12. Perasaan Aneh

803 89 33
                                    

Matahari sudah beranjak naik, hawa panas menyeruak masuk mengalahkan belaian AC ruangan, beradu dengan kicauan cacing dalam perut. "Ah, gue laper. Mana gue ga tau masak lagi. Ustad sok alim itu ada buatin gue nasi goreng ga, ya?" Zannah akhirnya melepas pelukannya dari guling yang sejak setengah jam yang lalu terus didekapnya sambil main hp, hajat lambung harus ditangani.

Melangkah keluar dari kamar, Zannah melirik kamar sebelahnya yang masih tertutup rapat. "Apa dia di kamar? Sedang apa dia?" Entah datang dari mana rasa penasaran itu, ia menggiring pemiliknya untuk lebih mendekat ke pintu. Setelah berdiri persis di depannya, Zannah mulai mendengar suara yang sedang membaca ayat suci Al-quran, perempuan itu dibuai oleh kemerduan suara tersebut. Zannah menutup mata menikmati alunan tilawahnya yang demikian sedap menjelajahi indra pendengaran.

"Fatih ...." Untuk pertama kalinya Zannah berani mengeja nama itu, "aku menyerah," sambungnya kemudian.

Lama terdiam, Zannah semakin tak tahu menjabarkan perasaan aneh yang tiba-tiba menyerangnya, sesuatu yang tak bisa Zannah jelaskan. Yang dia tahu, dia mulai gelisah sebab perlakuan Fatih yang berubah, hatinya terus berharap agar lelaki itu tetap membuatkannya sarapan nasi goreng, mengantarnya ke sekolah, memaksanya salat, mengomentari pakaiannya, atau bahkan menyuruhnya mengenakan hijab setiap kali ingin keluar rumah.

Perasaan aneh yang tak di mengerti Zannah itu kini membawanya merasa gelisah ketika tak mendapatkan semua perlakuan itu dari Fatih. "Apa dia marah padaku? Atau dia sudah menyerah menghadapi sikapku?" Zannah terus menyerbu dirinya sendiri dengan seribu pertanyaan. Lelah dengan spekulasi diciptakan oleh pemikirannya, cacing dalam perutnya mulai bergejolak kembali. Terbesitlah ide gila, "Oh, bagaimana kalo gue buat nasi goreng aja sekalian buat dia."

Zannah kemudian manggut-manggut merasa keren dengan idenya. "Tapi, gue kan ga tau caranya," timpalnya kemudian berpikir. "Ya udah, sih, kan bisa liat tutorialnya di hp." Dia mengangkat bahunya acuh, lantas melanjutkan langkahnya menuruni tangga.

Di antara banyaknya alat dan bahan untuk memasak, Perempuan itu sibuk sendiri dengan sebatang sosis di tangannya, dengan layar ponsel di depannya yang disandarkan. Di layar itu memutarkan tata cara memasak nasi goreng yang enak.

"Nasi goreng sosis, dan telur ceplok. Ah, gue yakin ini bakal enak. Tunggu, ya, Ustad sok alim," katanya tersenyum riang, menikmati proses masaknya sambil sesekali mendongak menatap layar.

...

"Sudah hampir jam sebelas, Zannah sudah bangun belum, ya?" Usai melaksanakan salat dhuha dan mengaji sebentar, lelaki yang identik dengan kopiah itu malah memikirkan sang Istri. Dia menyadari perubahan drastis perlakuannya terhadap Zannah, tapi entahlah ... Fatih tak cukup tegas dalam perasannya yang semakin keliru saja.

Kemarin, dia sudah bertekad untuk benar-benar mencintai Zannah dan berdamai dengan keadaan. Namun setelah kembali bertemu dan menyaksikan sakitnya Ruqayyah, dia merasa dipenuhi banyak kekecewaan dan kemarahan pada dirinya sendiri.

Maka dari itu, sudah beberapa hari belakangan ini dia menghindari Zannah. Dia ingin menenangkan diri terlebih dahulu, dan mempersiapkan hatinya pada apa yang sudah terukir nyata, yakni cinta kepada Zannah harus terus dipupuk, sementara angan bersama Ruqayyah harus dikubur. Fatih mengetahui pasti apa yang harus dia pilih, tapi ... ini nyatanya jauh lebih rumit dari perkiraan.

Dia melepas kopiah hitamnya, mengacak rambutnya pelan. Isi kepalanya bak kapal pecah yang berserakan, penuh luka kala seseorang berani memasukinya.

"Oh, Allah ... tolong bantu Hamba selalu. Lapangkan hati Hamba dengan takdir-Mu. Jika memang ini yang terbaik, bantulah Hamba melupakan masa lalu Hamba, maafkan semua kesalahan pada janji yang tidak bisa kutepati. Dan Hamba mohon ya Allah, tanamkan cinta yang merekah dalam hatiku dan hati istriku. Jadikanlah kami pasangan yang saling mencintai karena-Mu, jauhkan bahtera rumah tangga kami dari masalah. Satukanlah kami di bawah naungan cinta-Mu, ya Allah."

Imam untuk Zannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang