"Berbuat baik itu boleh, asal sayangi dirisendiri dulu baru orang lain." — Alden Leonard —
***
Selamat membaca <3
Jangan lupa tinggalkan jejak
***
"Kemarin bikin dare, yang tebakannya salah berarti harus traktir mie ayam." Darren menatap Danu dan Adnan dengan senyum tengilnya. "Mane sekarang gue tagih janji lo pada."
"Nggak. Nggak ada duit gue," sahut Danu seraya mengorek lubang hidungnya.
Tentu mendapat tatapan tak terima dari Darren. "Jangan sampai nih asbak melayang ke muka lo, su."
Mereka berenam tengah berkumpul di warung Bu Ningsih—warung yang menjadi markas mereka.
Danu memilih bangkit dan mengulurkan tangannya. "Mane duitnye."
"Dih, harusnya lo yang bayarin. 'Kan, lo yang kalah taruhan." Kali ini Alden yang menyahut.
"Dibilang nggak ada duit. Yaudeh, mau pake duit lo aja gimana?"
Jelas Alden mendengkus. "Ogah. Gue mah kemarin nggak ikutan."
"Nggak usah banyak drama, tot." Adnan bangkit dan menonyor kepala Danu. "Duit banyak ae sok bilang lagi bokek."
Danu terkekeh pelan. Tidak salah memang, urusan uang pasti memang ada. Namun bukan mereka namanya jika bertemu tidak diselingi oleh perdebatan singkat.
Sepeninggalan Adnan dan Danu, kini mereka lanjut mengobrol. Namun tidak dengan Nendra yang tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Tatapannya begitu kosong. Bahkan panggilan temannya tidak didengar.
"Ndra."
Nendra sontak meringis saat Alden menepuk punggungnya. Bekas pecutan sang ayah kemarin malam.
"Lo kenapa?"
Pertanyaan itu sontak terlontar dari mereka. Raut wajahnya khawatir melihat Nendra seperti menahan sakit.
Alden yang menjadi pelaku merasa bersalah. Namun, dia juga merasa bingung pasalnya tepukannya tadi tidak terlalu keras.
Nendra sontak menatap mereka. Raut wajahnya seketika berubah biasa saja. "Hah? Enggak. Tadi cuman kaget aja."
Azhar memicing curiga. "Kita juga nggak bego buat bedain mana yang ngeringis sama kaget."
Darren dan Alden pun menyetujui ucapan tersebut.
Nendra terkekeh canggung. "Itu ... sebenernya tadi lo nepuk di bagian luka gue."
"Eh, sorry, Ndra. Sumpah gue nggak tau." Alden semakin merasa bersalah.
"Halah, nggak pa-pa. Santai." Nendra memainkan casing hp-nya. Wajahnya terlihat tenang. Padahal dia mati-matian menahan rasa sakit yang dia rasakan.
Bergerak sedikit saja, maka sakit di punggungnya akan menyiksanya. Sedari tadi pun dia menahan diri untuk tidak bersandar di tembok.
"Kenapa bisa luka dah?" tanya Darren.
Nendra terdiam sejenak. Memikirkan jawaban yang tepat. "Jatuh di kamar mandi. Punggung gue kena pinggiran bathtub. Jadi gitu lah."
Di saat teman-temannya mengangguk, barulah Nendra bernapas lega. Namun, tatapannya beralih pada Alden yang masih menatapnya intens.
Saat itulah Nendra khawatir Alden tidak mempercayainya. Nyatanya, Alden bukanlah seseorang yang mudah percaya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan Mantan
Teen FictionPernah nggak sih kalian punya mantan, tapi sayangnya masih kebangetan? Ya, itu yang Nendra dan Aqis rasakan. Walaupun berstatus mantan kekasih, tetapi mereka masih memiliki perasaan yang sama. Alasan utama mereka mengakhiri hubungan yaitu iman yang...