Bab 68

40.1K 2.7K 2.3K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.
Jangan lupa perbanyak istigfar dan sholawat!

Happy Reading!

=_=_=

"Makasih, Gus." Ning Zawna melepaskan tangannya dari bahu lelaki di depannya itu.

Gus Ghaazi yang masih terpaku, tak menyahut. Pandangannya lurus ke tempat  Salwa berdiri tadi. Ada rasa ingin mengejar gadis itu untuk menjelaskan semuanya, tapi mengapa? Dia juga bukan siapa-siapanya.

Hanya gadis merepotkan yang selalu hadir mengacaukan hidupnya. Mungkin dengan ini ia akan terbebas.

"Gus, Gus, Gus Ghaazi liat apa?"

"Bukan apa-apa. Pakunya sudah kamu cabut?"  Ning Zawna mengangguk.

"Ya sudah, ayo kita menyusul Abah sama Ummi."

Sebenarnya Gus Ghaazi enggan pergi ke sini, tapi Ummi Shafiyah membujuknya untuk pergi. Selain itu, ada sesuatu yang menariknya untuk pergi. Seperti ada janji yang belum ia tepati hingga membuatnya terngiang-ngiang.

Namun ingatannya masih samar, hanya siluet seorang gadis yang mengenakan hijab. Gadis itu pun acap kali menghampirinya dalam mimpi sembari menangis.

Tangisan yang teramat pilu, membuatnya sampai memukul kepala untuk sekadar mendapatkan sekelebat ingatan tentangnya yang mungkin tersembunyi di dalam tempurung kepala.

Menyusuri pasar malam, ia berhenti tepat di depan permainan lempar gelang. Lalu netranya tertuju pada sebuah boneka upin ipin yang tergantung sebagai hadiah.

"Mau main, Mas?" tanya bapak-bapak yang punya permainan.

Kepalanya menguruhnya untuk menolak, lain dengan hatinya yang mendorong berbuat sebaliknya.

Tangannya merogoh saku celana, mengambil selembar uang berwarna hijau yang di tukar beberapa gelang. Kali ini ia membiarkan hatinya mengambil alih.

Sepuluh gelang yang ia dapatkan, semuanya tepat mengenai sasaran.

"Wah, Mas-nya jago banget. Karena semua gelangnya berhasil masuk, ini Mas dapat boneka beruang paling besar!" Bapak yang mengenakan kaos hitam serta topi merah yang terbalik itu mengulurkan beruang putih besar.

Namun, Gus Ghaazi tak mengambilnya. Tatapannya tertuju pada dua boneka bocah kembar itu. "Saya boleh minta itu!"

Bapak itu pun menoleh, lalu kembali menatap Gus Ghaazi. "Itu lebih kecil dari ini, beneran nggak mau pilih yang itu?"

"Iya."

Bapak itu pun mengikuti keinginan pelangganya, memasukkanya dalam sebuah plastik hitam. "Terima kasih sudah bermain."

Gus Ghaazi mengangguk, kemudian lanjut menjelajah. Rencananya yang ingin menyusul kedua orang tuanya, tak jadi ia lakukan lantaran keduanya tengah asyik berkencan.

Langkah kakinya kembali terhenti, kala melihat sebuah gambar yang lagi-lagi tokoh kartun dari Negeri Jiran itu. Tanpa sadar tangannya meraih gambar yang terpajang di depan.

"Mas, ini di jual?" tanya Gus Ghaazi pada seorang bapak yang tengah memperhatikan anak-anak mewarnai.

"Oh, itu ... sebenarnya punya Mbak yang tadi ikut mewarnai di sini, cuma di tinggal. Katanya buat pajangan di sini."

"Boleh saya beli?" Entah kenapa warnai yang tertuang di sana begitu menarik baginya.

"Mas, ambil aja. Mbaknya tadi udah bayar kok."

GuS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang