannya, ngapain lo mikirin mantan, Vy?" Tanya Ando kesal.

Cavya gelagapan, ia tidak menyebut bahwa yang ganggu pikirannya itu mantannya, loh, ini kenapa pada nyimpulin sendiri, sih? Ya walaupun bener juga.

"S-siapa yang mikirin mantan, sih?"

"Halah, ngaku aja, deh!"

"Sal" Tatapan peringatan Ando tujukan pada Salma. Salma ini orangnya kadang kepo, kadang melebihi batasnya, orang-orang punya privasi, ya. Apalagi ini Cavya, dia hanya akan cerita pada keluarganya saja, selebihnya hanya akan ia ceritakan garis besarnya saja.

Salma cengengesan menggaruk tengkuknya, "Hehe, maaf, Vy. Ini jiwa mak mak kepo gue keluar"

Cavya tersenyum maklum, "Gak apa, Mbak" Bukannya tak percaya untuk berbagi keluh kesahnya pada Salma ataupun Ando. Hanya saja, ia tak ingin oversharing. Karena terkadang musuh itu orang terdekat kita, kan?

"Sudah sudah, fokus lagi kerja, deh" Lerai Ando.

"Dih, mau kemana lo? Nyuruh fokus kerja tapi malah pergi" Cibir Salma saat melihat Ando malah hendak pergi.

"Beli kopi"

"Sudah berapa kali ngopi hari ini, Ndo? Ngopi mulu lo"

"Ya memang kenapa? Terserah gue lah"

Salma memutar bola matanya jengah, "Ya jangan ngopi mulu. Teh aja kali-kali"

Ando memasang wajah seperti berpikir, "Hm boleh juga. Bay gue mau beli dulu"

"Beli apa, Bang? Teh kan tinggal buat di dapur kantor, gak perlu beli" Tanya Cavya.

"Gak suka teh. Kopi mantap!"

"Sianjir!" Salma memelototkan matanya kesal, "Sakit baru tahu rasa lo!" Gumamnya.

"Kenapa, Mbak? Khawatir ya? Hm, hm?" Tanya Salma sambil mengerlingkan matanya menggoda.

"Kagak ya!" Pekiknya sambil meraup muka Salma. Tawa Salma semakin menggema, suka bilang bos.

○○○

"Balikin tas gue!" Teriak Caisya pada seorang laki-laki dengan tas pink dibahunya.

"Ambil kalau bisa!"

"Lo nyebelin banget, sih! Balikin gak?!"

"Ya sini dong ambil, Syasya cengeng"

"Gue gak cengeng!" Sentaknya sambil terus mengejar laki-laki itu.

Bian namanya. Si cowok usil yang selalu menganggu Caisya. Mereka tidak satu kelas, Bian Ipa 2 sementara Caisya Ipa 3. Mereka kenal karena satu organisasi, pertemanan mereka berlanjut sampai malah menjadi tom and jerry seperti ini.

Bian si cowok usil dan Caisya si cewek cengeng dan pemarah.

Siswa dan siswi SMA Garuda sudah biasa melihat pemandangan ini. Berlari-lari memutar lapangan dengan Bian yang selalu membawa barang Caisya. Kadang mengambil tasnya, bandonya, atau apapun itu yang bisa ia ambil dari Caisya.

Bahkan teman-temannya pun heran melihat Bian yang selalu mengusili Caisya seperti itu. Jika ditanya, suka saja lihat muka cemberutnya, begitu katanya.

Bian menjulurkan lidahnya meledek Cavya. "Lo memang cengeng. Gak mau ngaku, huuu. Dasar cengeng!"

Mata Cavya semakin berkaca-kaca. Ia sekuat tenaga menahan tangisnya. Sebab jika ia menangis, Bian dan teman-temannya akan meledeknya terus-terusan seperti saat itu.

Caisya menumpu tangannya pada lutut, napasnya tidak beraturan, keningnya mengerut marah. "Bodoamat, bawa saja tuh tas gue! Terserah lo!" Pekiknya sambil berlalu menghentak-hentakkan kakinya, bahkan matanya memerah menahan tangis.

Bian terkekeh melihatnya, ia berlari mengejar Caisya. "Cengeng!" Ejeknya.

"Lo nyebelin, anjir!" Umpatnya. Tangannya menghempaskan lengan Bian yang merangkul bahunya.

Bian menepuk bibir Caisya lumayan keras. "Ngumpat mulu!"

Caisya semakin menangis. Dia lagi hari pertama haid, loh. Ini ditambah Bian buat ulah, bibirnya ditampol pula.

"Hiks, Ngeselin banget sih lo! Balikin tas gue!" Teriaknya sambil memukul dada Bian keras.

"Aduh duh, sakit woy! Kecil-kecil tenaganya kayak sumo!" Ucapnya sambil menahan tangan Caisya yang terus memukulinya.

Caisya semakin keras memukuli Bian. Apa katanya? Sumo? "Kurang ajar ya lo!"

Bian menaruh tas Caisya di ranting pohon, lalu berlari menuju parkiran. "Bye Syasya cengeng!"

Caisya melotot panik. "Heh! Tas gue, Bian!" Teriaknya kesal.

"Ambil sendiri, ya. Hahahaha"


○○○

Berapa lama ku ngilang? Maapkeun ya ehehe

Aku taun pertama kerja, lumayan kaget sama jadwalnya, ditambah ku 2 kerjaan gais. Doain aja semoga cerita Cavya rampung dan ga aku tinggalin dan lupain gitu aja ya wkwk

Sekalinya Up, dikit gapapa ya? Yang penting ngabarin ehehe🙏

SUDAH VOTE? SUDAH KOMEN?

Mantan? SIAPA TAKUT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang